KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

dokumen-dokumen yang mirip
KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS JURNAL PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh: Satriyo Kurnia Wibowo NIM

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA HALAMAN PENGESAHAN

PERWUJUDAN RUANG WAKTU DI DALAM SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh: Yusuf Ferdinan Yudhistira NIM : PROGRAM STUDI SENI MURNI

IMAJINASI TENTANG AYAM DALAM LUKISAN

GORESAN ANAK-ANAK SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

UANG ADALAH SUMBER KONFLIK (SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS)

HARMONI KELUARGA DALAM SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh: VALENTINO FEBRI SETYA WIDADA UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

VISUALISASI GAJAH SIRKUS DALAM KARYA SENI LUKIS

IMAJINASI BENTUK AIR DALAM LUKISAN PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh. Untung Yuli Prastiawan NIM:

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

SUGESTI GARIS DALAM LUKISAN

PENCIPTAAN KARYA SENI

GEBOGAN SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS

PEREMPUAN DAN SELENDANG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

VISUALISASI KUCING DALAM KARYA LUKIS

AKTIVITAS SEHARI-HARI DI RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

WAJAH WANITA SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS

KELUARGA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh: Dwi Febri Sariyanto NIM PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI

IRONI KEMAKMURAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

AKTIVITAS MASYARAKAT MARJINAL SEBAGAI TEMA DALAM LUKISAN PENCIPTAAN KARYA SENI. Disusun oleh : Eric Pradana

ANTITESIS OBJEK DALAM SENI PATUNG

ZAMAN EDAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni

BAB III METODE PENCIPTAAN

FANTASI EKOSISTEM IKAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh : Puspita Tri Rahayu NIM

VISUALISASI PERMAINAN BONEKA DALAM KARYA SENI LUKIS

MATA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SENI GRAFIS

DUNIA ANAK SEBAGAI TEMA PENCIPTAAN LUKISAN

KONSTRUKSI GARIS SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI PATUNG KINETIK PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh : Bayu Murti NIM

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI LUKIS SMALB TUNARUNGU

MENGANYAM RUPA PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh : ARIF FIDIATMOKO NIM PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA

POHON SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

MASA KANAK-KANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

PERANCANGAN INTERIOR QUEEN GARPHIC HOUSE PADANG PANJANG SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

FOTO DOSEN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS DENGAN TEKNIK DIGITAL PAINTING

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN INTERIOR LIQUID KARAOKE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

B. Jumlah Peserta Pameran Guru yang diikutkan dalam kegiatan pameran secara keseluruhan akan

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BIOLA SEBAGAI TEMA PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SENI GRAFIS : LEBAH SEBAGAI SIMBOL IBU

MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

MAWAR DALAM KARYA SENI GRAFIS DRYPOINT

VISUALISASI KUDA DALAM KARYA SENI GRAFIS

BAB III. METODE PENCIPTAAN

BAB V PENUTUP. Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa pelukis, sehingga dalam

GAYA RENANG INDAH SEBAGAI TEMA KARYA SENI GRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR MASALAH SOSIAL SEBAGAI EFEK PERUBAHAN ( KASUS LINGKUNGAN HIDUP ) DAN UPAYA PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. seni memiliki peran terpenting di alam kehidupan manusia sesuai dengan. diungkapkan oleh Soedarso SP sebagai berikut:

BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

MOMEN DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI

GERAK FIGUR MANUSIA DALAM IDE PENCIPTAAN SENI PATUNG

MATERI SEKOLAH DASAR SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS

LEBAH MADU SEBAGAI TEMA DALAM KARYA LUKIS

KISAH ASMARA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI GRAFIS

Jakarta, Juli (Mayang Lestari Mardisyah)

Lampiran INSTRUMEN PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA

EKSPRESI WAJAH ANAK - ANAK SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

KEMUNAFIKAN SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

KARNAVAL SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS

LUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI

TUMBUHAN PAKU SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Pemilihan suatu gagasan yang diwujudkan kedalam karya seni berawal

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sempurna. Manusia bisa berpikir dan mempunyai kemampuan

