BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

BAB V PENUTUP. Penerapan Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) dalam Pembelajaran. Bahasa Arab pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab di STAIN

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB II METODE READING ALOUD DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA ARAB

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA DI SMA ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan

BAB II KAJIAN TEORI. berbicara. Adapun beberapa pengertian berbicara menurut para ahli, suatu bahaya yang dapat digunakan untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun lebih jauh lagi

BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kelompok social, bahasa di gunakan untuk berkomunikasi, berbagi

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulis. Kemampuan bahasa Arab serta sikap positif terhadap

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi setiap manusia dalam aktivitas komunikasi antara sesama mereka. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. penutur bahasa yang sopan, maka terkesan seseorang tersebut berkarakter. meningkatkan kualitas penggunaan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB II METODE MUḤĀDAṠAH DAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. diberikan. Pembelajaran Muḥādaṡah memiliki tujuan utama yaitu agar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya di pesantren-pesantren dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan jabatan profesi, sebagai pihak pendidik dan pengajar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. cara mengajar sehingga anak didik menjadi mau belajar. 1 Pembelajaran juga

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem pendidikan nasioal yang sesuai dengan kondisi Negara yaitu. pembelajaran yang menyangkut pelajaran agama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SIKLUS 1

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dipahami, dimengerti, dan merasakan segala sesuatu yang ia alami. 1

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. tingkat pertama (Madrasah Tsanawiyah). Aktivitas pembelajaran berjalan

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Keterampilan Menulis. Dalam berbahasa Indonesia yang baik meliputi empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

PENERAPAN METODE MIMICRY-MEMORIZATION (MIM-MEM METHOD) DALAM PEMBELAJARAN MUFRADAT DI MTs. ASY-SYAFI IYYAH JATIBARANG BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa yang menuntut prakarsa nyata dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. Secara kebahasaan, pesan lisan yang disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih sesuai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata-kata perlu dirangkai dalam susunan tertentu menurut kaidah tata bahasa, dan dilafalkan sesuai dengan kaidah pelafalan yang sesuai pula. Semua itu merupakan aspek kebahasaan bagian dari kegiatan berbicara sebagai bentuk penggunaan bahasa lisan yang harus diperhatikan dalam mengupayakan pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti seperti yang dimaksudkan oleh seorang pembicara. 1 Kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) merupakan kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mendeskripsikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar atau dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka 2009), hlm. 65. 1 Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Malang Press, 19

20 memenuhi kebutuhannya. Secara umum kemahiran berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar (penyampaian pesan secara sosial dapat diterima dengan bahasa yang mereka pelajari. 2 Kemahiran berbicara adalah mengucapkan bunyi suara bahasa Arab dengan benar, dimana huruf kata perkata yang diucapkan keluar melalui jalannya yang sesuai dan diakui oleh ahli bahasa. Untuk dapat mengajarkan peserta didik. Sementara kemahiran bercakap-cakap didefinisikan sebagai kemampuan berbicara terus menerus dan bersambung tanpa menunggu jeda lama atau mengulang-ulang kosakata dalam bentuk yang berdekatan dengan menggunakan suara yang sesuai. 3 Pada hakikatnya, kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) merupakan kemahiran menggunakan bahasa yang rumit karena berkaitan dengan pengutaraan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar dan tepat. Kemahiran bersangkut paut dengan masalah buah pikiran atau pemikiran tentang apa yang harus dikatakan serta derkaitan dengan sikap kemampuan mengatakan apa yang telah dipikirkan dan dirasakan dengan bahasa yang tepat dan benar. Jadi, kemahiran juga berkaitan dengan kemampuan sistem leksikal, gramatikal, semantik, dan tata bunyi. Semua kemampuan itu memerlukan persediaan kata dan kalimat yang cocok 2 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 135-136. 3 Abdullah al-gali dkk, Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab, (Padang: Akademia, 2012), hlm. 34.

21 dengan situasi yang dikehendaki yang didalamnya memerlukan banyak latihan ucapan dan pengautaraan lisan (ekspresi). 4 2. Tujuan-Tujuan Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) Untuk itu, tujuan penerapan Mahārah al-kalām mencakup beberapa pencapaian diantaranya : 5 a. Kemudahan berbicara Peserta didik melatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan secara wajar, lancar, dan menyenangkan baik dalam kelompok kecil maupun pendengar umum dengan latihan secara kontinu. b. Kejelasan Peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik dengan cara latihan diskusi yang mengatur cara berfikir logis dan jelas. c. Bertanggung jawab Latihan berbicara menekankan pembicara bertanggung jawab agar berbicara dengan tepat dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh baik pada topik pembicaraan, tujuan, siapa yang diajak bicara maupun situasinya. 4 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 138. 5 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 242 243.

22 d. Membentuk pendengaran kritis Latihan berbicara juga mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis serta peserta didik harus mengevaluasi kata-kata, niat dan tujuan secara emplisit mengajukan pertanyaan seperti siapa, mengapa, apa dan lainnya. e. Membentuk kebiasaan. Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi bahasa, karena kebiasaan dapat membentuk perilaku seseorang. Dengan kebiasaan akan lebih mudah dalam mengucapkan bahasa Arab dengan sendirinya tanpa disadari dan dipaksa. 3. Aspek penting dalam kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) Aspek-aspek penting dalam pengajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) yaitu sebagai berikut : 6 a. Pengucapan Pentingnya pengucapan ini yaitu dari sisi suara, telihat bertambah pentingnya pada pengajaran pengucapan yaitu pembelajaran yang benar. Pengucapan lebih banyak fokus pada pokok-pokok bahasa yang sulit dan adanya perubahan bahasa yang sulit pula karena bahasanya hampir sama. Akan tetapi dalam memahami ini bukan pada apa yang dicari dalam pengucapan untuk mengucapkan pelajaran yang serupa, sempurna dan umum, susunan suara bahasa menuliskan atau menunjukkan pada pembicaranya, akan tetapi penulisan disini yaitu kemampuan 6 Muhammad kamil An-Naqqah, Pembelajaran Bahasa Arab, (Makkah: Universitas Ummul Qura, 1985 ), hlm. 159-164.

23 mengeluarkan suara yang hampir serupa yang memungkinkan pembicara berbicara langsung dengan merubah bahasa dengan ilmu sharaf yang lengkap dalam pengeluaran suara, tekanan suara dan pembicaraan secara pelan. b. Mufrodāt Bertambahnya penguasaan kosakata untuk tujuan pengucapan lisan merupakan tujuan pengajaran bahasa asing, kosakata merupakan alat yang memiliki makna seperti halnya untuk mengeluarkan pikirannya, kosakata mampu membuat pembicara untuk berfikir kemudian menerjemahkan pemikirannya dengan kata-kata apa yang diinginkannya. Dan menjadikan keuntungan dalam penguasaan kosakata bahasa asing dari pendekatan kemahiran-kemahiran yang akan datang yaitu menyimak dan mambaca, kemudian hadir pula kemahiran berbicara dan menulis maka keduanya dapat membantu dalam menambah latihan, kosakata ini tidak dapat dipelajari kecuali dengan pendekatan secara berurutan, dari pendekatan tersebut membantu dalam pengucapan lisan untuk membaca, untuk itu hal ini lebih mengutamakan kosakata untuk belajar dari pendekatan bagi mereka yang berbicara dalam membahas hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan mereka. Dimana banyak pengalamanpengalaman dan kekuatan yang dapat membantu dalam menambah penguasaan kosakata untuk mengukur kemampuan berbicara yang memungkinkan salah memahi dalam pelajaran, dari hal itu maka akan membuang kumpulan tanya jawab, dan mendahulukan percakapan dan

24 kisah-kisah pengulangan dengan setiap keadaan tertentu tentang kehidupan para pelajar, pengalaman-pengalaman sosial dapat dipraktikkan dalam kelas dan sekolah seperti pada ujian umum yang akan datang dan memntu pengusaan kosakata yaitu alat-alat yang ada di sekolah, mungkin juga dapat membangun kosakata yang tersebar (yang sulit) yang terkumpul dalam pelajaran yang untuk menjadikan berfungsi bagi yang lain dalam mengucapkan lisan yang serupa. c. Qawā id Banyak keterlambatan atau lemahnya belajar bahasa asing yaitu pada sisi qawā id, bahkan secara umum kita melihat bahwa sebagian mereka tidak mengetahui. Adapun mereka yang belajar bahasa asing banyak diterangkan bahwa qawā id bukanlah kebutuhan dalam membantu pembelajaran bahasa, bukan pula kebutuhan pengucapan bahasa. Padahal aturan atau kaidah adalah lebih penting untuk dikuasai dan diketahui dengan benar serta sungguh-sungguh dan dalam pembelajarannya baik sadar maupun tidak sadar bahwa hukum kaidah bahasa terletak didalamnya. Dan sebagai penentu serta membantu secara sempurna dari sulitnya belajar qawā id karena tidak sempurna suatu pengucapan tanpa menguasai qawā id, maka qawā id merupakan sesuatu kebutuhan untuk belajar kemahiran bahasa. Apabila kita melihat buku bahasa asing bahwa qawā id merupakan kepentingan utama yang termasuk salah satu dari dua metode :

25 1. Kaidah baru lebih mendahulukan pendekatan percakapan, kemudian menemukan membantu untuk mendirikan percakapan baru. 2. Kaidah baru lebih mendahulukan contoh yang serupa yang terkumpul pada pelajaran pertama, kemudian mengeluarkan kaidah dan pelajaran umum. Dan pengajar lebih mengutamakan pada latihan-latihan, dan mengutamakan pemahaman dengan menjelaskan secara terus menerus dengan pemberian contoh yang lebih mudah kemudian dengan pemberian pada latihan-latihan. 4. Strategi dalam Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan seorang pengajar dalm pembelajaran Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) adalah sebagai berikut : 7 a. Bagi pembelajar mubtadī (pemula) 1) Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik 2) Pada saat yang bersamaan peserta didik diminta untuk belajar menggucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran. 3) Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna 119-121. 7 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: TERAS, 2011), hlm.

26 4) Guru menyuruh peserta didik menjawab latihan-latihan lisan (syafawiyyah), menghafalkan percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah peserta didik baca b. Bagi pembelajar mutawassiṭ (lanjutan) 1) Belajar berbicara dengan bermain peran 2) Berdiskusi tentang tema tertentu 3) Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio atau yang lainnya c. Bagi pembelajar mutaqaddim (tingkat atas) 1) Guru memilihkan tema untuk berlatih kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) 2) Tema yang dipilih hendaknya menarik berhubungan denagn kehidupan peserta didik 3) Tema harus jelas dan terbatas 4) Mempersilahkan peserta didik memilih dua tema atau lebih tentang apa yang mereka ketahui 5. Bentuk Tes Kemampuan Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) Keberhasilan proses belajar mengajar dikelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh peserta didik (mahasiswa). Keberhasilan ini selalu dikaitkan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pada dasarnya hasil belajar siswa atau mahasiswa dapat dinyatakan dalam 3 (tiga) aspek atau ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut selalu terkait dan

27 pasti terlibat dalam setiap kegiatan belajar mengajar termasuk dalam pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām). Hanya porsi dari masing-masing ranah tersebut bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran bahasa Arab. 8 Tes kemampuan berbicara bahasa Arab bertujuan untuk mengukur kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa Arab secara lancar dan benar dalam berkomunikasi secara lisan. Mengukur kemampuan berbicara bahasa Arab adalah mengukur kemampuan pelajar dalam mengekspresikan ide, pikiran dan perasaan pelajar dalam bahasa Arab secara lisan. Terdapat beberapa bentuk tes untuk mengukur kemampuan kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) bahasa Arab diantaranya sebagai berikut : 9 a) Mendeskripsikan Gambar Pelajar diminta untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab untuk mendeskripsikan gambar terkadang diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan gambar, dan pelajar diminta untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dari gambar tersebut. Gambar yang akan dideskripsikan bisa berupa gambar yang menceritakan sesuatu, misalnya gambar yang menceritakan tentang aktivitas keseharian mulai bangun tidur, shalat shubuh berjamaah, membaca al-qur an, berolahraga, mandi, sarapan sampai berangkat sekolah. hlm. 53-62. 8 Acep Hermawan, Op.Cit., hlm.275. 9 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2010),

28 b) Menceritakan Pengalaman Pelajar diminta untuk bercerita tentang pengalamannya, seperti rekreasi, pengalaman yang menyenangkan atau menyedihkan dan sebagainya. Dalam bercerita bisa diberi panduan atau bercerita bebas. c) Wawancara Wawancara atau dialog dalam proses pembelajaran untuk mengukur kemampuan pelajar. Dalam wawancara atau ḥiwār, pelajar diajak berdialog dengan tema tertentu dan dengan kriteria yang telah ditentukan pula. Dalam wawancara seorang guru atau dosen bisa secara langsung melakukan wawancara dengan pelajar, atau pelajar dengan pelajar lainnya, sehingga dapat memperkaya perbendaharaan kosakata (mufradāt) dengan tujuan sebagai berikut : 1) Melatih lidah peserta didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara) dalam bahasa Arab. 2) Terampil dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui. 3) Mampu menterjemahkan perkataan orang lain yang diajak bicara. 4) Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan al-qur an, sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya serta mempraktikkan kemahiran berbicaranya (Mahārah al-kalām). d) Berbicara Bebas Dalam berbicara bebas memiliki dua arti yaitu, pertama: pelajar diminta untuk berbicara bebas sekitar 5-7 menit menggunakan bahasa

29 Arab dengan tema atau judul bebas dari diri mereka sendiri, kedua: pelajar diminta untuk berbicara sekitar 5-7 menit dengan tema atau judul tertentu tanpa diberi point-point atau ide-ide pokok sebagai pedoman dalam berbicara. Tema atau judul yang dapat digunakan dalam berbicara bebas diupayakan berkaitan dengan tema atau judul yang telah pelajar ketahui sebelumnya, hal ini bertujuan agar pelajar tidak kesulitan dalam masalah isi, karena tujuan utamanya untuk mengukur kemampuan pelajar dalam berbicara bahasa Arab bukan pada penguasaan isinya. e) Diskusi Pelajar diajak berdiskusi mengenai tema tertentu, pelaksanaan diskusi bisa dengan model debat terutama jika kemampuan mereka sudah dalam tingkat mutaqaddim (tinggi), atau berdiskusi sederhana tentang tema tertentu. Untuk menghindari subjektivitas dalam penilaian mengukur kemampuan Mahārah al-kalām peserta didik, maka guru atau dosen sebaiknya membuat kriteria penilaian yang jelas dan detail tentang komponen-komponen yang akan dinilai, misalnya : 1) Fashāhah yang meliputi pengucapan, kesesuaian nabr dan tan gim. 2) Thalāqah (kelancaran dalam berbicara). 3) Kebenaran susunan bahasa dari segi nahwu dan sharaf. 4) Sistematika penyampaian. 5) Kesesuaian dengan tema atau judul yang dibicarakan.

30 B. Pembelajaran Bahasa Arab 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran identik dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuki yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), sedangkan pembelajaran berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik. Menurut Oemar Hamalik bahwa pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi : buku-buku, papan tulis dan lainnya. 10 Menurut Ghulayaini bahwa bahasa merupakan kata-kata yang digunakan oleh sekelompok kaum untuk mengungkapkan maksudmaksudnya. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh segolongan masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi. 11 Dalam al-qur an hakikat bahasa sebagai alat komunikasi yaitu : 10 Muhammad Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 3-4. 11 Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 1.

31 Pertama, bahasa sebagai kata : dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan bahasa sebagai kata. Melalui kata kita dapat mengungkapkan perasaan, menerima berita, memperoleh informasi, menyatakan sesuatu (sedih, senang, gembira), hingga menyelesaikan masalah dengan membicarakannya melalui mediasi dan proses dialog, diskusi dan lain-lain. Kedua, bahasa sebagai fakta : bahasa menjadi media pemindahan pengetahuan dengan syarat keselarasannya pada bilangan pengetahuan dan sesuai dengan berbagai kebutuhan manusia yang berasal dari masyarakatnya. 12 Bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bahasa Al-Qur an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menggampangkan bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama. Pendidikan bahasa Arab sangat dibutuhkan pada dewasa ini di Indonesia. Mengingat sedikitnya lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa asing lainnya di negeri yang mayoritas penduduknya muslim dan populasi muslim terbesar di dunia saat ini. Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha 12 Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab, (Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm. 3-5.

32 menguasainya. Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada, sebagaimana firman Allah : 13 إ ن اج ع ل ن اه ق ر آن ا ع ر ب ي ا ل ع ل ك م ت ع ق ل ون ٣ Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya (Q.S. Az-Zukhruf : 3). Jadi pembelajaran bahasa Arab merupakan aktivitas atau proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ruang lingkup bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab banyak bidang-bidang yang harus dikuasai, sehingga perlu usaha yang tidak muda seperti ketekukan, kesabaran dan kemahiran. Dengan kata lain, bahwa kegiatan pembelajaran bahasa Arab adalah kegiatan yang didalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, mengatur serta memfasilitasi berbagai hal yang berkaitan dengan kebahasaan kepada peserta didik agar bisa belajar bahasa Arab sehingga tercapai tujuan pendidikan bahasa Arab. 2. Tujuan-Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Tujuan pembelajaran bahasa Arab merupakan sebuah acuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar bahasa Arab. Tujuan tersebut sebagai alat berhubungan sedemikian erat antara tujuan yang hendak dicapai dan ruang lingkup materi ajar urutan penyajian, sistem dan metode yang digunakan. 13 Wacana Pengerian Pendidikan Bahasa Arab. http://hasanaay.blogspot.com/2011/05/pengertian-pendidikan-bahasa-arab/. Diakses, 02 Desember 2013.

33 Proses pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi, pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan ahli bahasa dan sastra Arab sehingga proses pembelajaran yang berlangsung sedemikian ketat agar mahasiswa mampu mengajarkan bahasa Arab. Seorang pengajar bahasa Arab yang baik pasti mengetahui dengan pasti tentang tujuan yang hendak dicapai melalui pengajaran bahasa itu. Mengetahui apa yang hendak diajarkan, bagaimana membawakan materi yang ajarnya didepan kelas, sehingga tercapai pada waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum serta mengetahui kapan kapan masing-masing tahapan itu diajarkan. Dengan kata lain, tujuan proses pembelajaran bahasa Arab harus diawali oleh penentuan materi yang harus diajarkan, serta sistem dan metode yang hendak digunakan untuk menyampaikan materi ajar tersebut. 14 Pembelajaran bahasa diperlukan agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, seperti muṭāla ah, muḥādaṡah, insyā, nahwu dan sharaf, sehingga memperoleh kemahiran berbicara yang meliputi empat aspek kemahiran diantaranya sebagai berikut : 15 a. Kemahiran menyimak Kemahiran menyimak yang merupakan proses perubahan wujud bunyi (bahasa) menjadi wujud makna. Kemahiran menyimak sebagai 14 Ahmad Izzan, Op, Cit, hlm. 75-76. 15 Muhammad Khalilullah, Op, Cit, hlm. 8-9.

