Perpajakan I Modul ke: Pengantar Perpajakan Fakultas 01FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI
PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan, masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing masing. Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa/raja tanpa melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar pajak melalui aturan yang dibuat antara penyelenggara pemerintah dengan rakyat melalui perwakilannya. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H., dalam bukunya Dasar dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5): Pajak Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
Unsur unsur yang melekat pada pengertian pajak, yaitu : Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya. Sifatnya dipaksakan. Jika dilanggar berakibat adanya sanksi. Tidak dapat menunjukkan adanya kontra prestasi secara langsung oleh pemerintah. Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat ataupun daerah. Diperuntukkan untuk pengeluaran pengeluaran negara.
PENGERTIAN RETRIBUSI DAN SUMBANGAN Retribusi Pembayaran yang ditujukan semata mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah. Sumbangan Jika dalam retribusi, seseorang yang menikmati kontraprestasi secara langsung adalah pembayar retribusi, akan tetapi dalam sumbangan yang mendapatkan atau merasakan imbalan / manfaat secara langsung adalah penerima sumbangan.
FUNGSI PAJAK Pajak memiliki dua macam fungsi utama, yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pengeluaran pemerintah. b. Fungsi Mengatur (Reguleren) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.
Dalam perkembangannya kedua fungsi utama tersebut berkembang menjadi lebih luas dengan adanya 2 fungsi berikut : a. Fungsi Redistribusi Fungsi yang lebih menekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Dalam fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak. b. Fungsi Demokrasi Suatu wujud sistem gotong royong termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini lebih dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat khususnya pembayar pajak.
ASAS DAN DASAR PEMUNGUTAN PAJAK Pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and the Causes of the Wealth Of Nations hendaknya didasarkan pada asas : 1. Equality Harus bersifat final adil dan merata. 2. Certainty Tidak ditentukan sewenang wenang. 3. Convenience Bayar ketika mendapatkan penghasilan. 4. Economy Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimal mungkin.
Teori yang menjadi dasar bagi negara untuk memungut pajak, antara lain : a. Teori Asuransi Teori ini menyamakan pembayaran asuransi sama dengan pembayaran pajak. Dalam perjanjian ini diasumsikan bahwa masyarakat harus membayar premi karena masyarakat seakan mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara. b. Teori Kepentingan Diasumsikan bahwa negara yang melindungi kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan memperhatikan beban yang harus dipungut dari masyarakat sesuai kepentingan masing masing masyarakat. c. Teori Gaya Pikul Teori ini berpendapat bahwa tiap orang dikenakan pajak dengan bobot yang sama tanpa membeda bedakan antara penghasilan dan pengeluaran seseorang. d. Teori Bakti Teori ini berasumsi bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. e. Teori Gaya Beli Teori ini berdasar pada penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau negara, sehingga pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
TINJAUAN ASPEK HUKUM KEDUDUKAN HUKUM PAJAK Keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan mengembalikan kepada masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang lingkup hukum pajak. Mengingat peraturan ini menyangkut hubungan hukum antara negara dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, maka hukum pajak merupakan bagian hukum publik. Hubungan hukum pajak berkaitan dengan 2 hukum, yaitu hukum pidana dan hukum perdata.
HUKUM PIDANA Dilihat dengan adanya sanksi pidana atas kealpaan dan kesengajaan terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan. HUKUM PERDATA Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian kejadian, keadaan keadaan, dan perbuatan perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata, seperti penghasilan, kekayaan, dan perjanjian penyerahan hak, dsb.
HUKUM PAJAK MATERIIL Dan HUKUM PAJAK FORMAL Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak. Hukum Pajak dibedakan menjadi 2, yaitu : Hukum Pajak Materiil Hukum Pajak Formal
HUKUM PAJAK MATERIIL Memuat norma norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Hukum Pajak Materiil meliputi : UU Pajak Penghasilan UU Pajak Pertambahan Nilai UU Pajak Bumi dan Bangunan UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan UU Bea Materai
HUKUM PAJAK FORMAL Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan. Hukum Pajak Formal ini memuat, antara lain : I. Tata cara penetapan utang pajak II. Hak hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. III. Kewajiban Wajib Pajak, misalnya penyelenggara pembukuan / pencatatan, dan hak hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding. Hukum Pajak Formal meliputi : a. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan b. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa c. UU Pengadilan Pajak
PENAFSIRAN DALAM HUKUM PAJAK Berikut beberapa penafsiran yang sering digunakan dalam lapangan hukum pajak, yaitu : Penafsiran Historis Penafsiran undang undang dengan melihat sejarah dibuatnya undang undang tersebut. Penafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang undang. Penafsiran Sosiologis Penafsiran atas ketentuan undang undang yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang selalu berkembang. Karena itu perlu penyesuaian antara undang undang dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Penafsiran Sistematik Penafsiran ketentuan dengan mengaitkan dengan ketentuan (pasal pasal ) lain dalam undang undang tersebut atau dari undang undang lainnya.