KEHIDUPAN DUNIA ANAK-ANAK DALAM IMAJINASI VISUAL

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

KEKERASAN TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

PARADOKS VISUAL DALAM SENI LUKIS

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

BURUNG SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS

MODEL PEMANFAATAN FRAME SEPEDA FIXED GEAR MENJADI ELEMEN INTERIOR BANGKU STOOL

VISUALISASI BLINK-182 DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI. Oleh Bayu Adi Wijaya NIM

KARNAVAL VESPA DI WONOGIRI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM MENCIPTAKAN KARYA SENI GRAFIS

PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SENI RUPA BERDASARKAN KTSP DI SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN DESAIN KERANJANG SAYURAN PADA SEPEDA MOTOR

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

TEMA KELUARGA DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

MEMORI MASA REMAJA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS

Perancangan Batik Dengan Sumber Inspirasi Cerita Rakyat dan Flora Fauna Indonesia

Transkripsi:

KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS PENCIPTAAN KARYA SENI Oleh: Satriyo Kurnia Wibowo NIM 1012158021 PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017

KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS Satriyo Kurnia Wibowo NIM 1012158021 Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 dalam bidang Seni Rupa Murni 2017

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

iv PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak ada karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam laporan Tugas Akhir ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, Agustus 2017 Satriyo Kurnia Wibowo

v Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada Emakku tersayang Untuk segala Kasih yang kekal

KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga karya dan laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tulisan ini merupakan bagin dari karya Tugas Akhir yang isi di dalamnya membahas mengenai kerusakan lingkungan. Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan akibat kelalaian. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas kelalaian tersebut. Atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, dengan penuh rasa hormat, penulis menghaturkab terima kasih yang mendalam kepada: 1. Deni Junaedi, S.Sn., M.A. selaku pembimbing 1. 2. Yoga Budhi Wantoro, S.Sn., M.Sn. selaku pembimbing 2. 3. Setyo Priyo Nugroho, M.Sn. selaku cognate. 4. Wiwik Sri Wulandari, M.Sn. selaku dosen wali. 5. Lutse Lambert Daniel Morin, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 6. Dr. Surastiwi, M.Des. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 7. Dr. M. Agus Burhan selaku Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta. vi

vii 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 9. Ibu dan ayah tercinta yang selalu siap sedia dengan segala dukungannya. 10. Tara Arani Faza yang selalu ada disaat-saat yang paling dibutuhkan. 11. Guru Seni Rupa SMA N 8 Yogyakarta, Suhardi, S.Pd. dan Agus Indriarto, S.Pd. yang telah menunjukan jalan seni dan memberikan bekal untuk menempuhnya. 12. Teman-teman seperjuangan yang saling membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir masing-masing. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik. Yogyakarta, 20 Juni 2017, Satriyo Kurnia Wibowo Penulis

DAFTAR ISI Halaman Judul ke-1... i Halaman Judul ke-2... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Keaslian... iv Halaman Persembahan... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Penciptaan... 4 C. Tujuan dan Manfaat... 4 D. Makna Judul... 5 BAB II KONSEP... 9 A. Konsep Penciptaan... 9 B. Konsep Bentuk... 13 BAB III PROSES PEMBENTUKAN... 22 A. Bahan... 22 viii

ix B. Alat... 24 C. Teknik... 27 D. Tahap Perwujudan... 29 BAB IV TINJAUAN KARYA... 36 BAB V PENUTUP... 80 DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN... 86

DAFTAR GAMBAR Gb. 1. Yury Laptev, The Dual Mirror of the World, 2011... 18 Gb. 2. Koeboe Sarawan, Harmoni Kehidupan, 2015. Cat Minyak di kanvas. 152 x200 cm... 20 Gb. 3.Marcela Bolivar, Under the Seal, 2016... 21 Gb. 4. Bahan yang dipakai dalam proses penciptaan karya... 24 Gb. 5. Beberapa alat yang digunakan dalam proses penciptaan karya... 27 Gb. 6. Proses studi pustaka... 30 Gb. 7. Sketsa karya... 31 Gb. 8. Proses penyatuan referensi karya secara digital... 32 Gb. 9. Hasil manipulasi digital... 33 Gb. 10. Proses melukis di kanvas... 34 Gb. 11. Pemberian tanda tangan... 35 Gb. 12. Karya yang telah selesai... 35 Gb. 13. Satriyo Kurnia Wibowo, Balada Dua Dunia, 2015. Cat Akrilik dikanvas. 80 x 60 cm... 37 Gb. 14. Satriyo Kurnia Wibowo, Collateral Damage, 2015. Cat Akrilik di kanvas. 80 x 70 cm... 39 Gb. 15. Satriyo Kurnia Wibowo, Di Balik Tirai, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 80 x 60 cm... 42 x

xi Gb. 16. Satriyo Kurnia Wibowo, End of Era, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 50 x 100 cm... 45 Gb. 17. Satriyo Kurnia Wibowo, Harapan Terjaga, 2015. Cat Akrilik di kanvas. 60 x 80 cm... 47 Gb. 18. Satriyo Kurnia Wibowo, Ironi, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 50 x 60 cm... 49 Gb. 19. Satriyo Kurnia Wibowo, Life and Hope, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 70 x 100 cm... 51 Gb. 20. Satriyo Kurnia Wibowo, Life. Die. Repeat, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 60 x 80 cm... 54 Gb. 21. Satriyo Kurnia Wibowo, Lost, 2015. Cat Akrilik di kanvas. 80 x 60 cm... 56 Gb. 22. Satriyo Kurnia Wibowo, Mangsa, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 70 x 50 cm... 58 Gb. 23. Satriyo Kurnia Wibowo, Meja Perjamuan, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 60 x 50 cm... 60 Gb. 24. Satriyo Kurnia Wibowo, Mother Nature, 2015. Cat Akrilik dan Cat Minyak di kanvas. 70 x 100 cm... 62 Gb. 25. Satriyo Kurnia Wibowo, Melupa, 2014. Cat Akrilik di kanvas. 80 x 60 cm... 64 Gb. 26. Satriyo Kurnia Wibowo, Noah, 2014.

xii Cat Akrilik dan Cat Minyak di kanvas. 70 x 100 cm... 66 Gb. 27. Satriyo Kurnia Wibowo, Our Wrong Remains, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 80 x 60 cm... 68 Gb. 28. Satriyo Kurnia Wibowo, Protect and Serve, 2017. Cat Akrilik dan Cat Minyak di kanvas. 50 x 60 cm... 70 Gb. 29. Satriyo Kurnia Wibowo, Senja di atas Batas, 2014. Cat Akrilik di kanvas. 100 x 70 cm... 72 Gb. 30. Satriyo Kurnia Wibowo, Silent Keeper, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 50 x 70 cm... 74 Gb. 31. Satriyo Kurnia Wibowo, Tik Tok, 2014. Cat Akrilik di kanvas. 60 x 80 cm... 76 Gb. 32. Satriyo Kurnia Wibowo, Unsustainable, 2017. Cat Akrilik di kanvas. 60 x 80 cm... 78 Gb. 33. Proses Display 1... 87 Gb. 34. Proses Display 2... 87 Gb. 35. Suasana Pameran 1... 88 Gb. 36. Suasana Pameran 2... 88 Gb. 37. Poster Pameran... 89 Gb. 38. Poster Pameran.... 90 Gb. 39. Poster Pameran.... 90