34 kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (pembicara). b. Kemahiran membaca Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (penulis) didalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna. c. Kemahiran menulis Kemahiran menulis merupakan kemahiran bahasa yang sifatnya menghasilkan atau memberikan informasi kepada orang lain (pembaca) didalam bentuk tulisan. Menulis merupakan perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud tulisan. d. Kemahiran berbicara Kemahiran berbicara merupakan kemahiran yang sifatnya produktif, mengahasilkan atau menyampaikan informasi kepada orang lain (penyimak) didalam bentuk bunyi bahasa (tuturan) yang merupakn prosesperubahan wujud bunyi bahasa menjadi wujud tuturan. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab di Indonesia diantaranya sebagai berikut: 16 a) Agar siswa dapat memahami al-qur an dan al-hadits sebagai sumber hukum Islam dan ajarannya serta memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bentuk bahasa Arab. 16 Ahmad Muhtadi Anshor, Op, Cit hm. 7-8.

35 b) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab dan sebagai alat pembantu keahlian lain. c) Untuk menghargai dan membanggakan bahasa arab sebagai salah satu bahasa dunia yang penting untuk dipelajari sebagai khazanah budaya dan intelektual. d) Untuk memahami bahasa arab dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan. e) Supaya memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial serta memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). f) Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar menjadi profesional. Disamping itu tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat membantu memperoleh kemahiran berbahasa, dengan menggunakan berbagai bentuk dan ragam bahasa untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk tercapainya tujuan tersebut para pengajar atau ahli bahasa, pembuat kurikulum atau program pembelajaran harus memikirkan materi atau bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik serta mencari metode atau teknik pengajaran ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa

36 Arab, serta melatih peserta didik dalam kehidupan sehari-hari baik kemahiran menyimak, membaca, menulis dan berbicara. 17 3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab Ada 3 (tiga) prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al- Kalām), yaitu sebagai berikut: 18 a) Prinsip Perencanaan Sebelum melakukan suatu proses pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al- Kalām),terlebih dahulu seorang pengajar menyiapkan bahan atau materi pelajaran yang berkaitan dengan Mahārah al-kalām. Sehingga materi pelajaran disajikan secara terstruktur atau terprogram dan tidak keluar dari tujuan-tujuan Mahārah al-kalām yang akan dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, seorang pengajar harus menentukan bahan atau materi yang menjadi skala prioritas untuk diajarkan kepada peserta didik (mahasiswa). Seorang pengajar yang baik harus selalu mempersiapkan MPR (Muqaddimah, Presentasi, dan Review) dalam setiap topik pembahasan dan tujuan pembelajaran Mahārah al-kalām yang akan diajarkan. 17 Khalilullah, Op. Cit, hlm. 9. 18 Wa Muna, Op. Cit, hlm. 7-10.

37 b) Prinsip Pelaksanaan 1) Tahapan-Tahapan Teori dalam pembelajaran Mahārah al-kalām Guru atau dosen bahasa Arab hendaknya menyadari bahwa tingkat kemampuan peserta didik (mahasiswa) yang dihadapi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka berasal dari lembaga pendidikan yang berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) harus disesuaikan dengan tingkatan atau kemampuan perserta didik yang dibimbing. Oleh sebab itu, materi untuk pembelajaran Mahārah al- Kalām diberikan secara bertahap. Mulai dari materi percakapan lisan yang mudah, agak sulit, kemudian sulit. Hal ini akan memudahkan peserta didik dalam memahami kosakata atau kalimat dan kelancaran dalam Mahārah al-kalām. 2) Motivasi Salah satu unsur penting yang kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran bahasa Arab adalah pemberian motivasi. Dalam pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) sangat memerlukan sebuah motivasi atau dorongan secara kontinu berupa motivasi belajar dan terus latihan dalam berbicara bahasa Arab oleh guru atau dosen kepada peserta didiknya. Sesungguhnya dorongan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas itu sangat penting. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar dan praktik (Mahārah al- Kalām). Sardiman A.M. dalam bukunya (Interaksi Motivasi Belajar

