LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA

dokumen-dokumen yang mirip
Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS JAMU. Pustaka. Beberapa Definisi. lanjutan. Evaluasi Organoleptik. Morfografi

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya.

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

MATERIA MEDIKA INDONESIA

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Hari / Tanggal Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 dan 1 November 2014.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berada dikawasan lingkungan STAIN Palangka Raya ditemukan

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

Amomum cardamomum Willd

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

UJI IDENTIFIKASI FARMAKOGNOSTIK TUMBUHAN HATI TANAH ASAL KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CIRI CIRI KACANG TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM)

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mikroskopis Amylum Gambar Keterangan Amylum Manihot Nama lain : Nama tanaman asal : Keluarga : Mikroskopis : berbentuk lonjong atau topi baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PERCOBAAN I PEMBUATAN SIMPLISIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

Setiap organisme dikenali berdasar nama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TAKSONOMI TUMBUHAN OBAT DI DESA RIANG BANDUNG KECAMATAN MADANG SUKU DUA OKU TIMUR. Dewi Rosanti 1, dan Rupiah 2

Penetapan Kadar Sari

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT.

Transkripsi:

1 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan. Diantara jenis-jenis tumbuhan tersebut ada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Orang-orang dulu meyakini bahwa tumbuhan tersebut memiliki khasiat obat karena penyakit dan naluri untuk mempertahankan hidup. Walaupun dalam bentuk yang sederhana, namun khasiatnya tidak diragukan lagi. Kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat di dunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Identifikasi secara mikroskopis dan komposisi sediaan simplisia penting untuk dilakukan. Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi serta kandungan kimia dari suatu simplisia. Hal itu disebabkan karena dengan diketahuinya kandungan simplisia, sehingga dapat dianalisis kandungan zat serta dapat mempelajari kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia. Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringanjaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan sebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan di dalam suatu simplisia.

2 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik? 3. Tujuan Praktikum Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari maisng-masing simplisia. 4. Manfaat Praktikum Manfaat dari percobaan ini yaitu mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik.

3 B. TINJAUAN PUSTAKA Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik Indonesia mendukung pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik. Salah satu cara mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dan kadar sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahan dilakukan uji makroskopik (Febriani, dkk., 2015). Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengoalahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1979). Dalam rangka identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi, dan mikroskopi. Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan senyawanya baik golongan senyawa seperti glikosida, alkaloid, saponin, protein, karbohidrat, maupun senyawa identitasnya. Bahan yang

4 telah diidentifikasi/ dideterminasi selanjutnya dibersihkan dari kotoran dengan air mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi kloralhidrat, dipanaskan dan diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sudah bersih selanjutnya diiris tipis dengan ketebalan 3-6 mm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40-50 C hingga kadar air sekitar 10% (Mulyani, dkk., 2013). Proses pengolahan sampel dimulai dari proses pengambilan herba tanaman, kemudian proses sortasi basah untuk menghilangkan pengotorpengotor saat tumbuhan masih segar. Proses selanjutnya yaitu pencucian terhadap bagian tumbuhan yang digunakan untuk menghilangkan pengotorpengotor dengan menggunakan air mengalir. Tahap selanjutnya adalah perajangan untuk memperkecil ukuran partikel dan mempermudah proses pengeringan. Pengeringan terhadap hasil. rajangan tersebut dilakukan terlindung dari sinar matahari secara langsung. Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia akibat pemanasan sacara langsung. Simplisia kering kemudian diolah menjadi serbuk dengan alat penghalus (Zaini, dkk., 2016). Ekstraksi simplisia daun dilakukan dengan metode maserasi. Daun diolah menjadi simplisia terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi. daun basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan bertujuan agar simplisia tidak mudah rusak dan untuk menghindari pembusukan, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Serbuk simplisia dengan luas permukaan lebih besar pada umumnya penyarian akan bertambah baik, karena permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas dan memecah dinding sel sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan mengekstraksi lebih banyak kandungan kimia. Pengujian mikroskopik dimaksudkan untuk mengetahui ciri anatomi dan fragmen pengenal daun, dengan cara mengamati serbuk simplisia di bawah mikroskop. Penambahan klorahidrat bertujuan untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga sel-sel lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Fiksasi dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap

5 karena pemanasan sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek. Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air (Supomo, dkk., 2016). Brotowali merupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat. Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 3-11 cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna hijau keputihan dan berbentuk tanda semu (Ditjen POM, 1989). Daun kumis kucing yaitu habitus berupa semak tahunan, tinggi 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi ujung dan pangkal runcing, tipis hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang,kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih, buah kotak, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji kecil masih muda hijau, setelah tua hitam. Akar tunggang putih kotor (Badan POM, 2008 :64). Deskripsi haksel yaitu warna hijau keciklatan, tidak berbau dan rasa gak pahit (Ditjen POM, 1989). Sambiloto adalah tanaman berbatang kecil, banyak percabangan membentuk rumput. Daun tunggal bertangkai pendek, berhadap-hadapan, berbentuk lonjong. Bunganya bulir, warnanya putih atau ungu, bergaris-garis dalam payung. memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu deoksiandrografolid, andrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, homoandrodrafolid, flavonoid, alkane, aldehid, mineral, asam kersik, damar (Ditjen POM, 1989). Nama ilmiah : Eupatorium odoratum L., nama umum : Slam weed, nama lokal : Kirinyuh. Tanaman ini Memiliki akar tunggang, (radix primaria), besar, dalam, mudah diidentifikasi. Batangnya kekuning-kuningan, tinggi mencapai 1 m, tunas dapat keluar dari buku. batang tua semi kayu tinggi 3-7 m, panjang dari batang herbaceous, permukaan agar karena terdapat phallus

6 atau (rambut halus), berbuku-buku, bercabang, bentuk bulat/silinder mampu mencapai 1 m lebih. Daunnya menjari, warna hijau tua dan ujung daun meruncing. bersebrangan, margo serratus akuminatus, hiaju tua, hanya memiliki lamina dan petiole yang panjangnya 1 cm/lebih. Ujung daun daun meruncing panjangnya 6-12 cm, lebar 3-7 cm. Permukaan daun agak halus, pada permukaan lamina terdapat phallus atau thrichomata, monomorfiks. Tempat hidup berada didaerah kering cukup air (Ditjen POM, 1989).

7 C. BAHAN (Nama Simplisia) Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : 1. Daun brotowali (Tinospore folium) 2. Daun kumis kucing (Orthosiphonis folium) 3. Daun sambiloto (Andrographis folium) 4. Daun komba-komba (Eupatorii folium) 5. Daun papaya (Caricae folium) 6. Daun sirih (Piperis folium) 7. Herba kemangi (Dumum herba) 8. Herba serai putih (Cymbopeogonis herba) 9. Herba serai merah (Cymbopeogonis herba) 10. Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma) 11. Rimpang kencur (Kaempferide rhizoma) 12. Rimpang kunyit (Curcumae domestica rhizoma) 13. Rimpang lengkuas (Languatis rhizoma) 14. Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma) 15. Buah mahkota dewa (Phaleriae fructus)

8 D. Klasifikasi Tanaman 1. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Orthosiphon Spesies : Orthosiphon aristatus 2. Brotowali (Tinuspora crispa) Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Tinuspora Spesies : Tinuspora crispa 3. Komba-komba (Eupatorium odoratum) Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Arterales Familia : Arteraceae Genus : Eupatorium Spesies : Eupatorium odoratum

9 4. Pepaya (Carica papaya L.) Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Violales Familia : Caricaceae Genus : Carica Spesies : Carica papaya L. 5. Sambiloto (Andrographis paniculata) Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata 6. Sirih (Piper betle L.) Divisio : Tracheobionta Classis : Magnoliopsida Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle L. 7. Mahkota dewa (Phaleria macnocarpa) Divisio : Tracheobionta Classis : Magnoliopsida Ordo : Myrtales

