BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada bagaimana suatu daerah dapat meningkatkan pengelolaan serta hasil produksi atau output dari sumber dayanya disetiap periode, baik sumber daya manusianya ataupun sumber daya alam. Setiap daerah tentu memiliki keragaman sumber daya yang tidak bisa disamaratakan antar daerah. Dengan beragam sumber dayanya daerah dituntut dapat memaksimalkan pengolahan demi kesejahteraan masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan output total barang dan jasa dari system perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) dan dinyatakan dalam harga pasar (Suparmoko, 1998). Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan pula sebagai gambaran terbaik perekonomian. Secara ringkas teori klasik menjelaskan pembangunan ekonomi yang akan tercermin dari PDRB adalah misalkan kenaikan keuntungan yang 1
2 diharapkan, dapat menaikan investasi sehingga menambah stok modal yang telah ada dan mendorong penyempurnaan teknik. Kenaikan dalam pemupukan modal menaikan jumlah cadangan upah dan secara sistematis menaikan upah. Upah naik maka mengundang pertumbuhan penduduk, penduduk meningkat maka produksi meningkat dan akan berbanding lurus dengan pertambahan buruh atau tenaga kerja. Kemudian dalam teori Keynes, pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional maka semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif terdiri dari permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Permintaan konsumsi tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi, jurang antara konsumsi dan pendapatan adalah investasi (Jhingan, 1996). Bagi suatu daerah atau region PDRB menggambarkan kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah, adapun peran penting PDRB bagi daerah terkait antara lain. Sebagi indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara sektoral maupun secara struktural, untuk mengetahui struktur perekonomian dan perubahan-perubahan di suatu daerah, sebagai data dasar untuk menganalisis elastisitas kesemaptan kerja dengan dukungan data ketenagakerjaan, dengan PDRB perencanaan pembangunan suatu daerah bisa lebih terarah. Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia selalu menurun tiap tahunnya dengan laju penurunan berturut-turut dari tahun 2011 hingga 2015
3 sebesar 6,17%, 6,03%, 5,56%, 5,02%, 4,79%. Dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi terbesar tahun 2011 berada di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 10,73% dan terendah pada Provinsi Papua sebesar -4,28%. Tahun 2012 laju pertumbuhan terbesar ada pada Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 11,65% dan terendah pada Provinsi Nusa Tenggara Barat -1,54%. Diikuti Laju Pertumbuhan terbesar pada Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 9,59% dan terendah Riau 2,48%. Tahun 2014 Laju pertumbuhan terbesar berada pada Provinsi Sulawesi Barat sebesar 8,88% kemudian terendah berada pada Provinsi Aceh sebesar 1,55%. Di tahun 2015 terbesar pada Provinsi Nusa Tenggara Barat 21,24% dan terendah pada Provinsi Kalimantan Timur -1,54%. Produk Domestik Regional Bruto pun dapat di dorong melalui jalur investasi yang meliputi investasi dalam negeri dan investasi asing. Investasi dapat menyebabkan perkembangan proses produksi yang berturut-turut berbanding lurus dengan pendapatan perkapita dan permintaan menyeluruh pada semua sektor ekonomi. Investasi turut serta mendorong pembukaan kesempatan kerja, pengentasan pengangguran serta kemiskinan. Pertumbuhan investasi pun mestinya diikuti dengan tingkat konsumsi serta pengeluaran pemerintah. Seperti tercermin pada keseimbangan 3 sektor yang terdiri pada konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah. Tingkat konsumsi rumah tangga serta pengeluaran pemerintah yang tercermin pada belanjanya pun dapat menjadi indikator pembangunan. Pengeluaran pemerintah baik secara langsung atau tidak langsung akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Secara langsung dapat digambarkan
4 pada belanja barang dan jasa belanja modal yang akan berhubungan langsung pada pertumbuhan berupa tambahan faktor produksi dan juga perbaikan infrastruktur. Belanja tidak langsung seperti belanja pegawai yang dalam hal ini berupa gaji rutin kemudian belanja subsidi pun turut serta melancarkan sistem perekonomian suatu daerah walaupun efeknya tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Konsumsi merupakan pendapatan yang dibelanjakan sektor rumah tangga guna pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Tidak sebatas itu konsumsi juga digunakan rumah tangga sebagai investasi pembayaran pajak pada pemerintah. Konsumsi masyarakat pun nantinya akan berpengaruh pada pertumbuhan pendapatan suatu daerah. Karena konsumsi merupakan salah satu faktor guna mempengaruhi permintaan pengeluaran. Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut (Rafiq, 2016). Berlatar belakang uraian diatas maka disusunlah penelitian dengan judul Pengaruh Konsumsi, Invetasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2015.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka timbul rumusan masalah yang telah disusun peneliti yaitu: 1. Bagaimana pengaruh jumlah Konsumsi terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh jumlah Investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh jumlah Pengeluaran Pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia? C. Batasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut timbul batasan masalah yaitu konsumsi rumah tangga yang digunakan adalah rata-rata konsumsi rumah tangga sesuai tahun yang diteliti serta belanja pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung terkecuali belanja modal tiap provinsi di Indonesia. Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah dengan harga konstan tiap Provinsi di Indonesia. Provinsi yang digunakan adalah 31 provinsi di Indonesia dari total 34 provinsi, 3 provinsi yang tidak tercantum dalam penelitian antara lain Bengkulu, Kalimantan Utara, dan Maluku. D. Tujuan Peneitian 1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Konsumsi Rumah Tangga terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia 2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia
6 3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Pengeluaran Pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah Untuk mengetahui kebijakan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah tiap Provinsi guna meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat investasi dan pengeluaran pemerintah dengan hubungannya terhadap produk domestik regional bruto 2. Bagi peneliti selanjutnya sebagai informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah yang berpengaruh pada Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia.