ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI
|
|
- Suparman Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efektifitas dan Kontribusi Pengalihan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora ALIF WISNU GINANJAR Program Studi : Akuntansi-S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang URL : alifwisnu112@gmail.com ABSTRACT This study aims to find out the level of effectiveness and level of contribution of the transfer of land and building tax management of urban and rural sector on the Local Original Revenue of Blora Regency. Data collection method used is by documentation, interview and data analysis method. The data studied are the realization data of acceptance of land and building tax of rural and urban sector over the period , the target of land and building tax of rural and urban sector over the period and the realization data of local original revenue acceptance of over the period The result of the research shows that (1) The highest level of effectiveness in 2014 which is the first year conducting of the transfer of land and building tax management with a percentage of 126,80% (2) the tax contribution level of land and building tax of rural and urban on local original revenue of Blora Regency give the higher level of contribution when it managed by central government in the amount 8,70%. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi atas pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan sektor prdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode dokumentasi, metode wawancara dan metode analisis data. Data yang diteliti adalah data realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, data target pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dan data realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun 2012 sampai dengan tahun Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tingkat efektivitas tertinggi pada tahun 2014 yang merupakan tahun pertama
2 dilakukanya pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan dengan persentase sebesar 126,80% (2) tingkat kontribusi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupeten Blora memberikan kontribusi lebih tinggi pada saat masih di kelola oleh pemerintah pusat dengan nilai kontribusi sebesar 8,70%. Kata Kunci : efektivitas, kontribusi, pajak bumi dan bangunan PENDAHULUAN Munculnya UU No.28 tahun 2009 tentang PDRD merupakan pengaplikasian atas munculnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Pajak Daerah adalah sumber keuangan yang rill bagi Pendapatan Asli Daerah. Suatu daerah memperoleh hak dalam mengatur, mendapatkan, dan memelihara berbagai aspek sumber Pendapatan Asli Daerahnya yang seluruh hasilnya 100% (seratus persen) dikelola oleh Pemerintah Daerah itu sendiri. Implementasi UU No.28 Tahun 2009 telah mengubah sistem pengelolaan PBB-P2. PBB-P2 yang semula adalah Pajak Pusat namun sekarang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Dialihkannya pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang ada. Hasilnya pengelolaan pajak tersebut 100% (seratus persen) sepenuhnya masuk dalam kas daerah setempat, sehingga sekarang tidak ada lagi bagi hasil pajak kepada Pemerintah Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan kontribusi dialihkannya pengelolaan PBB-P2 yang semula dikelola oleh Pemerintah Pusat sekarang dikelola Pemerintah Daerah Kabuapten Blora. Menganalisis bagaimana kondisi masalah yang muncul dengan dialihkannya pengelolaan PBB-P2 yang semula dikelola oleh pemerintah pusat sekarang dialihkan kepada pemerintah daerah di Kabupaten Blora. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PAD Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah PAD merupakan penerimaan daerah yang berasal dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Tujuan mengenai Pendapatan Asli Daerah juga disebutkan dalam UU tersebut yaitu memberikan tanggung jawab sepenuhnya terhadap pemerintah daerah untuk menggali sumber pajak daerahnya sendiri sebagai perwujudan desentralisasi.
