I. PENDAHULUAN. desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Menurut BPKP (2002) kegiatan pengawasan adalah salah satu fungsi. manajemen yang merupakan unsur penting dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas berada pada ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara KATA PENGANTAR. Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. transparansi kinerja akan pengelolaan lembaga-lembaga publik, baik pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang menyelenggarakanpemerintahan yang baik (good. governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment), dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Duwet Kecamatan Bendo Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Good Governance. Etika Bisnis

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal menitik beratkan pada pemerintah daerah. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, atas limpahan. Rakhmat, Taufiq dan Hidayah-Nya semata, maka Laporan Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya memberikan pelayanan yang responsif, transparan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan kepada orang atau instansi yang memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan pengganti berbagai peraturan perundangan mengenai pemerintahan desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 adalah guna memoderenisasikan Pemerintahan Desa agar mampu menjalankan tiga peranan utamanya, yaitu sebagai struktur perantara, sebagai pelayanan masyarakat serta agen perubahan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 juga telah mendorong proses demokratisasi di tingkat desa. Masyarakat desa sekarang jauh lebih kritis menuntut kinerja kepala desa lebih akuntabel dan transparan dalam mengelolah kebijakan dan keuangan desa. Perubahan yang terjadi ini menandakan uniformitas menjadi variatif dan dominasi birokrasi menjadi institusi masyarakat lokal/adat. Kekuatan Good Governance dengan Kearifan Lokal Good Governance menjadi bagian yang sangat penting dalam proses desentralisasi dan demokratisasi di desa. Kebangkitan pemerintahan pada tingkatan desa tidak

2 hanya dilihat dalam sisi negatif seperti munculnya feodalisme, paternalism dan sejenisnya tetapi harus dilihat sudut positif seperti munculnya kembali kearifan-kearifan lokal. Berkenan dengan upaya pemerintah daerah melakukan proses reformasi birokrasi terutama dalam konteks mendorong partisipasi publik, ditengarai cukup memberikan kontribusi yang signifikan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Lebih daripada itu, masyarakat sebagai salah satu pilar good governance tidak lagi diposisikan sebagai obyek pembangunan, tetapi telah diposisikam sebagai subyek pembangunan. Dengan demikian, masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab yang tinggi dalam mendorong terwujudnya good governance. Salah satu aspek penting dalam rangka menciptakan kepemerintahan yang baik (Good Governance) adalah akuntabilitas. Akuntabilitas berarti adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak-tanduk dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan mandat/amanah yang diembannya kepada pihak yang lebih tinggi/atasannya. Dalam hal ini terminologi akuntabilitas lebih dilihat dari sudut pandangan tindakan pengendalian dalam rangka pencapaian tujuan. Akuntabilitas ditujukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan berhubungan dengan pelayanan apa, oleh siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana. Dengan demikian pertanyaan yang memerlukan jawaban tersebut antara lain apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan, kepada siapa pertanggungjawaban

3 diserahkan, siapa yang bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan, dan sebagainya (J.B. Ghartey, 1987 :79). Konsep akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban bernuansa pencapaian tujuan secara efektif, efesien, ekonomis, sejalan dengan konsep pemeriksaan komprehensif, sehingga diperoleh simpulan menyeluruh mengenai kehematan, efisiensi, efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan setiap instansi departemen/lembaga/pemerintah daerah maupun pemerintah desa. Media akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang dirumuskan melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, dengan bahan pendukung Rencana Stratejik (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Pengukuran kinerja Kegiatan (PKK), dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS). Media pertanggungjawaban yang menjadi alat evaluasi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk laporan periodik dibuat sesuai standar. Keseragaman bentuk dan isi laporan harus mengarah kepada bentuk dan isi laporan harus mengarah kepada pemanfaatan laporan untuk daya banding antar instansi.akuntabilitas pada tataran Pemerintahan Pusat maupun Daerah tercemin pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Sedangkan pada tingkat kebijakan pelaksanaan, telah ditetapkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan

4 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemrintah dalam rangka pembuatan laporan akuntabilitas kinerja satuan organisasi/kerja masing-masing. Wujud dan mekanisme pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) pada tingkat Pemerintahan Desa diatur secara umum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2006 tentang Desa sebagai peraturan pelaksanaan Undan-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan secara khusus diatur melalui Peraturan Daerah dimana Desa tersebut berada. Wujud dari akuntabilitas adalah melalui laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas kepala desa. Akuntabilitas yang dimaksud juga secara langsung diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2006 pasal 15 tentang Desa yang mengatur kewajiban Kepala Desa dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolahan keuangan desa. Pengertian laporan pertanggungjawaban dalam hal ini adalah suatu laporan yang dibuat dan dipertanggungjawabkan suatu forum tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Laporan pertanggungjawabkan adalah suatu bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas yang telah dilakukan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan laporan pertanggungjawaban kepala desa adalah laporan yang dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada rakyat. Akuntabilitas dan

5 transparansi keuangan merupakan tujuan penting dari reformasi sektor public mengingat secara definitive kualitas kepemerintahan yang baik (Good Governance) ditentukan oleh kedua hal tersebut ditambah dengan peran serta masyarakat dan reformasi hukum. Menurut Budiharjo (1999) mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang member mandat. Akuntbilitas bermakna pertangggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system) Akuntabilitas public keuangan Negara adalah pemberian informasi dan pengungkapkan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja keuangan Negara kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Hak-hak public, yaitu hak untuk tahu (right to know), hak untuk dididengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to), dapat dipenuhi. Oleh Karen itu, transparansi atas aktivitas pengelolaan keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi sangat diperlukan. Dimensi akuntabilitas public yang perlu dilakukan meliputi : a. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran b. Akuntabilitas Manajerial c. Akuntabilitas Program d. Akuntabilitas Kebijakan e. Akuntabilitas Finansial

6 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 06 Tahun 2008 pasal 24, menyatakan dalam hal ini pertanggungjawaban kepala desa dalam pelaksanaan ADD maka Kepala Desa berserta perangkat desa dan bendahara desa setelah tahun anggaran berakhir menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan ADD. ADD yang dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat. Pemerintah desa dalam pelaksanaan tugasnya juga wajib menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada masyarakat yang dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. Pemerintah Desa Riau Periangan Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah cukup aspiratif dengan menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh masyarakat dan mengundang BPD, namun hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2006 dan Perda Kabupaten Lampung Tengah Nomor 06 Tahun 2008 Pasal 24, yang menghendaki penyampaian laporan pertanggungjawaban kepala desa. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Perncanaan pembangunan melalui pendekatan social budaya ini diarahkan

7 untuk meningkatkan peranan dan pengembangan Lembaga Adat dan Budaya Lokal guna menumbuh kembangkan kembali nilai-nilai budaya local dalam menunjang pemberdayaan masyarakat sehingga akan tumbuh kondisi social budaya yang sehat dan dinamis, yang pada akhirnya akan bermuara pada masyarakat madani dan mengembalikan citra budaya bangsa Indonesia. Rapat yang diadakan Pemerintah Desa ini tidak independen dalam proses pelaksanaannya karena bukan melalui prakarsa masyarakat dan terkesan pemerintah desa tidak memerlukan tanggapan atau kritikan terkait pelaksanaan ADD, hal ini juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran dalam meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam pelaksanaan ADD yang telah dilakukan pada satu tahun masa anggaran. Pemrintahan Desa Riau Periangan Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah kurang mengindahkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah tentang keuangan desa juga nilai-nilai akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan ADD, pemerintah tidak berusaha meginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada masyarakat yang dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan sekretaris desa, apabila ada pihak yang ingin mengetahui laporan tersebut harus melalui pihak sekretaris yang menyimpan laporan tersebut dalam arsip desa yang sudah dibukukan. Melihat latarbelakang masalah tersebut diatas, maka penulis menganggap perlu diadakannya penelitian mengenai pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Riau Periangan Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung

8 Tengah. Pemilihan desa Riau Periangan sebagai tempat penelitian disebabkan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Riau Periangan dalam pembangunan fisik masih kurang baik dalam pelaksanaannya khususnya dalam hal akuntabilitas pengelolaan ADD. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas maka rumusan masalah yang ada adalah Bagaimana Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Riau Periangan dalam pembangunan Fisik? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Riau Periangan dalam pembangunan fisik. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Praktis Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran, masukan-masukan bagi aparatur Pemerintahan Desa khususnya Kepala Desa Riau Periangan Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah dalam memperbaiki proses penyampaian laporan pertanggungjawaban tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dan nilai-nilai akuntabilitas kepada masyarakat desa.

9 2. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan konsep Akuntabilitas Kepala Desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa(ADD).