10 Familia Genus Spesies : Thymeleaceae : Phaleria : Phaleria macnocarpa 8. Serai merah (Cymbopogon citratus) Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Cymbopogon Spesies : Cymbopogon citrates 9. Serai putih (Cymbopogon lemongrass) Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Cymbopogon Spesies : Cymbopogon lemongrass 10. Kemangi (Ocimum sanctum) Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Ocimum Spesies : Ocimum sanctum

11 11. Kencur (Kaemferia galanga L.) Divisio : Tracheophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Kaemferia L. Spesies : Kaemferia galanga L. 12. Kunyit (Curcuma domestica Val.) Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma domestica Val. 13. Temulawak (Curcuma xanthorissa) Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Ziingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorissa

12 14. Jahe (Zingiber officinale) Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale 15. Lengkuas (Alpiura galangal L.) Divisio : Tracheophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Alpiura Spesies : Alpiura galangal L.

13 E. Deksripsi Tanaman 1. Buah Mahkota Dewa (Phalesia macrocarpa fructus) Bentuknya layaknya pohon yang tumbuh ke atas (tidak merambat) dan memiliki usia yang tergolong panjang atau parenial. Adapun tinggi maksimal mahkota dewa adalah 1 hingga 2,5 meter. Batang pohonnya berkayu, silindris, berwarna coklat dengan permukaan cenderung kasar dan dilengkapi dengan sistem percabangan yang miring ke atas. Akar tanaman mahkota dewa bersifat tunggang sedangkan daunnya bersifat tunggal. Bentuk daun ini agak menjorong dengan panjang 7 sampai 10 cm dan lebar 2 sampai 2,5 cm. Warnanya hijau tua dan tersusun secara folia oposita atau berhadapan. Bentuk biji bulat dan pada usia muda berwarna hijau saat matang berwarna merah terang. Buah tersusun atas serat dan air dan memiliki biji (Ditjen POM, 1989). 2. Daun Brotowali (Tinosporae folium) Brotowali merupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat,. Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintilbintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 3-11 cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna hijau keputihan dan berbentuk tanda semu (Ditjen POM, 1989). 3. Daun Kumis Kucing (Orthosiphon folium) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa semak tahunan, tinggi 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi ujung dan pangkal runcing, tipis hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang,kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih, buah kotak, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji kecil masih muda hijau, setelah tua hitam. Akar tunggang putih kotor (Badan POM, 2008 :64). Deskripsi haksel yaitu

14 warna hijau keciklatan, tidak berbau dan rasa gak pahit (Ditjen POM, 1989). 4. Daun Sambiloto (Andrographis folium) Sambiloto adalah tanaman berbatang kecil, banyak percabangan membentuk rumput. Daun tunggal bertangkai pendek, berhadaphadapan, berbentuk lonjong. Bunganya bulir, warnanya putih atau ungu, bergaris-garis dalam payung. memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu deoksiandrografolid, andrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi- 11, 12-didehidroandrografolid, homoandrodrafolid, flavonoid, alkane, aldehid, mineral, asam kersik, damar (Ditjen POM, 1989). 5. Daun Komba-Komba (Eupatorii faolium) Tanaman ini Memiliki akar tunggang, (radix primaria), besar, dalam, mudah diidentifikasi. Batangnya kekuning-kuningan, tinggi mencapai 1 m, tunas dapat keluar dari buku. batang tua semi kayu tinggi 3-7 m, panjang dari batang herbaceous, permukaan agar karena terdapat phallus atau (rambut halus), berbuku-buku, bercabang, bentuk bulat/silinder mampu mencapai 1 m lebih. Daunnya menjari, warna hijau tua dan ujung daun meruncing. bersebrangan, margo serratus akuminatus, hiaju tua, hanya memiliki lamina dan petiole yang panjangnya 1 cm/lebih. Ujung daun daun meruncing panjangnya 6-12 cm, lebar 3-7 cm. Permukaan daun agak halus, pada permukaan lamina terdapat phallus atau thrichomata, monomorfiks. Tempat hidup berada didaerah kering cukup air (Ditjen POM, 1989). 6. Daun Pepaya (Carica papaya folium) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa perdu dengan tinggi ±10 m. Batang tidak berkayu, silindris, berongga berwarna putih kotor, daun tunggal bentuknya bulat, ujungnya runcing, pangkalnya bertoreh dan tepinya bergerigi dengan diameter 25-27 cm, pertulangan menjari dengan panjang tangkai 25-100 cm berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk bintang terdapat di ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tanda yang serupa malai, kelopak kecil dengan kepala sari bertangkai pendek atau duduk dengan