3 Pengertian PBB Menurut UU No.12 tahun 1994 tentang PBB merupakan pungutan yang dibebankan terhadap pemilik, pemegang kekuasaan, penyewa dan yang mendapatkan manfaat dari bumi dan bangunan. Yang dimaksud dengan Bumi disini yaitu termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya. Bumi menunjuk pada permukaan bumi yang mencakup tanah dan perairan pedalaman serta laut yang berada dalam wilayah negara Indonesia. Bangunan merupakan konstruksi teknis yang ditanam secara tetap dalam tanah dan perairan yang dimanfaatkan sebagai tempat berusaha atau tempat tinggal. Objek PBB Menurut UU No. 28 tahun 2009 tentang PDRD yang menjadi objek PBB-P2 adalah: a. Jalan lingkungan yang berada dalam komplek suatu bangunan seperti pabrik, hotel dan emplasemennya. b. Jalan TOL c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olah raga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan i. Menara Asas PBB Menurut Mardiasmo (2009) Asas PBB yang telah ditetapkan oleh undang-undang ada empat asas yaitu memberikan kemudahan dan kesederhanaan, mudah dimengerti dan adil, adanya kepastian hukum dan menghindari pajak berganda. Asas PBB telah di tentukan dalam UU serta mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dasar Pengenaan dan Penghitungan PBB Menurut Waluyo (2010) yang menjadi dasar dalam menghitungan pajak bumi dan bangunan yaitu NJKP yang ditetapkan minimal 20% dan maksimal 100% dari NJOP. Rumus PBB Terutang :
4 Tarif Pajak Daerah Kabupaten Blora Kabupaten Blora menetapkan besarnya tarif pajak sebagai berikut: 1. Tarif pajak hotel menurut Perda No. 5 Tahun 2012 ditetapkan sebesar 10% 2. Tarif pajak restoran menurut Perda Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 10 % 3. Objek dan besarnya tarif pajak hiburan menurut Perda No. 5 tahun 2012 yaitu: a. Tarif pajak tontonan film ditetapkan sebesar 5% b. Tarif pajak binaraga, kontes kecantikan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% c. Tarif pajak pameran ditetapkan sebesar 15% d. Tarif pajak diskotik, karaoke dan klub malam ditetapkan sebesar 75% e. Tarif pajak sulap, akrobatik dan sirkus ditetapkan sebesar 10% f. Tarif pajak pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan ditetapkan sebesar 20% g. Tarif pajak panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran ditetapkan sebesar 20% h. Tarif pajak pertandingan olah raga ditetapkan sebesar 10% 4. Tarif pajak reklame menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25% 5. Tarif Pajak Penerangan jalan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 yaitu sebagai berikut: a. Tarif PPJ sebagai penggunaan tenaga listrik dari sumber lain: a. Ditetapkan sebesar 9% bagi selain industri b. Ditetapkan sebesar 3% bagi industri. b. Tarif sebesar 1,5% bagi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri. 6. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan menurut Perda No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25% 7. Tarif pajak parkir menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 20% 8. Tarif pajak sarang burung walet menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 10%
5 9. Tarif PBB-P2 menurut Perda No. 6 tahun 2012 ditetapkan sebagai berikut : a. Objek pajak dengan NJOP sampai dengan Rp ,00 ditetapkan tarif sebasar 0,1% per tahun b. Objek pajak dengan NJOP lebih dari Rp ,00 ditetapkan tarif sebesar 0,2% per tahun. 10. Tarif Pajak BPHTB menurut Perda No. 10 tahun 2011 ditetapkan sebesar 5%. Pengalihan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan Dialihkannya pengelolaan PBB-P2 yang awalnya dikelola oleh pemerintah pusat kini dialihkan menjadi pajak daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kebijakan tersebut tertuang dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang PDRD. Hal tersebut merupakan titik balik dalam pengelolaan PBB-P2. maka dengan adanya pengalihan ini kegiatan pendataan, penetapan, penilaian, pengadministrasian, pemungutan dan pelayanan PBB sektor perdesaan dan perkotaan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Tujuan Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 Tujuan dilakukanya pengalihan Pengelolaan PBB-P2 menjadi bagian dari Pajak Daerah sesuai UU No.28 tahun 2009 tentang PDRD adalah: 1. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaran kebijakan otonomi daerah. 2. Peluang bagi pemerintah daerah untuk menambah potensi pajak baru. 3. diperluasnya basis perpajakan. 4. Kewenangan yang besar kepada daerah dalam menentukan tarif pajaknya masing-masing. 5. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian yaitu kantor Badan Pengelolaan Pendapatan Keangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora di Jl. Pemuda No.16 A Jenis Penelitian
6 dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data, mengungkapkan data, memaparkan data dan menginterpretasi data. Jenis dan Sumber Data Indrianto dan Supomo (2009) menjelaskan bahwa data adalah sekumpulan fakta atau fenomena yang dicatat melalui observasi dan survei secara langsung. Jenis data yang sudah ada harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Jenis data terdiri dari : 1. Data Kualitatif yaitu data yang berwujud angka, berup gambaran umum dan struktur organisasi. 2. Data Kuantitatif yaitu data yang berwujud angka, misalnya data laporan keuangan perusahaan. Indrianto dan Supomo (2009) mengemukakan bahwa sumber data penelitian merupakan faktor yang penting dalam mempertimbangkan penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari : 1. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh tanpa melalui media perantara. Dalam penelitian ini yang termasuk data primer yaitu hasil wawancara dengan pihak BPPKAD Kabupaten Blora. 2. Data Sekunder yaitu data penelitian yang didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Yang merupakan data sekunder adalah tabel target dan realisasi PBB sektor perdesaan dan perkotaan, beserta lampiran. Metode Pengumpulan Data 1. Metode dokumentsi merupakan metode dengan cara melihat, membaca, mempelajari lalu mencatat data yang berhubungan dengan objek penelitian. 2. Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung mengenai data yang dibutuhkan kepada pihak yang berwenang. 3. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder digunakan untuk mengukur suatu fenomena menggunakan indikator rasio keuangan daerah Kabupaten Blora dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai mekanisme penerimaan PBB sektor perdesaan dan perkotan di Kabupaten Blora. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Efeketivitas
7 Untuk mengetahui tingkat efektivitas dilakukan perhitungan dengan cara membandingkan antara realisasi PBB dengan target PBB yang sudah ditetapkan. Tingkat efektivitas dihitung dari tahun Tabel 1. Efektivitas PBB-P2 Terhadap PAD Kabupaten Blora Tahun Analisis Kontribusi Tingkat kontribusi dihitung dengan cara membandingkan jumlah penerimaan PBB sektor perdesaan dan perkotaan dengan Pendapatan Daerah.
