Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

Modul ke: Perpajakan. Pengantar Perpajakan. Fakultas FAKULTAS EKONOMI & BISNIS. Yanti Verawati Bakara, SE, MSi, BKP. Program Studi MANAJEMEN

PERPAJAKAN PENGANTAR PERPAJAKAN. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

Modul ke: Pengantar Perpajakan. 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Program Studi Manajemen

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

FUNGSI PAJAK. 2.Fungsi Mengatur Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Pengantar Perpajakan MINGGU 1

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

PERTEMUAN 2 DASAR-DASAR PERPAJAKAN

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

Pengantar Perpajakan. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Modul Perpajakan PENGANTAR HUKUM PAJAK PEMERINTAH BERASAL DARI ALLAH PEMBAYARAN PAJAK SECARA IMAN KRISTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munawir Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PERKULIAHAN. Perpajakan. Pengantar Perpajakan. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

PENGANTAR PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Iuran rakyat ke negara. berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara. penggunaan publik. tanpa timbal balik ( non kontraprestasi)

BAB 1 PERPAJAKAN INDONESIA

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak secara umum adalah iuran wajib dari penduduk kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

DASAR PERPAJAKAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Iuran rakyat ke negara. berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara. penggunaan publik. tanpa timbal balik ( non kontraprestasi)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sedangkan menurut R.Santoso Brotodihardjo, hukum pajak adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB III. 2. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. dalam buku Resmi (2013) yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

Perpajakan I Modul ke: Pengantar Perpajakan Fakultas 01FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI

PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan, masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing masing. Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa/raja tanpa melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar pajak melalui aturan yang dibuat antara penyelenggara pemerintah dengan rakyat melalui perwakilannya. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H., dalam bukunya Dasar dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5): Pajak Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

Unsur unsur yang melekat pada pengertian pajak, yaitu : Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya. Sifatnya dipaksakan. Jika dilanggar berakibat adanya sanksi. Tidak dapat menunjukkan adanya kontra prestasi secara langsung oleh pemerintah. Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat ataupun daerah. Diperuntukkan untuk pengeluaran pengeluaran negara.

PENGERTIAN RETRIBUSI DAN SUMBANGAN Retribusi Pembayaran yang ditujukan semata mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah. Sumbangan Jika dalam retribusi, seseorang yang menikmati kontraprestasi secara langsung adalah pembayar retribusi, akan tetapi dalam sumbangan yang mendapatkan atau merasakan imbalan / manfaat secara langsung adalah penerima sumbangan.

FUNGSI PAJAK Pajak memiliki dua macam fungsi utama, yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pengeluaran pemerintah. b. Fungsi Mengatur (Reguleren) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

Dalam perkembangannya kedua fungsi utama tersebut berkembang menjadi lebih luas dengan adanya 2 fungsi berikut : a. Fungsi Redistribusi Fungsi yang lebih menekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Dalam fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak. b. Fungsi Demokrasi Suatu wujud sistem gotong royong termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini lebih dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat khususnya pembayar pajak.

ASAS DAN DASAR PEMUNGUTAN PAJAK Pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and the Causes of the Wealth Of Nations hendaknya didasarkan pada asas : 1. Equality Harus bersifat final adil dan merata. 2. Certainty Tidak ditentukan sewenang wenang. 3. Convenience Bayar ketika mendapatkan penghasilan. 4. Economy Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimal mungkin.

Teori yang menjadi dasar bagi negara untuk memungut pajak, antara lain : a. Teori Asuransi Teori ini menyamakan pembayaran asuransi sama dengan pembayaran pajak. Dalam perjanjian ini diasumsikan bahwa masyarakat harus membayar premi karena masyarakat seakan mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara. b. Teori Kepentingan Diasumsikan bahwa negara yang melindungi kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan memperhatikan beban yang harus dipungut dari masyarakat sesuai kepentingan masing masing masyarakat. c. Teori Gaya Pikul Teori ini berpendapat bahwa tiap orang dikenakan pajak dengan bobot yang sama tanpa membeda bedakan antara penghasilan dan pengeluaran seseorang. d. Teori Bakti Teori ini berasumsi bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. e. Teori Gaya Beli Teori ini berdasar pada penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau negara, sehingga pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.

TINJAUAN ASPEK HUKUM KEDUDUKAN HUKUM PAJAK Keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan mengembalikan kepada masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang lingkup hukum pajak. Mengingat peraturan ini menyangkut hubungan hukum antara negara dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, maka hukum pajak merupakan bagian hukum publik. Hubungan hukum pajak berkaitan dengan 2 hukum, yaitu hukum pidana dan hukum perdata.

HUKUM PIDANA Dilihat dengan adanya sanksi pidana atas kealpaan dan kesengajaan terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan. HUKUM PERDATA Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian kejadian, keadaan keadaan, dan perbuatan perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata, seperti penghasilan, kekayaan, dan perjanjian penyerahan hak, dsb.

HUKUM PAJAK MATERIIL Dan HUKUM PAJAK FORMAL Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak. Hukum Pajak dibedakan menjadi 2, yaitu : Hukum Pajak Materiil Hukum Pajak Formal

HUKUM PAJAK MATERIIL Memuat norma norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Hukum Pajak Materiil meliputi : UU Pajak Penghasilan UU Pajak Pertambahan Nilai UU Pajak Bumi dan Bangunan UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan UU Bea Materai

HUKUM PAJAK FORMAL Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan. Hukum Pajak Formal ini memuat, antara lain : I. Tata cara penetapan utang pajak II. Hak hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. III. Kewajiban Wajib Pajak, misalnya penyelenggara pembukuan / pencatatan, dan hak hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding. Hukum Pajak Formal meliputi : a. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan b. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa c. UU Pengadilan Pajak

PENAFSIRAN DALAM HUKUM PAJAK Berikut beberapa penafsiran yang sering digunakan dalam lapangan hukum pajak, yaitu : Penafsiran Historis Penafsiran undang undang dengan melihat sejarah dibuatnya undang undang tersebut. Penafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang undang. Penafsiran Sosiologis Penafsiran atas ketentuan undang undang yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang selalu berkembang. Karena itu perlu penyesuaian antara undang undang dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Penafsiran Sistematik Penafsiran ketentuan dengan mengaitkan dengan ketentuan (pasal pasal ) lain dalam undang undang tersebut atau dari undang undang lainnya.