15 warnanya kuning, bentuk mahkotanya terompet, tepinya bertajuk lima dan bertabung panjang dengan berwarna kekuningan. Bunga betina berdiri sendiri, mahkotanya lepas, kepala putiknya lima, duduk, bakal buahnya beruang satu dan berwarna putih kekuningan buah buni, bentuknya bulat memanjang, bergading, warna hijau tua muda bila masih muda dan jingga bila sudah tua, bentuk biji bulat panjang, kecil dan bagian luarnya dibungkus, selaput yang berisi cairan, dengan warna putih jika masih muda dan berwarna hitam pada sat tua. Akar tunggang, bercabang, dengan warna putih kekuningan. Deskripsi haksel daun pepaya yaitu mempunyai bau aromatik khas, rasa sangat pahit dan warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah lebih muda (Ditjen POM, 1989). 7. Daun Sirih (Piper folium) Akar daun sirih tunggang, berbentuk bulat memanjang, dengan tumbuha tunas baru yang banyak, berwarna kecokaltan hingga kekuningan dan tumbuh dengan menjalar. Batang bulat memanjang, dengan mencapai ketinggian 5-15 m, dan tumbuh dengan menjalar atau merambat. Selain itu, batang ini juga bersulur, beruas, berbuku dengan jarak 5-10 cm, dan memiliki pertunasan yang banyk dibagian batang. Pada umumnya, batang ini berwarna kecoklatan hingga kehijauan. Daun berbentuk bulat oval atau telur, pangkal daun berberbentuk hampir menyerupai jantung, pertulangan menyirip, permukaan bagian tepi merata, dan juga berbulu pada permukaan bagian bawah. Daun ini tebal, dengan lebar 2-10 cm, panjang 5-15 cm yang berwarna kehijauan muda hingga tua. Bunga daun sirih termasuk majemuk, perbungaannya sirih ini termasuk bulir yang berdiri dengan sendirinya yang terletak pada cabang daun yang berhadapan. Bulir ini lengkap yaitu bulir jantan dan betina, bulir jantan memiliki panjang mencapai 1-3 cm, benang sari pendek. Sedangkan bulir betina panjang 2-6 cm dan panjang kepala putik mencapai 3-5 cm, pada umumnya bunga daun sirih ini berwarna merah muda hingga kemerahan tua serta keputihan (Ditjen POM, 1989).

16 8. Herba Kemangi (Ocimum herba) kemangi (Ocimum spp.) merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80 100 cm. Batang bercabang banyak, berkayu segi empat, berbulu berwarna hijau muda. Daun tunggal bulat lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4 5 cm dan lebar 6 30 mm. Kelopak bunga (calyx) berwarna hijau (mengandung pigmenklorofi l), dapat sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, sifatnya gamosepalus (sepala berlekatan satu sama lain), mahkota bunga ( corolla ) berwarna putih merah muda, siftnya polyopetalus (petala tidak berlekatan 1 sama lain), merupakan bunga hermaprodhite (memiliki putik/pistillum dan benang sari / stamen), terdpat ovarium (bakal buah) dan ovulum (ovulum). Mempunyai bau yang khas dan harum. Buah terdiri dari Epikarpium (lapisan paling luar yang tebal dan bersisik, untuk tanaman yang sudah tua, pada buah yang masih muda belum terdapat sisik. Mesokarpium (daging buah) dan Endokarpium terdapat sekat / septum. Terdapat biji / semen pada ujung buah. Biji Ocimum Bewarna hitam atau cokelat dengan bentuk bulat telur atau bulat dengan ukuran biji relatif kecil (Ditjen POM, 1989). 9. Herba Serai Putih (Cymbopogon citratus herba) Tanaman sereh memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang tanaman sereh bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Tanaman sereh memiliki batang yang berwarna putih. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman sereh juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di atas tanah. Daun tanaman sereh berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, dan runcing, hampir menyerupai daun lalang. Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman sereh tersusun sejajar. Letak daun pada batang

