AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KERSEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum)dengan METODE DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhidrazyl)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

PROFIL KROMATOGRAFI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN LIBO (Ficus variegata Blume.)

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

OPTIMALISASI EKSTRAKSI DAN UJI METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN LIBO (FICUS VARIEGATE BLUME) ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB IV PROSEDUR KERJA

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK METANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

BAB III METODE PENELITIAN

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

UJI SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK METANOL KULIT BATANG TUMBUHAN KLAMPOK WATU(Syzygium litorale)

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK DAUN CEMPEDAK (ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

Transkripsi:

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KERSEN (Muntingia calabura L.) Fathiah Olpah Siara, Arsyik Ibrahim, Hanggara Arifian, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email: rolan@farmasi.unmul.ac.id ABSTRAK Seduhan kulit batang Tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.) sering digunakan sebagai obat tradisional. Hasil Skrining fitokimia ekstrak dan fraksi kulit batang kersen menunjukkan Adanya kandungan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi kulit batang kersen dengan menggunakan metode DPPH untuk ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi tidak larut dari kulit batang Tumbuhan Kersen berturut-turut adalah sebesar 19,63 ppm, 34,38 ppm, 10,65 ppm, dan 18,70 ppm, sedangkan IC50 kontrol positif (vitamin C) adalah 14,77 ppm. Ekstrak kulit batang kersen berpotensi sebagai antioksidan. Kata Kunci: Antioksidan, Metabolit Sekunder, Vitamin C, DPPH, IC50 ABSTRACT Kersen plant bark (Muntingia calabura L.) is often used as a traditional medicine. Result Screening of phytochemical of Muntingia calbura L. extract were alkaloid, flavonoid, tannin, saponin and terpenoid. Values of IC50 Muntingia calabura L. using DPPH method for ethanol extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction and insoluble fraction respectively were 19.63 ppm, 34.38 ppm, 10.65 ppm, and 18.70 ppm. Whilst, IC50 values of positive control (Vitamin C) was 14.77 ppm. Extract of Muntingia calabura L. bark has potential as an antioxidant. Keywords: Antioxidant, Secondary metabolites, Vitamin C, DPPH, IC50 PENDAHULUAN Seduhan kulit batang Tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.) sering digunakan sebagai obat tradisional. Kersen (Muntingia calabura L.) secara ilmiah memiliki jenis flavonoid dan flavon telah diisolasi dan diidentifikasi dari Muntingia calabura L. Tanaman ini mengandung banyak flavonoid pada bagian daunnya 112

(Manik, 2014). Akan tetapi belum ada laporan mengenai uji aktivitas antioksidan dari kulit batang kersen. Penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kasar, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi tidak larut kulit batang kersen (Muntingia calabura L.) untuk dapat dikembangkan dan diketahui khasiat dan potensinya yang menunjang untuk penelitian sebelumnya untuk mengembangkan khasiat dari kersen. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Batang pengaduk, cawan porselin, corong kaca, corong pisah, corong porselin, gelas kimia, gelas ukur, hot plate, kaca arloji, kuvet, labu ukur, mangkok kaca, penjepit tabung, pipet tetes, pipet ukur, pisau, pro pipet, rak tabung, rotary evaporator, spektofotometer, statif dan klem, tabung reaksi, timbangan analitik, toples kaca, vortex. Bahan yang digunakan adalah Aquades, DPPH, Etil Aseat, Etanol, n-heksana, Simplisia Kulit Batang Kersen, Vitamin C, HCl, Preaksi Dragendroff, Preaksi Mayer, Logam Magnesium, FeCl3, Asam sulfat pekat, dan Asam asetat anhidrat Prosedur Kerja Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak dan fraksi kulit batang kersen. Cara ekstraksi dengan metode maserasi dan fraksinasi cair-cair untuk selanjutnya diuji aktivitas antioksidan. Kulit batang kersen diperoleh dari Samarinda, Kalimantan timur. Ekstrak yang diuji adalah ekstrak etanol sedangkan untuk fraksi yang akan diuji adalah fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi tidak larut. Aktivitas antioksidan dianalisis melalui besarnya peredaman radikal DPPH oleh ekstrak atau fraksi kulit batang kersen terhadap peredaman radikal DPPH. Besarnya peredaman radikal DPPH oleh ekstrak kulit batang kersen dapat diketahui melalui pengukuran absorbansi radikal DPPH menggunakan spektroskopi UV-Vis. Nilai IC50 ekstrak dan fraksi kulit batang kersen menunjukkan sifat antioksidan sangat kuat. 113

