DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PASCA UU NO. 28 TAHUN 2009 TENTANG PDRD ( STUDI KASUS KABUPATEN SUKOHARJO)

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah!

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI

Voni Lestari Universitas Negeri Surabaya ABSTRACT. Keywords: Tax Law, local revenue, land and building tax.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2017 TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN SEBELUM DAN SESUDAH DESENTRALISASI PBB MENJADI PBB-P2 PADA PEMERINTAH KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI. Oleh: Martha Feghita Ayu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUNGUT BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

PBB P2 DIALIHKAN SECARA BERTAHAP DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

Analisis Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan di Kota Semarang Tahun Oleh: Mohamad Nur Istiyanto Aji ( )

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...*)

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dari sumber sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 150/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

EFEKTIVITAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

MEMUTUSKAN : Pasal I. Mengubah ketentuan Pasal 10 ayat (1) sehingga menjadi sebagai berikut: Pasal 10

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) BAGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SIDOARJO. Surendro Nurbawono

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

Oleh Sunyoto, SE. MM. Ak. Ery Hidayanti, SE. MM. Ak. Dosen Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Untuk mendukung

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

Skripsi. Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat. Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 106 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

ABSTRACT THE ROLE OF LAND AND BUILDING TAX COLLECTION OF TAX REVENUE IN BANDUNG CITY

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEBELUM DAN SESUDAH PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN PERDESAAN (PBB-P2)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG Aulia Fitri Rahdania*, Budi Ispriyarso, F.C. Susila Adiyanta Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail : aulia.rahdania@ymail.com ABSTRAK Penerbitan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdampak pada dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB- P2) dari Pajak Pusat ke Pajak Daerah. Bertambahnya jenis Pajak Daerah berpengaruh terhadap jumlah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, adanya peningkatan penerimaan pajak daerah maka penerimaan Pendapatan Asli Daerah juga bertambah. Kota Tangerang menetapkan peralihan PBB-P2 menjadi Pajak Daerah sejak Januari 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan PBB-P2 setelah menjadi pajak daerah di Kota tangerang dan untuk mengetahui kontribusi PBB-P2 terhadap penerimaan PAD Kota Tangerang. Kata Kunci: Pajak Bumi dan Bangunan, Pendapatan Asli Daerah, Kontribusi ABSTRACT The issuance of Law No. 28 Year 2009 on Regional Taxes and Levies impact on the transfer of land and building tax Rural and Urban Areas of Central Taxes to Local Taxes. Increasing Local Tax types affect the amount of local revenue from the sector of local taxes, an increase in local tax revenue, the acceptance of Local Revenue also increased. Kota Tangerang set switchover and Building Tax Rural and Urban became Local Tax since January 2014. The purpose of this study to determine the implementation of land and building tax collection Rural and Urban after becoming a local tax in the city of Tangerang, and to determine the contribution of land and building tax Rural and Urban Areas the acceptance of the original income area of Tangerang City. Keywords: property tax, locally-generated revenue, contribution I. PENDAHULUAN Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dan dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. 1 1 Erly Suandy, Hukum Pajak, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), halaman 236. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mulai berlaku tanggal 1 Januari 2010. Pengaturan pengalihan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah. Pasal 2 ayat (2) huruf j, bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) perdesaan dan perkotaan merupakan salah satu jenis Pajak Daerah yang dikelola oleh Kabupaten/Kota. Pasal 180 angka 5 Undang-Undang PDRD dengan peraturan pelaksanaan mengenai perdesaan dan perkotaan masih tetap

berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan perdesaan dan perkotaan. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah yang dikelola oleh Kabupaten/Kota paling lambat tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, salah satu sumber PAD yaitu Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan. Adapun pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan seharusnya cukup potensial untuk mempengaruhi peningkatan Tangerang, dikarenakan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan merupakan jenis pajak yang memiliki jumlah wajib pajak yang paling besar. Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pelaksanaan Pemungutan PBB-P2 setelah menjadi Pajak Daerah di Kota Tangerang? 2. Bagaimana Kontribusi PBB P2 bagi Penerimaan PAD di Kota Tangerang? II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat empiris. Metode pendekatan ini digunakan untuk memecahkan permasalahan penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat. 2 Spesifikasi penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitis, yaitu menggambarkan obyek yang diteliti secara analitis dengan menghubungkan teori dan perundang-undangan yang berkaitan. Penelitian ini menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori hukum dan praktek hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas. 3 Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Data yang disajikan berupa data tulisan dan data tabel berdasarkan dari hasil penelitian. 2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 6. 3 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990) hal. 98.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hal yang paling fundamental dalam Undang-undang No 28 Tahun 2009 adalah dialihkannya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak daerah. 4 Pada awalnya PBB-P2 merupakan pajak yang proses administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat sedangkan seluruh penerimaannya dibagikan ke daerah dengan proporsi tertentu. Berdasarkan Pasal 180 angka 5 Undang-undang No 28 Tahun 2009, masa transisi pengalihan PBB- P2 menjadi pajak daerah adalah sejak tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2013. Selama masa transisi tersebut, daerah yang telah siap dapat segera melakukan pemungutan PBB-P2 dengan terlebih dahulu menetapkan Peraturan daerah (Perda) tentang PBB-P2 sebagai dasar hukum pemungutan. Mulai 1 Januari 2014, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kota Tangerang tidak lagi dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melainkan sudah dikelolah sepenuhnya oleh Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB Kota Tangerang. Dalam hal imi, Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB sebagai instansi pelaksana pemungutan PBB telah menerapkan sistem Official Assessment. 4 Boediarso Teguh Widodo, Pedoman Umum Pengelolaan PBB P2, (Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2014), halaman 1 Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah, antara lain: 5 1. Tahap persiapan Tahap persiapan terdiri dari peraturan daerah, struktur organisasi dan tata kerja, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kerjasama dengan pihak terkait, antara lain KPP Pratama, Perbankan, Kantor Pertanahan, dan Notaris/PPAT 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari penyuuhan, pelayanan, pendaftaran wajib pajak, pemeriksaan, pendataan dan verifikasi objek PBB, pendistribusian SPPT PBB, pembayaran pajak, pemungutan pajak, sanksi hukum, dan pengawasan pemungutan PBB. Pemungutan PBB-P2 adalah upaya yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB Kota Tangerang untuk meningkatkan PAD khususnya penerimaan dari PBB-P2 dan supaya dapat mengurangi jumlah tunggakan hutang pajak oleh wajib pajak. Terdapat perubahanperubahan yang terjadi dalam proses pemungutan PBB-P2 setelah menjadi Pajak Daerah, antara lain Perubahan yang terjadi adalah pada objek pajak, sebelum menjadi Pajak Daerah objek pajak PBB adalah seluruh bumi dan 5 Wawancara dengan Bapak Agus Nur Cahyo, Seksi Pendataan PBB Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB Kota Tangerang, 20 September 2015

bangunan. Akan tetapi setelah menjadi pajak daerah, yang menjadi objek pajak PBB adalah bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Perubahan juga terjadi pada tarif pemungutan PBB. Ketika PBB dikelola oleh Pemerintah Pusat tarif pemungutan PBB maksimal adalah 0,5%, sedangkan tarif pemungutan PBB setelah dikelola oleh daerah maksimal adalah 0,3%. Selain tarif peunguta PBB, Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang sebelumnya ditetapkan sebesar 40% apabila NJOP Rp.1.000.000.000,00 dan 20% apabila NJOP < Rp.1.000.000.000,00, setelah adanya peralihan PBB maka Nilai Jual Kena Pajak tersebut sudah tidak diberlakukan. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) juga mengalami perubahan, sebelum dialihkan NJOPTKP maksimal adalah Rp. 12.000.000,- sedangkan setelah dialihkan NJOPTKP berubah menjadi paling rendah Rp. 10.000.000,- dan paling tinggi adalah Rp. 24.000.000,-. Formula penghitungan nilai PBB sebelum dialihkan adalah besarya tarif PBB yakni 0,5% dikali dengan besaran NJKP (20% atau 40%) lalu dikalikan dengan selisih antara NJOP dan NJOPTKP, sedangkan formula yang digunakan untuk penghitugan nilai PBB setelah dialihkan menjadi pajak daerah adalah tarif PBB yakni maksimal 0,3% dikalikan dengan selisih NJOP dan NJOPTKP. Perubahan peralihan ini diharapkan mampu menambah penerimaan daerah karena seluruh kewenangan mengenai PBB dialihkan ke Pemerintah Daerah. Sebelum adanya peralihan PBB ke Pajak Daerah, PBB merupakan pajak bagi hasil antara pusat, provinsi, dan kabupaten / kota, sehingga kabupaten / kota hanya menerima64,8% dari total penerimaan PBB. Setelah peralihan PBB, persentase yang diterima oleh daerah adalah 100% dari seluruh penerimaan PBB. Hal ini akan berdampak positif bagi Keuangan Daerah, karena adanya peralihan ini akan menambah jumlah penerimaan daerah khususnya pada sektor Pendapatan Asli Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dalam perkembangannya dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa Struktur Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Setiap struktur tersebut memiliki jumlah kontribusi yang berbeda terhadap Pendapatan Asli daerah setiap tahun. Kontribusi terbedar pajak daerah terhadap PAD terjadi pada tahun 2014. Hal itu tidak terlepas dari adanya peralihan PBB- P2 dari pajak pusat ke pajak daerah yang secara otomatis menambah jumlah penerimaan pajak daerah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa peralihan PBB- P2 mulai di terapkan di Kota Tangerang tahun 2014, sehingga kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang baru dapat diketahui mulai tahun 2014. Hal ini disebabkan pada tahun-tahun sebelumnya PBB- P2 masih merupakan bagi hasil Tahun Pajak Daerah PBB-P2 Kontribusi(%) 2014 1.061.473.878.786,00 256.604.353.010,00 20,38

antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah sehingga angka penerimaan PBB-P2 termasuk di dalam Pendapatan Transfer dan tidak mempengaruhi PAD. Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang Tahun PAD PBB-P2 Kontribusi(%) 2014 1.258.788.809.993,00 256.604.353.010,00 20,38 Jumlah kontribusi PBB-P2 bagi penerimaan PAD Kota Tangerang terbilang cukup kecil karena hanya berkontribusi sebesar 20,38% dari total penerimaan PAD. Kecilnya kontribusi tersebut disebabkan karena jumlah penerimaan PBB yang masuk ke pajak daerah hanya dari 2 sektor yakni perdesaan dan perkotaan. Persentase tersebut juga dipengaruhi oleh kontribusi struktur lain khususnya dari pajak-pajak yang termasuk dalam struktur pajak daerah sebagai penyumbang terbesar bagi PAD Kota Tangerang. Untuk mengetahui kontribusi masingmasing pajak di dalam pajak daerah dapat dilihat dalam tabel berikut: Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang Jumlah penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 adalah 256.604.353.010,00 dan berkontribusi sebesar 24,17% terhadap pajak daerah. Jumlah penerimaan dan kontribusi PBB-P2 terhadap pajak daerah membuktikan adanya keuntungan yang diterima daerah dengan adanya peralihan PBB-P2 dari Pajak Pusat ke Pajak Daerah. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian tentang Peranan Pajak Bumi dan Bangunan Peresaan dan Perkotaan dalam peningkatan Tangerang di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan setelah menjadi Pajak Daerah di Kota Tangerang Kota Tangerang menerapkan peralihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan menjadi Pajak Daerah ini mulai tanggal 1 Januari 2014. Dalam pelaksanaan pemungutan PBB-P2 di Kota Tangerang Dinas PBB dan BPHTB melakukan beberapa tahap, yaitu : penyuuhan, pelayanan, pendaftaran wajib pajak, pemeriksaan, pendataan dan verifikasi objek PBB, pendistribusian SPPT PBB, pembayaran pajak, pemungutan pajak, sanksi hukum, dan pengawasan pemungutan PBB. Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan setelah menjadi Pajak Daerah terdapat beberapa perubahan, yakni objek PBB yang di pungut, tarif pemungutan PBB, NJKP dan NJOPTKP, formula penghitungan PBB dan jumlah persentase yang diterima daerah. 2. Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan bagi Penerimaan Tangerang Kontribusi terbesar bagi Tangerang setiap tahun di berikan oleh pajak daerah. Kontribusi terbesar pajak daerah terhadap PAD terjadi pada tahun

2014 yakni sebesar 84,83%. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya peralihan PBB-P2 yang mulai diterapkan di Kota Tangerang mulai tahun 2014. Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang pada tahun 2014 adalah 20,38% dan PBB-P2 menjadi penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 24,17% terhadap pajak daerah, sedangkan kontribusi terbesar pertama merupakan BPHTB yang memiliki kontribusi terhadap pajak daerah sebesar 33,15%. V. DAFTAR PUSTAKA Buku Literatur Agung, Mulyo, Perpajakan Indonesia Dasar-Dasar Perpajakan Indonesia Dasardasar Perpajakan dan PPh Wajib Pajak Orag Pribadi, Lentera Ilmu Indonesia, Jakarta 2011.Soemitro, Rohmad, Pajak Bumi dan Bangunan, Eresco, Bandung, 1989. Tjahjono, Achmad dan Muhammad Fakhri Husein, Perpajakan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005. Widodo, Boediarso Teguh, Pedoman Umum Pengelolaan PBB-P2, Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak Perimbangan Keuangan, Jakarta, 2014. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945. Wawancara Bapak Agus Nur Cahyo, Seksi Pendataan PBB Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB Kota Tangerang, 20 September 2015 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 1986. Soemitro, Rohmad, Pajak Bumi dan Bangunan, Eresco, Bandung, 1989. Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,1990. Suandy, Erly, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2005.