17 tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kirakira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus. Bunga Tanaman sereh jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya bunganya tidak memiliki mahkota dan mengandung bulir. Tanaman sereh jenis Cymbopogon citratus jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah (Ditjen POM, 1989). 10. Herba Serai Merah (Cymbopogon nardus herba) Tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek Batang tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman serai wangi C. nardus (L.) Randle juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di tanah. Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai tersusun sejajar. Letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus Bunga, Biji dan Buah Tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir. Buah tanaman serai jenis C. nardus jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah. Sedangkan bijinya juga jarang sekali (Ditjen POM, 1989).

18 11. Rimpang Jahe (Zingibeis rhizoma) Deskripsi tanaman yaitu habitus berupa herba semusim, tegak dengan tinggi 40-50 cm. Batangnya merupakan batang semu, berwarna hijau, beralur dan membentuk rimpang. Daun berupa daun tunggal, berwarna hijau tua, berbentuk lanset dengan tepi rata. Ujung daun runcing dan pangkalnya tumpul. Perbungaan majemuk, berbentuk bulir, sempit dengan ujung runcing. Panjang perbungaan 3-5 cm dengan lebar 1-2 cm, panjang tangkai ± 2 cm. Perbungaan berwrna hijau merah, kelopak berbentuk tabung dan bergigi tiga. Mahkota bunga berwarna ungu, berbentuk corong dengan panjang 2-2,5 cm. Buah berbentuk bulat panjang, berwarna coklat. Biji bulat dan berwarna hitam. Rimpang jahe putih kecil-kecil, berwarna putih, dan selalu dipanen pada saat tua (Badan POM, 2008: 98). Deskripsi haksel rimpang Jahe yaitu bau khas, rasa pedas dan mempunyai warna putih kekuningan (Ditjen POM, 1989). 12. Rimpang Kencur (Kaempferiae rhizoma) Deskripsi tanaman berupa tanaman dengan tinggi 1 meter. Daun berbentuk bulat berwarna hijau tua pada pagian atas dan hijau pucat bagian bawah. Ujung daun meruncing pangkal tumpul. Akar tunggang berwarna putih kotor (Dalimartha,2006). Deskripsi haksel rimpang kencur yaitu bau khas, rasa pedas, berwarna putih sampai putih kecoklatan (Ditjen POM, 1989). 13. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica rhizoma) Deskripsi Tanaman habitus berupa herba semusim, tegak, tinggi 1-1,5 m. Batang semu, hijau. Daun tunggal, lonjong, tipis, pangkal tumpul, ujung runcing, tepi rata, berbulu, panjang 23-25 cm, lebar 20-25 cm. Pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk berbetuk tandan, diujung batang, panjang 6-10 cm,lebar 4-5 cm. Ujung bersegi, hijau kemerah-merahan. Akar serabut, putih kotor(badan POM, 2008 :99). Deskripsi haksel rimpang kunyit yaitu bau khas aromati, rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa pedas. Warna kuning