Pengolahan Ekstrak Kulit Batang Kersen Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu kulit batang kersen kering yang telah disortasi dan diangin-anginkan, simplisia kering (1,230 kg) yang diperoleh dimasukkan ke dalam toples kaca A, B, dan C, masing-masing sebanyak 500, 500, dan 230 gram. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Pelarut etanol dituang secara perlahan-perlahan ke dalam toples kaca yang berisi sampel sambil diaduk hingga homogen. Pelarut etanol dibiarkan sampai 1 cm diatas permukaan sampel. Ekstaksi dilakukan hingga warna larutan tidak pekat lagi umumnya 3 24 jam dan setiap 24 jam pelarut etanol diganti sambil sekali-sekali diaduk. Filtrat hasil ekstraksi yang melalui proses penyaringan diuapkan dengan menggunakan rotary evaporation dan di anginanginkan hingga diperoleh ekstrak kental. Penyiapan fraksi n-heksana, etil asetat, dan fraksi etanol. Proses fraksinasi ekstrak dilakukan secara bertingkat dengan metode fraksinasi cair-cair. Pada fraksinasi dibuat fraksi ekstrak kulit batang kersen dengan dua macam pelarut yang berbeda sesuai dengan tingkat kepolarannya yaitu dari pelarut dengan kepolaran rendah sampai pelarut dengan kepolaran yang lebih tinggi yaitu n-heksana dan kemudian etil asetat. Ekstrak kering kulit batang kersen ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dilarutkan dengan aquades. Selanjutnya ditambahkan pelarut n-heksana dan dilakukan penggojogan di dalam corong pisah. Setelah beberapa menit terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah diambil untuk dilanjutkan fraksinasi dengan etil asetat, dan sisa dari fraksinasi etil asetat itulah yang disebut fraksi tidak larut. Dalam setiap pelarut organik dilakukan beberapa kali pengulangan hingga lapisan atas terlihat bening. Lapisan atas hasil fraksinasi dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (untuk fraksi tidak larut dilarutkan penguapan di atas penangas) sehingga diperoleh ekstrak kental. Identifikasi Metabolit Sekunder Alkaloid Uji golongan alkaloid menggunakan 2 ml ekstrak dan ditambahkan 2 ml HCl 2 % lalu ditambahkan pereaksi dragendrof (bereaksi positif jika keruh atau endapan jingga) dan pereaksi mayer (bereaksi positif jika terbentuk endapan putih kekuningan). 114

Flavonoid Uji golongan flavonoid menggunakan 2 ml ekstrak dan ditambahkan logam magnesium dan 4 tetes HCl pekat, reaksi positif jika ditandai dengan larutan menjadi warna merah, jingga atau gelap Fenolik Uji golongan fenol menggunakan 2 ml ekstrak dan ditambahkan 3 tetes FeCl3, reaksi positif ditandai dengan larutan menjadi warna biru atau hitam. Tanin Uji golongan tanin menggunakan 2 ml ekstrak dan ditambahkan 2-3 tetes FeCl3, bereaksi positif jika larutan menjadi warna biru atau hitam Saponin Uji golongan saponin menggunakan 2 ml eksrak dan dicampurkan air lalu dikocok kuat dan ditambahkan 10 tetes HCl 0,1 N, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya buih stabil selama 15 menit maka terbukti adanya golongan saponin. Steroid dan Terpenoid Uji golongan steroid dan terpenoid menggunakan 2 ml ekstrak lalu ditambahkan 3 tetes preaksi asam asetat anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat (preaksi Liebermann Burchard). Terbentuknya cincin merah menandakan positif untuk senyawa terpenoid dan terbentuknya cincin biru atau hijau menandakan positif untuk steroid. Pengujian Aktivitas Antioksidan Untuk penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi kulit batang kersen menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH. Kristal DPPH ditimbang sebanyak 4 mg untuk dilarutkan dalam 100 ml etanol sehingga didapatkan laurutan DPPH dengan konsentrasi sebesar 40 ppm. Disimpan larutan DPPH selama 20 menit untuk melindungi dari cahaya. Kemudian, dibuat larutan ekstrak dan fraksi kulit batang kersen menggunakan etanol. Sebanyak 1 ml larutan ekstrak tersebut ditambahkan dengan 3 ml larutan DPPH 40 ppm dan dibiarkan selama 20 menit pada temperatur ruang (terhindar dari cahaya). Pengukuran absorban dilakukan pada panjang gelombang 517 nm Sebagai pembanding digunakan vitamin C. 115