38 Mengajar) mengatakan bahwa motivasi dalam kegiatan belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa atau mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi tumbuh dalam diri manusia, karena terdorong oleh unsur yang lain terkait dengan kebutuhan atau keinginan untuk belajar dan penerapan Mahārah al-kalām. Motivasi dalam belajar berfungsi sebagai pendorong manusia untuk belajar atau berbuat sesuatu, penentu arah perbuatan agar apa yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Ada beberapa pendapat tentang pengertian motivasi berbahasa asing yaitu : 19 a. Menurut Burt Dulay dan Krashen bahwa motivasi dalam memperoleh bahasa asing (bahasa Arab) adalah semacam dorongan kebutuhan, keinginan murid atau mahasiswa untuk mengetahui suatu bahasa. b. Menurut Gardner dan Lambert bahwa motivasi ada 2 hal yaitu pertama, motivasi Integratif adalah adanya keinginan untuk memperoleh kecakapan berbahasa asing (bahasa Arab) supaya dapat berintegrasi dengan masyarakat pemakai bahasa Arab. Disini yang terlihat adalah adanya minat pribadi yang tulus 19 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 32-33.

39 terhadap keinginan untuk bermasyarakat dengan kelompok orang-orang yang memiliki bahasa Arab tersebut beserta kebudayaannya. Kedua, motivasi Instrumental adalah keinginan untuk memiliki kecakapan berbahasa asing (bahasa Arab) karena alasan faedah atau manfaat, seperti agar mudah dapat pekerjaan, penghargaan sosial, atau memperoleh keuntungan ekonomi lainnya. disini yang tampak adalah nilai praktis dan keuntungan yang akan diperoleh. c. Menurut Stevick bahwa orang yang belajar bahasa asing (bahasa Arab) dengan motivasi instrumental erat kaitannya dengan orang yang memiliki sikap belajar defensif. Sebaliknya orang memiliki motivasi integratif erat kaitannya dengan orang yang bersikap reseptif. Belajar bahasa kedua bukanlah perkara mudah, bukan jalan mulus terhampar bunga, akan tetapi mengandung proses berpikir dan berbagai usaha yang mana membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Disinilah motivasi berperan, motivasi tinggi belajar bahasa Arab juga menentukan kesuksesan peserta didik. Ada beberapa cara untuk mengetahui motivasi para pembelajar bahasa Arab diantaranya sebagai berikut :

40 1. Menggunakan pengalaman pribadi pengajar mengenai kepribadian peserta didik dengan cara intens berinteraksi dan bekerja dibidang ini (sebagai pendidik). 2. Memanfaatkan berbagai hasil penelitian di bidang ilmu psikologi dan sosial mengenai pertumbuhan, fase, dan kebutuhan peserta didik disetiap fasenya. Berdasarkan penelitian Fathi Yunus pada tahun 1979 untuk mengetahui motivasi dan hal-hal yang mendorong peserta didik dalam menekuni bahasa Arab. Faktor-faktor terpenting yang ditemukan sebagai motivator adalah ingin bisa : 20 a) Membaca al-qur an dan Hadits nabi saw. b) Membaca ilmu-ilmu Islam c) Komparasi Islam dengan agama lain d) Melancong ke negara-negara Arab e) Bekerja di negeri-negeri Arab diberbagai bidang dan profesi f) Mendirikan pabrik atau perusahaan di negara-negara Arab g) Bekerja di kedutaan-kedutaan besar di negara Arab 3) Pemberian Pujian Selain pemberian motivasi juga perlu adanya pemberian pujian kepada peserta didik (mahasiswa) untuk mendorong mereka maju selangkah didalam usaha belajar dan praktik Mahārah al- Kalām mereka dengan baik dan benar. Apabila ada peserta didik 20 Abdullah al-gali, Op. Cit, hlm. 12.