Penafsiran Otentik Penafsiran ketentuan dalam undang undang dengan melihat hal-hal yang telah dijelaskan dalam undangundang tersebut. Terminologi merupakan penafsiran otentik. Penafsiran Tata Bahasa Penafsiran ketentuan dalam undang undang berdasarkan bunyi kata kata secara keseluruhan dalam kalimat yang disusun. Penafsiran Analogis Penafsiran ketentuan dengan cara memberi kiasan pada kata kata yang tercantum dalam undang undang, sehingga suatu peristiwa yang sesungguhnya tidak termasuk dalam ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang dibuat. Penafsiran A Contrario Penafsiran ketentuan undang undang didasarkan pada perlawanan pengertian antara masalah yang dihadapi dan masalah yang diatur dalam undang undang. Penafsiran ini dalam hukum pajak juga tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum.
PERLAWANAN TERHADAP PAJAK Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawan aktif dan perlawan pasif. Perlawanan Pasif Hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri. Perlawanan Aktif Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan menghindari pajak.
Perlawanan aktif dapat dibedakan cara cara sebagai berikut : a. Penghindaran Diri dari Pajak (Tax Avoidance) Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam kerangka peraturan perpajakan. Misal : Rokok putih diganti dengan rokok tingwe supaya tidak kena pajak rokok. b. Pengelakan Diri dari Pajak (Tax Evasion) Dilakukan dengan cara cara yang melanggar undang undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaannya. Misal : Wajib Pajak melakukan manipulasi pajak dengan melakukan pembukuan ganda. c. Melalaikan Pajak Dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi. Misal : Menghalangi penyitaan dengan menyembunyikan barang barang yang akan disita.
SISTEM, JENIS & TARIF PAJAK PEMBAGIAN JENIS PAJAK Secara umum pajak yang diberlakukan di Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi berikut : A. Menurut Sifatnya B. Menurut Sasaran / Objeknya C. Menurut Pemungutnya
Pembagian Pajak Menurut Sifatnya Pajak Langsung Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Tidak Langsung Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
Pembagian Pajak Menurut Sasaran / Objeknya Pembagian pajak menurut sasaran / objeknya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan prinsip prinsip : Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Objektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa
Pembagian Pajak Menurut Pemungutnya Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. Pajak Tidak Langsung Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan, dan lain-lain.
CARA PEMUNGUTAN PAJAK A. Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel : 1. Stelsel Nyata (rill stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. 2. Stelsel Fiktif (fictive stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan. 3. Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
B. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi : 1. Official Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri ciri Official Assesment System : i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada di fiskus; ii. Wajib Pajak bersifar pasif ; iii. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. Withholding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
YURIDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK Tiga hal sebagai dasar untuk memungut pajak, ialah : a) Tempat tinggal Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak tanpa memperhatikan apakah ia sebagai warga negaranya atau warga negara asing. b) Kebangsaan Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal. c) Sumber Penghasilan Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber dari suatu negara.
TARIF PAJAK Tarif Pajak ialah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang ( Pajak yang masih harus dibayar ). Besarnya tarif pajak dinyatakan dalam presentase. Dalam Pajak Penghasilan presentase tarifnya dibedakan : a. Tarif Marginal Berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. b. Tarif Efektif Presentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola presentase tarif pajak dikenai 4 macam tarif, yaitu :
Tarif Proposional / Sebanding Tarif berupa presentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan dasar pengenaan pajak. Contoh : Tarif PPN 10%, PBB 0,5%, BPHTB 5%. Tarif Progresif Tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar apabila yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Misalnya, Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia, yaitu :
TABEL TARIF PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA TARIF PAJAK *0-50 50-100 50-250 > 100 250-500 >500 Wajib Pajak Orang Pribadi 5% - 15% - 25% 35% Wajib Pajak Badan & BUT 10% 15% - 30% - - * Nominal tarif pajak dalam jutaan Untuk tahun pajak 2009 dikenakan tarif tunggal yaitu 28%.
Memperhatikan kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi : a. Tarif Progresif Progresif Kenaikan presentase semakin besar. b. Tarif Progresif Tetap Kenaikan presentase tetap. c. Tarif Progresif Degresif Kenaikan presentase semakin kecil. Tarif Degresif Presentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar. Tarif Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu besarnya pajak terutang tetap. Tarif Pajak Advolerem Tarif dengan presentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu barang. Tarif Spesifik Tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang tertentu.
UTANG PAJAK Utang pajak timbul karena surat ketetapan pajak (ajaran formal), ajaran ini diterapkan pada official assesment system. Utang pajak timbul karena undang undang, ajaran ini diterapkan pada self assesment system. Hapusnya utang pajak disebabkan oleh : 1. Pembayaran Utang pajak hilang karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara. 2. Kompensasi Hal ini dapat terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. 3. Daluwarsa Diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. 4. Pembebasan Utang pajak tidak berakhir karena semestinya tetapi ditiadakan. Biasanya pembebasan utang pajak tidak pada pokok pajaknya tetapi pada beban administrasinya. 5. Penghapusan Penghapusan ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keuangan Wajib Pajak.
Terima Kasih Dra. Muti ah, M.Si