8 Tabel 2. Kontribusi PBB Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora tahun Pembahasan Efektivitas Penerimaan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Blora Tahun Jika dianalisis setiap tahun, maka tahun terjadi peningkatan efektivitas sebesar 11,78%. Berikutnya pada tahun mengalami peningkatan sebesar 13,94%. Setelah itu pada tahun terjadi penurunan sebesar 19,73% yang merupakan penurunan satu-satunya selama periode 4 (empat) tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun yang merupakan tahun pertama dilakukanya pengalihan pengelolaan PBB sektor perdesaan dan perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah Kabupaten Blora. Kenaikan tingkat efektivitas PBB perdesaan dan perkotaan tahun dikarenakan Kenaikan tingkat efektivitas PBB perdesaan dan perkotaan seperti halnya di tahun tahun dikarenakan bertambahnya jumlah subjek dan objek pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan dan meningkatnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pajak tanah dan bangunan. Sedangkan penyebab dari penurunan tingkat efektivitas seperti pada tahun salah satunya adalah masih belum terbayarnya tunggakan piutang
9 PBB-P2 dari tahun-tahun sebelumnya ketika masih dikelola oleh DJP. Pemerintah Kabupaten Blora mendapat limpahan piutang dari Pemerintah Pusat. Tingkat kontribusi PBB-P2 Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora tahun Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 memberikan angka kontribusi paling tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, angka ini juga masih memasuki kriteria sangat kurang jika dilihat berdasarkan tabel kriteria kontribusi karena masih dibawah 10%. Sedangkan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan dengan angka terendah berada pada tahun 2015 dengan angka 5,80%. Angka ini juga masuk dalam kriteria sangat kurang karena berada di presentase 0,00%-10%. Secara keseluruhan dari tahun angka kontribusi pajak menunjukan angka dibawah 10%. Ini berarti, kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan Kabupaten Blora terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih dalam kriteria sangat kurang yang berada dalam presentase 0,00%-10%. Jika dilihat berdasarkan indeks setiap tahunnya. Maka di tahun mengalami peningkatan kontribusi sebesar 1,45%. Berikutnya di tahun mengalami penurunan kontribusi sebesar 2,53%. Kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun dengan penurunan kontribusi sebesar 0,37%. PENUTUP Simpulan Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini : 1. Tingkat efektivitas tertinggi pada tahun 2014 yang merupakan tahun pertama dilakukanya pengalihan pengelolaan PBB sektor perdesaan dan perkotaan dengan persentase sebesar 126,80%. 2. tingkat kontribusi PBB sektor perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupeten Blora memberikan kontribusi lebih tinggi pada saat masih di kelola oleh pemerintah pusat dengan nilai kontribusi sebesar 8,70%. 3. dialihkannya kewenangan PBB sektor perdesaan dan perkotaan Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daeraah Kabupaten Blora menimbulkan dampak pada penerimaan dari sektor ini seluruhnya masuk dalam kas daerah pemerintah Kabupaten Blora atau dengan kata lain Penerimaan PBB sektor perdesaan dan perkotaan sepenuhnya 100% masuk dalam Pendapatan Asli Daerah kabupaten blora yang semula hanya 64,8% dari dana bagi hasil.