41 yang berhasil menyelesaikan tugas belajarnya dan mempraktikan Mahārah al-kalām dengan baik, perlu diberikan pujian sebagai umpan balik yang positif dan sekaligus sebagai motivasi yang baik. Oleh sebab itu, agar pujian ini merupakan motivasi, pemberian pujian itu harus tepat yang akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar dan melatih dengan membiasakan berbicara dengan bahasa Arab dan sekaligus akan membangkitkan harga diri mereka. c) Prinsip Evaluasi Setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām), dilakukan suatu evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan mereka dalam mencapai proses pembelajaran Mahārah al-kalām tersebut. Bentuk evaluasi tersebut, mungkin bisa dengan tes latihan berbicara bahasa Arab dengan cara diskusi, wawancara maupun yang lainnya dengan kawannya tentang sesuatu apapun. Setelah melakukan evaluasi, maka proses pembelajaran dan hasilnya sudah dapat disimpulkan berhasil atau tidaknya serangkaian proses pembelajaran kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) yang telah dilaksanakan. 21 21 Wa Muna, Op.Cit., hlm. 11-12.

42 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Bahasa Arab Kalām diidentikkan dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa secara lisan dapat ditentukan dari berbagai faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung sebagai berikut : 22 a) Faktor Pendukung 1) Anak-anak maupun dewasa lebih banyak menggunakan kemahiran berbicaranya daripada menulis dan membaca. 2) Bahasa Arab telah dikenal oleh peserta didik bahkan masyarakat, karena mereka telah menggunakannya sejak kecil baik do a ibadah sholat maupun do a-do a yang lainnya. 3) Lingkungan yang sangat mendukung dan memotivasi untuk terus latihan berbicara dengan bahasa Arab. 4) Sarana prasarana yang sangat mendukung sehingga memudahkan terealisasinya penerapan kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām). 5) Bahasa Arab sebagai alat komunikasi sebagaimana bahasa asing yang lainnya. Mempelajari bahasa Arab dengan menerapkan Mahārah al- Kalām ada hubungannya dengan usaha memenuhi tuntunan ajaran agama. 6) Dengan kemampuan berbahasa Arab sebagai wadah untuk memudahkan dalam mencari pekerjaan, penghargaan dalam masyarakat dan keuntungan yang lainnya. 22 Ibid, Wa Muna, hlm. 51-61.

43 7) Dengan kemampuan berbahasa Arab sebagai ikatan persahabatan dan kerja sama antara negara Indonesia dengan negara-negara yang lainnya seperti hubungan kerja sama dalam ekonomi, perdagangan maupun yang lainnya. b) Faktor Penghambat Sebelum dapat berbicara dengan bahasa asing (bahasa Arab), terlebih dahulu kita berbicara dengan bahasa daerah atau bahasa ibu, sehingga perlu waktu yang lama untuk bisa berbicara bahasa Arab dengan lancar dan benar. Diantara beberapa faktor yang menghambat dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) yaitu sebagai berikut : 1) Kosakata baik dari kata benda (isim) dan kata kerja (fi il) relatif lebih banyak dan lebih rangkap, bahkan dari tata bunyinya juga hampir sama sehingga harus lebih teliti dan lebih fasih dalam pengucapannya agar tidak salah pengertian dan penafsiran. 2) Kurikulum yang kurang menekankan pada kemahiran berbicara (Mahārah al-kalām) 3) Kondisi kelas yang tidak kondusif untuk melakukan aktifitas berbicara dengan bahasa Arab secara intensif 4) Kesempatan untuk mempraktikkan diluar kelas terbatas 5) Fasilitas yang kurang mendukung terlaksananya Mahārah al-kalām termasuk meliputi buku-buku (bahasa Arab) yang pada umumnya lebih banyak menekankan dan mengedepankan aspek gramatika saja,

44 sementara aspek komunikasi kurang mendapatkan perhatian dan prioritas. 6) Lingkungan sosial yang kurang mendukung untuk menerapkan Mahārah al-kalām. Apabila kita dilingkungan yang berbahasa Arab, maka hal itu akan menjadi faktor pendukung percepatan pemahaman terhadap kemahiran berbicara bahasa Arab. Sebaliknya apabila kita berada di lingkungan yang tidak berbahasa Arab, maka hal itu akan menjadi faktor penghambat bahkan memperlambat kemampuan berbahasa khususnya pada penerapan Mahārah al-kalām.