BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Menurut pandangan (Sumantri, 2001:136) eksperimen keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada konstruksi pengetahuan siswa itu sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa yang akan datang. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui percobaan dan pengalaman nyata. Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan tujuan dari metode eksperimen itu sendiri yaitu agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta dari informasi atau data yang diperoleh, untuk melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan serta melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul dari percobaan. Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu jenjang pendidikan sekolah di mana di dalamnya terdapat mata pelajaran IPA. Proses ini berusaha 1
2 ditingkatkan kualitas pembelajarannya, agar sumber daya manusia menjadi lebih meningkat jika dipandang melalui ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Menurut kenyataan yang ada pada saat pembelajaran IPA di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo, mengenai bentuk-bentuk energi dan perubahannya yang diantaranya bentuk energi gerak, pada saat awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi atau gambaran terhadap materi yang akan diajarkan kepada siswa, guru langsung menulis materi di papan tulis, kemudian siswa disuruh mancatat materi tersebut, setelah siswa mencatat guru langsung menjelaskan materi. Ketika guru sedang menjelaskan materi tersebut banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, Mereka banyak bergurau, dan asyik bercerita sendiri dengan teman-temannya. Bahkan ada siswa yang menaikkan kakinya ke atas meja. Melihat kondisi kelas seperti itu guru langsung memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang disampaikan tadi, namun mereka hanya pasif terdiam dan tidak paham dengan materi yang tadi guru sampaikan kepada siswa. Dalam proses pembelajaran guru juga tidak melakukan percobaan mengenai energi gerak, pembelajaran yang dilakukan guru tidak berpusat pada diri siswa itu sendiri. Dari analisis masalah yang ada, ditemukanlah beberapa penyebab masalah, antara lain : pada awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi, guru kurang mem-bangkitkan motivasi atau minat siswa terhadap pembelajaran, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, dalam menyampaikan materi kurang menarik sehingga pembelajaran terasa membosankan dan dalam pembelajaran guru juga tidak melakukan percobaan pada diri siswa itu sendiri mengenai energi gerak. Pembelajaran yang terjadi di atas mengakibatkan siswa tidak paham tentang energi gerak dan siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Masih sering terjadi, dalam pembelajaran IPA guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menceramahkan materi IPA. Pembelajaran demikian jelas bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan hakekat pendidikan IPA di SD yakni sebagai proses, produk dan sikap. Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan penggunaan metode eksperimen atau percobaan dalam pembelajaran IPA. Karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan eksperimen lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
3 mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri melalui asimilasi dan akomodasi.apalagi dalam semester 2 kompetensi dasar yang dicapai adalah Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energy gerak akibat pengaruh udara,misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut, yang menuntut siswa untuk berbuat dan praktek.selama ini pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik bagi siswa,pembelajaran yang menoton,sehingga siswa tidak merasakan adanya inovasi dalam pembelajaran,siswa tidak terbangun dalam pembelajaran dan siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan pembelajaran yang dialami siswa bersifat statis. Latar belakang di atas mendorong untuk mengambil fokus penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen Dengan Sumber Belajar Lingkungan Pada Siswa Kelas 4 Semester 2 di Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo. 1.2 Identifikasi Masalah Dari sisi proses pembelajaran di kelas, peneliti menyadari kesalahan-kesalahan yang peneliti lakukan sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal. Hasil identifikasi terhadap proses pembelajaran IPA yang peneliti laksanakan memperlihatkan beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa, antara lain: 1. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru 2. Motivasi belajar siswa rendah 3. Ada beberapa siswa bermaian saat guru menjelaskan 4. Siswa pasif dalam pembelajaran Peneliti melakukan analisis terhadap penyebab timbulnya masalah tersebut dilihat dari peneliti, yaitu sebagai berikut : 1. Pada awal pembelajaran guru belum dapat memfokuskan siswa 2. Guru belum memaksimalkan penggunaan alat peraga 3. Guru belum mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran 4. Guru menyampaikan materi secara klasikal 5. Guru dalam pembelajaran menggunakan metode yang kurang vareatif, sehingga siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran.
4 1.3 Pemecahan Masalah Langkah - langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam usaha memecahkan masalah pembelajaran IPA ini adalah dengan menentukan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan Kompetensi Dasar yang hendak dicapai. Pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Dasar adalah dengan Metode Eksperimen yang merupakan salah satu pembelajaran dengan langkah-langkah ilmiah yang di dalam melaksanakan langkah-langkah tersebut. Masalah hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo perlu diselesaikan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif, yaitu metode eksperimen dan diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode eksperimen ini mengahadapkan siswa pada suatu permasalahan secara langsung. Siswa diajak keluar kelas untuk mengamati. Siswa mengumpulkan dan mencari benda yang dapat bergerak akibat pengaruh angin, misalnya kincir angin dari kertas, siswa mengamati kincir angin dari kertas dam melalui diskusi kelompok, siswa menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kincir angin dari kertas. Siswa secara berkelompok membuat kincir angin dari kertas, siswa membuktikan pengaruh angin terhadap gerak kincir angin di luar kelas, dan pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan bahwa angin dapat menggerakkan kincir angin dari kertas. Dengan langkahlangkah pembelajaran tersebut, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran tersebut, siswa bekerja, merasakan dan menyimpulkan sendiri secara langsung. Metode eksperimen ini lebih mengutamakan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Melalui PTK ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2012 / 2013 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian tindakan kelas yaitu : 1. Apakah penerapan metode eksperimen dengan sumber belajar lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Selomerto semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
5 2. Bagaimana penerapan metode eksperimen dengan sumber belajar lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Selomerto semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan metode eksperimen dengan sumber belajar lingkungan kelas 4 di Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo. 2. Mendiskripsikan langkah-langkah penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan sumber belajar lingkungan kelas 4 di Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo. 1.5.2 Manfaat yang bersifat teoritis: 1. Menambahkan kajian tentang bagaimana penerapan metode eksperimen dengan sumber belajar lingkungan. 2. Sebagai dasar untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan atau sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut. 1.5.3 Manfaat yang bersifat praktis: 1. Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia agar lebih berkualitas bagi Sekolah Dasar Negeri Selomerto Kabupaten Wonosobo. 2. Sebagai suatu upaya perbaikan kinerja guru dalam proses kegiatan mengajar, khususnya dalam pembelajaran IPA. 3. Bagi PGSD yang mempersiapkan para calon guru SD, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk membekali calon guru SD tentang pembelajaran IPA.