PROBLEMATIKA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PENYANDANG TUNA GRAHITA (SLB B/C YPPLB NGAWI Kabupaten Ngawi) SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena tidak mampu untuk bersaing dalam bidang ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan semua zaman. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik anaknya terutama dalam pendidikan agamanya. Pendidikan. pondasi atau landasan dalam diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Setiap orang sejak awal sampai akhir sangat berurusan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan keistimewaan sejak lahir,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin. kelangsungan generasi yang berperadaban dan beradab.

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN PEMECAHANNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini

BAB III METODE PENELITIAN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN SOLUSINYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA LARAS BHINA PUTERA BANJARSARI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. kemuliyaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dihafal. Karena keaslian dan kemurnian Al-Qur'an haruslah tetap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. mempertanggungjawabkan semua perilaku selama hidupnya. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

KOMPETENSI GURU BAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN. MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs. MUHAMMADIYAH WARU BAKI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan salah satu sarana pokok dalam ikut serta. dalam pembangunan mental, karena agama memberikan pedoman dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DALAM PENGAJARAN MEMBACA AL-QURAN

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi pada saat ini pembelajaran terus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas SDM, salah satunya melalui pendidikan. Semua orang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi efektif merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SIMO TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan keberhasilan pendidikan tersebut akan ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

Transkripsi:

PROBLEMATIKA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PENYANDANG TUNA GRAHITA (SLB B/C YPPLB NGAWI Kabupaten Ngawi) SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Tarbiyah Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: TUTIK MUNAWAROH G 000 050 005 FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing anak yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, tingkah laku maupun cara berfikirnya. Melalui pendidikan Islam terjadilah proses pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga ajaran Islam diharapkan akan menjadi bagian integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak akan mencerminkan sikap Islamiyah. Proses pendidikan itu adalah proses yang kontinyu bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Rumusan selain itu adalah bahwa proses pendidikan tersebut mencakup bentuk-bentuk belajar secara formal maupun informal. Baik yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, kehidupan sekolah, pekerjaan maupun kehidupan masyarakat. (Abu Tauhid, 1984: 18) Pendidikan di samping merupakan kebutuhan manusia juga merupakan suatu kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya, karena anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah untuk dipelihara dan

dipertanggungjawabkan di hadapan-nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-tahrim ayat 6 yang berbunyi: ا لتحريم Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-tahrim: 6) Berdasarkan ayat tersebut berarti Allah memberikan amanat secara langsung kepada orang tua untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk anak-anaknya dari siksa api neraka. Dalam upayanya mengemban amanat ini, orang tua tidak cukup dengan memberikan hak-hak yang bersifat lahiriyah saja dalam arti pendidikannya, oleh karena itu kepada semua orang tua atau pendidik dalam mendidik atau mengajar tidak boleh membedakan bahkan terhadap seorang yang cacatpun harus diperlakukan sama dengan orang yang normal. Agama Islam tidak ada perbedaan hak belajar untuk semua orang baik yang cacat maupun yang normal. Semuanya berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, jadi hak setiap orang dalam mendapatkan ilmu adalah sama. Dalam kenyataannya pendidikan untuk anak-anak berkelainan masih belum menjadi prioritas yang utama. Sehingga masih perlu dikaji untuk lebih memperhatikan pendidikan bagi para penyandang cacat. Dengan pendidikan dan pengajaran yang diterima, maka mereka memperoleh bekal hidup untuk hidup di tengah masyarakat dan kondisi mereka tidak akan selalu menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat.

Ditegaskan dalam firman Allah surat Al-baqarah ayat 31:... ا لبقرة Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" Untuk mewujudkan harapan tersebut, seorang guru dituntut untuk memiliki dan memahami pengetahuan yang seksama mengenai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, memahami tentang tujuan yang akan dicapai, penguasaan materi dan penyajiannya dengan metode-metode yang tepat. Dari beberapa Sekolah Luar Biasa yang ada di kota-kota besar, SLB Ngawi lebih menarik untuk menjadi bahan kajian. Karena di kota Ngawi hanya ada satu sekolah yang memberikan pendidikan secara khusus kepada anak yang memiliki perkembangan mental di bawah rata-rata. Sehingga penting kiranya mengetahui perkembangan bahan pengajaran dan yang paling utama adalah mengetahui problem-problem yang dihadapi oleh para pelajar di SLB B/C YPPLB Ngawi kabupaten Ngawi sebagai lembaga pendidikan anak-anak cacat. Problem yang mendominasi dari siswa-siswi SLB B/C YPPLB Ngawi adalah problem pemahaman materi, sehingga perlu adanya penyesuaian materi yang akan disampaikan. Perlunya bimbingan khusus yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak cacat menuntut seorang

guru mempunyai kreatifitas yang tinggi demi tercapainya pendidikan bagi peserta didik. Dipertegas dalam surat Az-zumar ayat 9 yang berbunyi: ا لزمر (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga Negara tanpa membedakan asal usul, status sosial, ekonomi maupun keadaan fisik seseorang termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. Realita yang ada sekarang adalah jumlah anak berkelainan yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya masih sangat sedikit. Kesenjangan ini diantaranya disebabkan oleh masih adanya hambatan dalam pola pikir masyarakat kita masih cenderung dikotomis dan memandang apa pada anak berkelainan. Terbukti bahwa di kabupaten Ngawi hanya ada satu lembaga yang mampu menangani dan memberikan pelayanan khusus bagi penyandang cacat mental. Hanya sebagian kecil anak penyandang cacat yang mampu mendapatkan pendidikan secara khusus, sedangkan di daerah yang terpencil belum sepenuhnya anak-anak tuna grahita mendapat pendidikan yang layak dikarenakan belum memprioritaskan pendidikan bagi penyandang

cacat mental. (Wawancara dengan salah satu guru SLB C, Bpk Mazruri Spd tgl 05 januari 2009) Disadari bahwa kelainan seorang anak memiliki tingkatan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, ganda hingga kompleks yang berkaitan dengan fisik, emosi, psikis dan sosial. Keadaan ini jelas memerlukan pendidikan khhusus dalam memberikan layanan pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan (Sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak berkelainan sama dengan anak-anak pada umumnya. Namun karena kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. SLB B/C YPPLB Ngawi merupakan Institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang tuna rungu dan tuna grahita yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar. Di SLB ini anak tuna grahita mengalami problem dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pendidikan Agama Islam adalah sebagai dasar dalam menjalani kehidupan yang berpijak dari AlQur an dan hadits, agama dapat diibaratkan sebagai mata, sedangkan sains sebagai mikroskop atau teleskop yang dapat memperjelas daya pengamatan mata atau agama adalah pedoman dan jalan kehidupan menuju keselamatan, sedangkan pengetahuan adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan itu. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan agama harus bersanding dan bukan bertanding. Sehingga sangat penting bagi penyandang tuna grahita untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam sebagai

dasar baginya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Anak tuna grahita sangat memerlukan bimbingan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pelajaran pendidikan Agama Islam sederhana untuk penyandang tuna grahita harus diberikan sesuai dengan kemampuannya, sehingga mereka mampu menerima materi yang diberikan sesuai kapasitas yang dimiliki. Di SLB Ngawi pendidikan bagi anak penyandang tuna grahita belum secara maksimal diberikan kepadanya, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tuna Grahita (Studi Kasus SLB B/C Ngawi Kabupaten Ngawi). B. Penegasan Istilah Untuk menghindari berbagai macam penafsiran judul diatas, maka terlebih dahulu penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi di atas. 1. Problematika Belajar Berasal dari kata problem yang mempunyai arti persoalan atau permasalahan ( Kamus besar Bahasa Indonesia, 1994: 38) Problematika ialah hal-hal yang menimbulkan permasalahan yang belum bisa dipecahkan. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993: 701)

Belajar ialah usaha untuk menguasai atau menambah sejumlah ilmu pengetahuan (Ahmadi, 1999: 279). Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow, belajar ialah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap (Crow, 1984: 321). Menurut W.S Winkel, Belajar ialah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas.(winkel, 1989: 36) Berdasarkan beberapa pengertian Belajar di atas dapat disimpulkan sebagai suatu proses mental atau psikis untuk memperoleh suatu pembiasaan, kecakapan-kecakapan, ketrampilan, pengetahuan sebagai sikap melalui suatu praktek latihan dan pengalaman. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan (menetap) dan berbekas. Sedangkan Problematika belajar yang dimaksudkan adalah problematika belajar Pendidikan Agama Islam yang dialami pada anak penyandang Tuna Grahita di SLB YPPLB Ngawi Kabupaten Ngawi. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam yaitu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik yang bersumberkan nilai-nilai agama islam, disamping menampakkan atau membentuk tingkah laku yang dijiwai dengan nilainilai agama, juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan nilai Islam. (Arifin, 2000: 13)