HASIL DAN PEMBAHASAN Kulit batang kersen (Muntingia calabura L.) dijadikan sampel kering dengan proses pengecilan ukuran dan pengeringan sampel yang bersifat permiabel (mudah ditembus zat cair dan uap). Proses perajangan ini bertujuan agar jaringan tumbuhan dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga proses pengeringan dan ekstraksi sampel menjadi lebih cepat (Munawaroh, 2010). Lalu proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol.). Etanol dipilih karena memiliki kemampuan melarutkan semua zat dengan cepat, sempurna, serta mempunyai titik didih yang cukup rendah agar pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi, dan bersifat inert (Munawaroh, 2010). Proses ekstraksi di lanjutkan dengan proses fraksinasi, dibuat fraksi ekstrak kulit batang kersen dengan dua macam pelarut yang berbeda sesuai dengan tingkat kepolarannya yaitu dari pelarut dengan kepolaran rendah sampai pelarut dengan kepolaran lebih tinggi yaitu n-heksana dan kemudian etil asetat. Hasil pengekstrasian memiliki rendemen dengan jumlah ekstrak etanol 7,01 %, fraksi n-heksan 0,27 %, fraksi etil asetat 0,73 %, dan fraksi tidak larut 0,69 % dari ekstrak kasar kulit batang kersen (tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa pelarut etanol memiliki kemampuan yang baik untuk dijadikan pelarut dalam ekstraksi kulit batang kersen. Tabel 1. Rendemen ekstrak kulit batang kersen Ekstrak Rendemen (%) Ekstrak Kasar 7,01 Fraksi N-Heksan 0,27 Fraksi Etil Asetat 0,73 Fraksi Tidak Larut 0,69 Senyawa metabolit sekunder adalah produk sekunder dari proses reaksi kimia pada tumbuhan, yang memiliki banyak manfaat contohnya flavonoid sebagai antioksidan. Identifikasi metabolit sekunder pada ekstrak dan fraksi kulit batang kersen memiliki hasil positif pada alkaloid (hanya pada fraksi n-heksana), flavonoid, fenolik, tanin, saponin, dan triterpenoid, (tabel 2). Hasil ini sesuai dengan yang telah dilaporkan oleh Arum (2012) dan Prasetyo (2014). 116

Tabel 2. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak Kulit Batang Kersen Ekstrak Kasar Fraksi N- Heksan Fraksi Etil Asetat Fraksi Tidak Larut Alkaloid - + - - Flavonoid + - + + Fenolik + - + + Tanin + - + + Saponin + - - + Triterpenoid + (Terpenoid) - - - Keterangan : (+) Positif = Ada Senyawa dan (-) Negatif = Tidak Ada Senyawa Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi kulit batang kersen (Muntingia calbaura L.) dilakukan dengan metode DPPH. Nilai IC50 dari ekstrak dan fraksi kulit batang kersen disajikan pada Tabel 3. IC50 (Inhibitory Concentration 50) merupakan bilangan yang menunjukan konsentrasi sampel (ppm) yang mampu menghambat radikal bebas sebesar 50 %. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Analisis aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase penghambatan (inhibisi) serapan DPPH (Kuntorini, 2013). Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol (Muntingia calabura L.) kulit batang kersen dengan mengunakan konsentrasi pengujian 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm diperoleh IC50 19,632 ppm (Tabel 2). Hasil IC50 ekstrak etanol termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat (Putri, 2015). Ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan karena ekstrak memiliki senyawa metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, Tanin, Saponin, dan Terpenoid. Aktivitas antioksidan dari fraksi n-heksana (Muntingia calabura L.) kulit batang kersen dengan menggunakan konsentrasi pengujian 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, dan 60 ppm diperoleh hasil IC50 34,376 ppm (Tabel 2). Hasil IC50 fraksi n-heksana juga termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat (Putri, 2015). Aktivitas antioksidan fraksi n-heksana lebih lemah dari aktivitas antioksidan ekstrak etanol karena kandungan metabolit sekunder fraksi n-heksana hanya senyawa alkaloid. 117