19 jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan (Ditjen POM, 1989). 14. Rimpang Lengkuas (Languatis rhizoma) Deskripsi tanaman yaitu lengkuas termasuk terna tanaman tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter. Tanaman ini memilki akar tak teratur. Pada lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna coklat sedangkan dibagian tangkai yang berbentuk umbi berwarna merah. Bagian dalam berwarna putih dan jika dikeringkan menjadi kehijauhijauan. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri atas susunan pelepah - pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri atas pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunganya juga muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga memiliki aroma yang khas(dalimartha, 2006 :70). Deskripsi Haksel rimpang lengkuas yaitu bau khas, rasa agak pedas, berwarna coklat kemerahan (Ditjen POM, 1989). 15. Rimpang Temulawak (Curcuma rhizoma) Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan. (MMI JILID III HALAMAN 67) Temulawak berbatang semu, daun berupa daun tunggal, berbentuk lonjong dan berujung lancip. Daun muda memiliki warna cokelat pada tulang daun bagian tengah dan hilang jika tua. Tangkai daun berujung pelepah memeluk batang. Daun terletak berhadapan, berupa lembaran yang tipis, permukan halus. Akar serabutnya berupa rimpang membulat, berwarna cokelat muda atau cokelat tua. Bagian dalam rimpang berwarna jingga tua atau cokelat kemerahan). Daun temulawak lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Batang temulawak berbentuk batang semu, rimpangnya berwarna kekuningan (Ditjen POM, 1989).

20 F. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan No. Nama Simplisia Gambar 1 Buah Mahkota Dewa 2 Daun brotowali 3 Daun kemangi 4 Daun komba-komba 5 Daun kumis kucing 6 Daun papaya

21 7 Daun sambiloto 8 Daun sirih 9 Herba serai merah 10 Herba serai putih 11 Rimpang jahe 12 Rimpang kencur 13 Rimpang kunyit

22 14 Rimpang lengkuas 15 Rimpang temulawak

23 2. Pembahasan Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika. Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi kandungan kimia. Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xylem, floem, berkas pengangkut tipe kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem. Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu, sampai derajat kehalusan tertentu. Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat diuji berupata sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik masing-masing simplisia.

24 Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara (a) organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut; (b) Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia; (c) Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Percobaan kali ini dilakukan identifikasi simplisia secara mikroskopik pada 15 macam simplisia. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian difiksasi di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Kloralhidrat digunakan pada percobaan ini untuk menjernihkan preparat sehingga dapat melarutkan berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada pemeriksaan simplisia pada mikroskop dan memudahkan agar terlihat lebih jelas jaringan atau sel yang ada pada simplisia yang sedang diamati. Fiksasi dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek. Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air. Hasil yang didapatkan pada percobaan ini sesuai dengan literatur Terdapat kendala pada pemeriksaan mikroskopis adalah pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas terlalu panas atau sampai mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan serta kloralhidrat yang diteteskan terlalu tebal sehingga hasil yang diperoleh pada saat diamati dibawah mikroskop tidak terlalu kelihatan dengan jelas.

25 G. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang derajat perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia. 2. Saran Saran untuk praktikum yang telah dilakukan ialah praktikan dapat lebih teliti lagi dalam preparasi simplisia agar hasil mikroskopik yang didapatkan lebih baik dan sesuai dengan literatur.

26 DAFTAR PUSTAKA Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ditjen POM, 1989, Materia Medika Jilid V-VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Febriani D., Dina M., dan Endah R., 2015, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Anonna muricata Linn), Jurnal Prosiding Penelitian UNISBA, Vol 2 (1). Mulyani, S., Novia D.N., Hendri M.S., Alifi Z.A.S., 2013, Identifikasi Makroskopi Mikroskopi Kimiawi Rimpang C. mangga C. zedoaria dan K. rotunda, Tradicional Medicine Journal, Vol 18 (2). Supomo, Risa S., dan Risaldi J., 2016, Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.), Jurnal Kimia Mulawarman, Vol 13 (2). Zaini, M., Agung B., Khoerul A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi Karagenin-ᴧ, Jurnal Pharmascience, Vol 3 (2).