Penafsiran Otentik Penafsiran ketentuan dalam undang undang dengan melihat hal-hal yang telah dijelaskan dalam undangundang tersebut. Terminologi merupakan penafsiran otentik. Penafsiran Tata Bahasa Penafsiran ketentuan dalam undang undang berdasarkan bunyi kata kata secara keseluruhan dalam kalimat yang disusun. Penafsiran Analogis Penafsiran ketentuan dengan cara memberi kiasan pada kata kata yang tercantum dalam undang undang, sehingga suatu peristiwa yang sesungguhnya tidak termasuk dalam ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang dibuat. Penafsiran A Contrario Penafsiran ketentuan undang undang didasarkan pada perlawanan pengertian antara masalah yang dihadapi dan masalah yang diatur dalam undang undang. Penafsiran ini dalam hukum pajak juga tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum.

PERLAWANAN TERHADAP PAJAK Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawan aktif dan perlawan pasif. Perlawanan Pasif Hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri. Perlawanan Aktif Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan menghindari pajak.

Perlawanan aktif dapat dibedakan cara cara sebagai berikut : a. Penghindaran Diri dari Pajak (Tax Avoidance) Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam kerangka peraturan perpajakan. Misal : Rokok putih diganti dengan rokok tingwe supaya tidak kena pajak rokok. b. Pengelakan Diri dari Pajak (Tax Evasion) Dilakukan dengan cara cara yang melanggar undang undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaannya. Misal : Wajib Pajak melakukan manipulasi pajak dengan melakukan pembukuan ganda. c. Melalaikan Pajak Dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi. Misal : Menghalangi penyitaan dengan menyembunyikan barang barang yang akan disita.

SISTEM, JENIS & TARIF PAJAK PEMBAGIAN JENIS PAJAK Secara umum pajak yang diberlakukan di Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi berikut : A. Menurut Sifatnya B. Menurut Sasaran / Objeknya C. Menurut Pemungutnya

Pembagian Pajak Menurut Sifatnya Pajak Langsung Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Tidak Langsung Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

Pembagian Pajak Menurut Sasaran / Objeknya Pembagian pajak menurut sasaran / objeknya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan prinsip prinsip : Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Objektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa

Pembagian Pajak Menurut Pemungutnya Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. Pajak Tidak Langsung Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan, dan lain-lain.

CARA PEMUNGUTAN PAJAK A. Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel : 1. Stelsel Nyata (rill stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. 2. Stelsel Fiktif (fictive stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan. 3. Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

B. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi : 1. Official Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri ciri Official Assesment System : i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada di fiskus; ii. Wajib Pajak bersifar pasif ; iii. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. Withholding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

YURIDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK Tiga hal sebagai dasar untuk memungut pajak, ialah : a) Tempat tinggal Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak tanpa memperhatikan apakah ia sebagai warga negaranya atau warga negara asing. b) Kebangsaan Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal. c) Sumber Penghasilan Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber dari suatu negara.

TARIF PAJAK Tarif Pajak ialah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang ( Pajak yang masih harus dibayar ). Besarnya tarif pajak dinyatakan dalam presentase. Dalam Pajak Penghasilan presentase tarifnya dibedakan : a. Tarif Marginal Berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. b. Tarif Efektif Presentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola presentase tarif pajak dikenai 4 macam tarif, yaitu :

Tarif Proposional / Sebanding Tarif berupa presentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan dasar pengenaan pajak. Contoh : Tarif PPN 10%, PBB 0,5%, BPHTB 5%. Tarif Progresif Tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar apabila yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Misalnya, Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia, yaitu :

TABEL TARIF PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA TARIF PAJAK *0-50 50-100 50-250 > 100 250-500 >500 Wajib Pajak Orang Pribadi 5% - 15% - 25% 35% Wajib Pajak Badan & BUT 10% 15% - 30% - - * Nominal tarif pajak dalam jutaan Untuk tahun pajak 2009 dikenakan tarif tunggal yaitu 28%.

Memperhatikan kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi : a. Tarif Progresif Progresif Kenaikan presentase semakin besar. b. Tarif Progresif Tetap Kenaikan presentase tetap. c. Tarif Progresif Degresif Kenaikan presentase semakin kecil. Tarif Degresif Presentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar. Tarif Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu besarnya pajak terutang tetap. Tarif Pajak Advolerem Tarif dengan presentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu barang. Tarif Spesifik Tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang tertentu.

UTANG PAJAK Utang pajak timbul karena surat ketetapan pajak (ajaran formal), ajaran ini diterapkan pada official assesment system. Utang pajak timbul karena undang undang, ajaran ini diterapkan pada self assesment system. Hapusnya utang pajak disebabkan oleh : 1. Pembayaran Utang pajak hilang karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara. 2. Kompensasi Hal ini dapat terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. 3. Daluwarsa Diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. 4. Pembebasan Utang pajak tidak berakhir karena semestinya tetapi ditiadakan. Biasanya pembebasan utang pajak tidak pada pokok pajaknya tetapi pada beban administrasinya. 5. Penghapusan Penghapusan ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keuangan Wajib Pajak.

Terima Kasih Dra. Muti ah, M.Si