Pendidikan Agama Islam ialah Suatu bentuk usaha secara sistematik dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar arah hidupnya sesuai dengan ajaran Islam (Zuharini, dkk, 1983: 27). Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang dapat dilakukan seseorang atau lembaga pendidikan secara sadar untuk mengembangkan potensi siswa, baik yang bersifat jasmani maupun rohani berdasarkan ajaran Islam. 3. Tuna Grahita Tuna Grahita merupakan Istilah terbaru di Indonesia. Istilah-istilah yang dikenal Tuna Mental, Cacat Mental, Retalisasi Mental. Istilah-istilah di atas mempunyai maksud yang sama yaitu untuk menunjukkan anakanak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mental. Pengertian dari Tuna Grahita adalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah kecerdasan anak normal, yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pelajaran atau pendidikan di sekolah umum. Karena intelegensi dibawah rata-rata anak normal sehingga perkembangan berfikirnya sangat lamban (Dep. P dan K, 1984: 30) Pada dasarnya anak Tuna Grahita itu adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, anak yang membutuhkan bimbingan dan latihan khusus atau dengan kata lain membutuhkan program khusus.

4. SLB B/C YPPLB Ngawi SLB adalah Sekolah luar biasa yaitu lembaga pendidikan bagi anak yang berkelainan yang mempunyai cacat tuna atau tidak normal. YPPLB adalah suatu badan atau yayasan yang mengelola pendidikan luar biasa yang sifatnya swasta, juga sebagai nama dari yayasan tersebut. Sedangkan Ngawi adalah nama kabupaten yang menunjukkan tempat atau lokasi. Dari pengertian istilah-istilah di atas selanjutnya dapat ditegaskan bahwa judul penelitian ini adalah Problematika belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tuna Grahita di SLB B/C YPPLB Ngawi. Penelitian ini merupakan studi yang berkenaan dengan pendidikan islam, sehingga diharapkan anak penyandang tuna grahita menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berperilaku sesuai dengan ajaran Islam serta menjadikan agama islam sebagai pandangan hidup guna mancapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah ini dimaksudkan agar penelitian ini tidak melebar permasalahannya, sehingga mudah untuk memahami hasilnya. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apa saja problematika belajar Pendidikan Agama Islam yang dihadapi oleh anak penyandang cacat tuna grahita di SLB B/C YPLB Ngawi?

2. Bagaimana solusi yang dilakukan oleh SLB B/C YPLB Ngawi, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya? D. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan tertentu pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, demikian pula dengan penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui problematika belajar Pendidikan Agama Islam yang dihadapi oleh anak penyandang cacat tuna grahita di SLB B/C YPLB Ngawi 2. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh SLB B/C YPLB Ngawi, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Secara Praktis 1) Penelitian ini dapat menunjang pengembangan informasi tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B/C Ngawi khususnya dan Lembaga Pendidikan Islam pada umumnya 2) Dapat memberikan gambaran tentang problematika pengajaran di SLB B/C Ngawi 3) Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang mengadakan penelitian berikutnya baik meneruskan maupun mengadakan riset baru. F. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis, sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi peneliti, selain itu juga berupa buku yang telah diterbitkan. Kajian pustaka ini berfungsi sebagai dasar autentik tentang orisinalitas atau keaslian penelitian (Sumantri, dkk.2002). Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah ada penelitianpenelitian sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Berikut ini beberapa penelitian-penelitian sebelimnya yang dapat penulis dokumentasikan sebagai kajian pustaka; 1. Sanapiah Faisal (1981) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Luar Sekolah Dalam System Pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan masyarakat

yang usahanya berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan masyarakat yang mengalami keterlantaran pendidikan baik pemuda maupun dewasa, laki-laki maupun perempuan. 2. Di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Muhammad Ali (2002) yang berjudul Pendidikan Agama Islam bagi Penyandang Tuna Grahita di SLB C YPLB Danyang Purwodadi Kabupaten Grobogan, mengungkapkan tentang materi-materi dan Evaluasi dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi penyandang tuna Grahita (Cacat Mental). 3. Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Mental, di dalamnya memaparkan bahwa pendidikan berkewajiban berlatih anak didik menyadari kemampuan-kemampuannya dan mengadakan penyesuaian diri terhadap pengaruh-pengaruh luarnya melalui cara-cara yang patut bagi lingkungan sosialnya dan konsep dirinya yang sehat, agar ia menjadi warga masyarakat yang berguna dan bahagia dengan kodratnya. Individu selama perkembangannya memerlukan sekali pendidikan ini. Yaitu usaha dalam membantu mengadakan penyesuaian diri dan perkembangannya. 4. Mustofa Fahmi dalam bukunya yang berjudul kesehatan mental dan keluarga, sekolah dan masyarakat, menyatakan bahwa sekolah mempunayai tugas penting, yaitu usaha membina sikap dan yang disenangi lalu menumbuhkan sikap-sikap tersebut. Apabila sikap-sikap tersebut telah terbina, maka ia akan menjadi pendorong yang akan menolong dalam pembinaan pribadi murid. Sikap-sikap terpenting yang