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Foto dan Biodata Mahasiswa... 86 LAMPIRAN 2: Foto Proses Display Karya... 87 LAMPIRAN 3: Foto Suasana Pameran... 88 LAMPIRAN 4: Poster Pameran... 89 LAMPIRAN 5: Katalog... 90 LAMPIRAN 6: Lembar Konsultasi... 91 xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksploitasi terhadap berbagai sumber daya alam selama berabad-abad dengan tujuan peningkatan kesejahteraan ekonomi telah membuat kemampuan alam untuk menopang kehidupan di Bumi ini semakin menurun. Kegiatan produksi, aktivitas manusia, dan pencemaran yang ditimbulkannya berakibat pada pemanasan global dan perubahan iklim, yang jika dibiarkan akan menyebabkan bencana terhadap makhluk hidup di Bumi. Perubahan iklim mempengaruhi peningkatan temperatur permukaan Bumi yang menyebabkan es di kutub utara mencair. Kondisi ini memicu naiknya permukaan laut yang bisa menenggelamkan daerah-daerah dataran rendah terutama daerah pesisir (Yoesgiantoro, 2017: 31). Dampak yang dapat dirasakan dewasa ini adalah kacaunya siklus pergantian cuaca, kenaikan air laut, dan turunnya hujan asam yang telah terjadi di berbagai kota besar, seperti Jakarta (http://www.thejakartapost.com). Hal ini berakibat pada meningkatnya frekuensi bencana alam berupa ketidakpastian siklus panen, banjir, tanah longsor, merebaknya berbagai penyakit, dan punahnya beberapa spesies makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi dengan kondisi alam. Oleh karena itu, kerusakan lingkungan seharusnya mendapat perhatian yang besar dari berbagai elemen masyarakat. Sebab, jika situasi ini berlanjut dalam jangka waktu yang lama, 1

2 bencana yang ditimbulkannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain yang ada di Bumi. Ironisnya, belum ada upaya menyeluruh dan signifikan dari pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat umum. Penyebabnya adalah adanya anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas yang harus diutamakan oleh pemerintah; bahkan ketika kerusakan lingkungan menjadi konsekuensinya. Akibatnya, upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan seringkali tidak efektif dan tepat guna. Sebagai contoh, Perjanjian Paris yang bertujuan untuk memaksa negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk berkomitmen menanggulangi kerusakan lingkungan dikritisi karena tidak memberikan sanksi tegas dan aturan yang mengikat terhadap penandatangan perjanjian. Ini berarti bahwa negara-negara polutan terbesar di dunia seperti Amerika, Cina, India, Indonesia, dan Australia, mungkin tidak akan memberikan sanksi berarti pada pencemar lingkungan dan memperbaiki sektor-sektor penyumbang polusi seperti transportasi, energi, dan industri. Padahal, negara merupakan entitas yang berfungsi sebagai regulator yang dapat menentukan kebijakan untuk mengubah arah pembangunan. Jika negara tidak memiliki komitmen untuk mendorong pelestarian lingkungan, maka perlu ada upaya dari masyarakat untuk mendesak pengambil kebijakan untuk memperbaiki kondisi yang ada karena kerusakan lingkungan akan mempengaruhi kelangsungan hidup mereka. Maka, seni sebagai media untuk menyampaikan aspirasi seharusnya dapat

3 memberikan kontribusinya dalam menyuarakan kepedulian terhadap keadaan hubungan manusia dan lingkungan saat ini. Menurut Moelyono, seni rupa mempunyai fungsi penyadaran; yakni fungsi pembelajaran untuk memahami kontradiksi sosial, politik, ekonomi guna meyakinkan audiens untuk mengambil tindakan terhadap permasalahan yang diutarakan (Susanto, 2011: 355). Dalam sejarah manusia sendiri, seni sering dijadikan media propaganda untuk menyebarkan pesan, pemikiran, atau gagasan tertentu; misalnya seperti penggunaan poster pada masa Perang Dunia II (Lauritzen, 1988: 62-63), dan kritik yang dilancarkan senimanseniman Indonesia pada rezim Orde Baru (Hughes-Freeland, 1997: 474). Oleh karena itu, pameran tugas akhir ini hendak mengusung tema kerusakan lingkungan sebagai ide utamanya. Tema tersebut dianggap menarik karena dampak dari kerusakan lingkungan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Sehingga timbul kegelisahan yang mengendap dan merangsang munculnya ide-ide kreatif untuk mengungkapkannya ke dalam sebuah karya seni lukis. Ide-ide itu muncul berdasarkan pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari proses dan dampak kerusakan alam yang terjadi. Kerusakan lingkungan dituangkan ke dalam lukisan bergaya surealistik dengan menampilkan objek-objek seperti manusia, kayu, cerobong, dan hewan sebagai simbol untuk mewakili gagasan yang ingin diungkapkan. Secara artistik, bentuk-bentuk yang diambil tidak disajikan secara utuh namun dalam kondisi yang