10 Saran Saran yang diberikan antara lain : 1. melakukan koordinasi dengan petugas pemungut dan Kepala Desa atau Lurah di tiap-tiap kecamatan dan kelurahan di seluruh Kabupaten Blora untuk mengetahui kendala-kendala proses pemungutan PBB sektor perdesaan dan perkotaan. 2. Meningkatkan intensitas penagihan PBB sektor perdesaan dan perkotaan secara rutin untuk mengurangi jumlah piutang. 3. Memberikan reward berupa intensif dan biaya operasional penyampaian SPPT kepada desa atau kelurahan yang lunas PBB sektor perdesaan dan perkotaan sebelum jatuh tempo. DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Andi. Saputro, Rudi, Nengah Sudjana dan Devi Farah Azizah Efektivitas Penerimaan PBB- P2 Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya). Jrnal. Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Undang-Undang Republik Indonsia Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Waluyo Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan, negara berkewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya baik dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penduduknya sangat padat, dimana setiap warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk membayar pajak secara
Lebih terperinciDengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang
Lebih terperinciKontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )
Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode 2010-2014) Disusun Oleh: Januardi 2011110028 Dosen Pembimbing: 1).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari beberapa ahli antara lain: a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun
Lebih terperinciALIF WISNU GINANJAR B
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
Lebih terperinciEVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO
EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO. 28 TAHUN 2009 SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010-2014) PUBLIKASI ILMIAH
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
BAB II LANDASAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Lebih terperinciBAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2
BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2 2.1. Penerimaan Daerah Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Dalam pelaksanaan desentralisasi, penerimaan daerah terdiri atas pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahirnya pemikiran untuk melakukan suatu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi dalam rangka memberikan harapan
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT 1. Pengertian Pajak Hukum pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksanakan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER
Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut P.J.A Andiani dalam Diana Sari (2013: 33), adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan metode untuk mempraktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten Semarang Sesuai dengan Undang-Undang tentang otonomi daerah, Pemerintah daerah di Kabupaten Semarang memiliki kewajiban
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 175 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG F HASIL PEMBAHAN 21 NOPEMBER 2013) PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG
PENETAPAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,
Lebih terperinciUIN MALIKI MALANG ABSTRACT
Analisis Perbandingan Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah Diterapkannya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 (Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2014 Nomor : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Hidayat (1986) menjelaskan bahwa: Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah menetapkan
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE 2013-2015 FARIDOTUN NIKMAH 13133100010 Jurusan Akuntansi UNIVERSITAS
Lebih terperinciANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA
1 ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA Vira Hardiyanti S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Vira.hardiyanti93@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Seiring dengan perkembangan perekonomian indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perkembangan Negara yang semakin meningkat untuk memakmurkan rakyatnya disegala bidang yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia. Masalah pajak merupakan masalah negara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perekonomian dunia terlihat mulai membaik sejak tahun 2012. Sumber utama pemulihan perekonomian dunia ini adalah adanya peningkatan aktivitas
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEKALONGAN SYAIFUL AMRI
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEKALONGAN SYAIFUL AMRI Program Studi : Akuntansi-S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak telah berubah menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya otonomi daerah maka dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN
Lebih terperinciPengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Public Sector Accounting 2016-01-28 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN
1 ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2009-2013 Manasha Rosatia Sari manashasari@gmail.com Universitas Negeri Surabaya ABSTRACT The Local Genuine Income called PAD is
Lebih terperinciIsfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin
ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MALANG (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN MALANG) Isfatul
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Hiburan merupakan sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peran penting dalam kehidupan bernegara terutama dalam menjalankan pemerintahan di suatu negara, karena diperlukan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak secara Umum Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pajak secara umum 2.1.1. Pengertian pajak Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN
BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2017 SERI : B PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2017 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di Indonesia, 70% pendapatan yang diterima negara berasal dari pajak. Dari pendapatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri.
Lebih terperinciSubbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan
PENGATURAN MENGENAI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH www.kaltimpost.co.id I. PENDAHULUAN Dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR
1 Draft Mei 2015 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG ONLINE SYSTEM PELAPORAN TRANSAKSI PAJAK PARKIR, PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak
ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN
ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2011-2016 Yunita Dwi Puspita, Hj. Nur Hidayati, SE.,MM & Junaidi, SE.,M.SA Fakultas Ekonomi,
Lebih terperinciBAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG
BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Perpajakan karangan Mardiasmo (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI
LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis
Lebih terperinciANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Abdul Halim (2004:94), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan daerah perlu dijalankan atau dikembangkan sebagai salah satu upaya penting untuk mewujudkan kehendak otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran
Lebih terperinci2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kesejahteraan kehidupan masyarakat dapat dicapai jika pembangunan
Lebih terperinci