perlu diusahakan untuk dimiliki oleh murid adalah: Sikap terhadap sekolah, pekerjaan, waktu senggang (permainan dan rekreasi) dan sikap terhadap orang-orang. 5. Desi Iriani (UMS, 2008) dalam skripsinya yang berjudul Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tuna Grahita (Study Kasus SLB B-C YPAALB langen Harjo Sukoharjo), menjelaskan bahwa guru dalam menyampaikan materi kepada siswa menggunakan beberapa metode pembelajaran, diantaranya metode ceramah dan hafalan, Demonstrasi, apersepsi, menyanyi dan metode latihan. Pada hakekatnya metode yang digunakan dalam menyampaikan materi sama antara anak tuna grahita dengan anak normal, yang menjadi perbedaan adalah kondisi siswa dalam memahami materi yang disampaiakan oleh guru dan materi tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan peserta didik. Selain itu guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang dapat menghibur siswa. Beberapa karya Ilmiah yang sudah dipaparkan diatas yang senada dengan judul peneliti, ternyata belum ada yang meneliti judul tersebut di atas demikian juga lokasinya. Oleh karena itu penelitian ini memenuhi unsur kebaruan. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya

ilmiah ini diperoleh dari lapangan yaitu SLB B/C Ngawi. Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomene-fenomena dan tidak berupa angka-angka. 2. Penentuan sumber data Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal. Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian populasi. Sutrisno Hadi (1998 : 220) berpendapat Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai ciri-ciri yang sama. (Suharsini Arikunto, 1996: 115) Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang disajikan dalam suatu penelitian dan memiliki ciri-ciri yang sama. Dalam penelitian ini populasinya adalah SLB B/C Ngawi, yang terdiri dari TKLB 29 siswa yaitu laki-laki 9 dan perempuan 20, SDLB 42 siswa yaitu lakilaki 24 dan perempuan 18, SMPLB 8 siswa yaitu laki-laki 4 dan perempuan 4, SMALB yaitu laki-laki 2 dan perempuan 4, karena dalam penelitian ini penulis fokuskan pada tingkat Sekolah Dasar, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SDLB di

YPPLB Ngawi yang bejumlah 42 siswa. Sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diteliti (Suharsini Arikunto, 1998: 128). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung keadaan atau kondisi sekolah, letak geografis, problemproblem belajar, sarana dan prasarana di SLB B/C YPPLB Ngawi. b. Interview Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewee) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memeberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2007: 186). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, saran prasarana, keadaan siswa dan problem-problem yang dihadapi serta solusinya. Sedangkan yang menjadi nara sumber adalah kepala sekolah dan guru. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda (Suharsini Arikunto, 1998: 159). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdidrinya SLB B/C Ngawi, struktur organisasi, keadaan karyawan dan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana dan sebagainya. 4. Metode Analisis Data Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat peneliti (Suharsini Arikunto, 1982: 308). Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang problematika yang dihadapi oleh SLB B/C YPPLB Ngawi. Karena struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi maka, dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Selain itu dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang problema pembelajaran yang dihadapi oleh SLB B/C YPPLB Ngawi. Proses Analisis data baik ketika pengumpulan data maupun setelah selesai pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian data dan refleksi data b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data

c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin jelas d. Mengatur data secara menyeluruh. Dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan data sebagai pendalaman. H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam pembahasan skripsi ini terbagi menjadi lima bab yang terbagi dalam sub-sub bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi BAB II Landasan Teori, Berisi tentang pengertian Problematika belajar, faktor-faktor yang menyebabkan problem belajar, problematika belajar Pendidikan Agama Islam bagi anak penyandang tuna grahita dan teori tentang Penyandang tuna grahita BAB III Problematika belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tuna Grahita di SLB B/C YPPLB Ngawi, terdiri dari dua bagian: pertama, gambaran umum SLB B/C YPPLB Ngawi, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, pendanaan, sarana dan prasarana, keunggulan dan lingkungan. Kedua, problematika belajar

Pendidikan Agama Islam dan usaha guru dalam mengatasi problematika belajar Pendidikan Agama Islam. BAB IV Analisa Data, meliputi problematika belajar Pendidikan Agama Islam dan solusi yang digunakan dalam mengatasi problematika belajar pendidikan Agama Islam. BAB V Penutup, yang meliputi: Kesimpulan, saran-saran, penutup Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biografi penulis.