Tabel 3. Aktivitas antioksidan kulit batang kersen (Muntingia calabura L.) Sampel Konsentrasi % Aktivitas Uji (ppm) Antioksidan IC50 Keterangan Ekstrak Etanol 5 10,660 10 26,781 15 38,586 19,632 Sangat Kuat 20 53,406 25 61,310 Fraksi n-heksana 20 28,484 30 45,095 40 58,751 34,376 Sangat Kuat 50 73,969 60 81,828 Fraksi Etil Asetat 5 29,173 10 49,925 10,651 Sangat Kuat 15 67,820 20 79,749 25 83,960 Fraksi Etanol 5 11,494 (Tidak Larut) 10 28,391 15 43,046 18,703 Sangat Kuat 20 55,287 25 63,391 Vitamin C 5 15,533 10 33,761 15 51,990 14,774 Sangat Kuat 20 69,063 25 81,772 Aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat (Muntingia calabura L.) kulit batang kersen dengan mengunakan konsentrasi pengujian 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm diperoleh IC50 10,651 ppm (Tabel 2). Hasil IC50 fraksi etil asetat termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat (Putri, 2015). Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan karena fraksi memiliki senyawa metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, dan Tanin. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat lebih kuat dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak etanol karena senyawa metabolit sekunder pada fraksi etil asetat lebih spesifik dibandingkan pada ekstrak etanol. Aktivitas antioksidan dari fraksi tidak larut (Muntingia calabura L.) kulit batang kersen dengan mengunakan konsentrasi pengujian 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 118

20 ppm, dan 25 ppm diperoleh IC50 18,703 ppm. Hasil IC50 fraksi tidak larut termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat (Putri, 2015). Fraksi tidak larut memiliki aktivitas antioksidan karena ekstrak memiliki senyawa metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, Tanin, dan Saponin. Potensi aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi kulit batang kersen memiliki memiliki potensi yang baik sebagai antioksidan. Bahkan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif yaitu vitamin C dengan IC50 sebesar 14,774 ppm. Hal ini disebabkan karena pada fraksi etil asetat memiliki kandungan metabolit sekunder yang dapat bertindak sebagai senyawa antioksidan seperti Flavanoid (Manik, 2004). Flavonoid adalah suatu antioksidan alam dan mempunyai aktivitas biologis, antara lain sebagai antioksidan yang dapat menghambat berbagai reaksi oksidasi, serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil. KESIMPULAN 1. Ekstrak Dan Fraksi Kulit Batang Kersen (Muntingia calabura L.) memiliki aktivitas antioksidan. 2. Aktivitas Antiosidan Fraksi Etil Asetat lebih baik dari Aktivitas Antioksidan Vitamin C. DAFTAR PUSTAKA Agromedia, Redaksi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT Agromedia pustaka; Jakarta. Arum, Y.P., Supartono, dan Sudarmin. 2012. Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Eksrak Daun Kersen. Jurnal MIPA 35(2); 165-174. Kuntorini, E.M., Fitriana, S., dan Astuti, M.D., 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Manik, D., Hertiani, T., dan Anshory, H., 2014. Analisis Korelasi Antara Kadar Flavonoid Dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Staphylococcus aureus.jurnal Khazanah.Vol. 6, No.2. Munawaroh, S., dan Handayani, P.A., 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystric D.C) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 2, No. 1.Hal 73-77. 119

Prasetyo, A.D., dan Sasongko, H., 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70 % Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Bacteri Bacillus Subtilis dan Shigella dysentrine sebagai Materi Pembelajaran Biologi SMA Kelas X untuk Mencapai KD 3.4 pada Kurikulum 2013. Jnpemasi-PBIO. Vol. 1, No. 1.Hal 73-77. Putri, A.A.S., dan Hidayati, N., 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus moluccensis). UNESA Journal of Chemistry Vol. 4, No. 1. 120