4 tidak utuh atau rusak karena benda-benda yang rusak memiliki lebih banyak variasi bentuk dan komposisi dibandingkan dengan benda yang masih baik dan rapi. Sebagai contoh adalah tembok yang masih utuh cenderung halus dan rapi sedangkan tembok yang telah rusak memiliki variasi bentuk di dalam retakan-retakannya yang dianggap memiliki nilai artistik yang lebih. B. Rumusan Penciptaan Dengan latar belakang penciptaan tersebut, maka ada suatu dorongan kreativitas untuk mewujudkan berbagai karakter ruang-waktu tersebut ke dalam seni lukis. Maka rumusan masalah diuraikan sebagai berikut: 1. Apa dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh upaya manusia dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi? 2. Bagaimana menuangkan pesan tentang kerusakan lingkungan tersebut ke dalam lukisan surealistik? C. Tujuan dan Manfaat Karya seni yang terwujud merupakan proses yang dialami selama berkesenian. Selama proses tersebut sekiranya telah memberi tujuan serta manfaat. Beberapa uraian tentang tujuan dan manfaat adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Memaparkan kondisi lingkungan saat ini yang mengalami kerusakan akibat aktivitas perekonomian manusia, yaitu:

5 a. Menyampaikan isu tentang kerusakan lingkungan kepada audiens supaya terbentuk kesadaran kolektif untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan. b. Mengolah ide tentang kerusakan lingkungan ke dalam lukisan surealistik sebagai pencapaian pribadi dalam proses menjadi pelukis profesional. 2. Manfaat Manfaat penciptaan merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan terjawabnya rumusan masalah yang dipaparkan. Dalam karya tugas akhir ini dikemukakan beberapa manfaat, yaitu: a. Terciptanya kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. b. Tercapainya salah satu proses untuk menjadi pelukis profesional. D. Makna Judul Kerusakan berasal dari kata dasar rusak berarti sudah tidak sempurna (baik, utuh), tidak berjalan seperti semula, atau tidak beraturan lagi. Sedangkan imbuhan ke-an digunakan untuk membentuk kata nomina (benda) yang menunjukan keadaan. Sehingga kata kerusakan berarti bahwa ada keadaan yang sudah tidak sempurna, tidak berjalan seperti semula, atau tidak beraturan lagi.

6 Sedangkan kata lingkungan berarti kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Maka, lingkungan dapat diartikan sebagai sistem di mana benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup saling terhubung dan mempengaruhi; sehingga apabila sesuatu terjadi pada salah satu komponen, maka yang lain akan merasakan dampaknya. Apabila kata kerusakan dikaitkan dengan lingkungan maka kerusakan lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi di mana lingkungan sudah tidak sempurna lagi dan sistem di dalamnya sudah tidak berjalan seperti semula. Lingkungan yang telah mengalami kerusakan adalah lingkungan yang tidak utuh dan beraturan. Dalam hal ini, kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia dalam upaya memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Ide merupakan pokok isi yang dibicarakan perupa melalui karya-karyanya (Susanto, 2011: 187). Sebuah ide dalam proses berkarya bisa muncul secara spontan karena adanya rangsangan pada indera manusia atau melalui proses perenungan panjang tentang pengalaman dan pengetahuan seseorang. Sedangkan penciptaan berasal dati kata cipta yang berarti kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru; angan-angan yang kreatif. Imbuhan Pe an adalah konfiks, yaitu imbuhan yang diletakkan pada awal dan akhir kata dasar.

7 Imbuhan ini berfungsi untuk membentuk kata benda. Maka penciptaan memiliki arti proses, cara, atau perbuatan menciptakan. Karya merupakan kata benda yang berarti pekerjaan, atau hasil perbuatan, ciptaan. Soedarso Sp mengatakan bahwa seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaan yakni dengan memenuhi kebutuhan yang spiritual (Susanto, 2011: 354). Berdasarkan pendapat tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa di dalam proses berkarya seorang seniman mempunyai kebebasan untuk menyampaikan segala macam gagasan dan kegelisahan tanpa terbebani oleh pemenuhan kebutuhan pokoknya. Hal ini tentu berbeda dengan pembuatan karya untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang harus mempertimbangkan aspek-aspek lain yang mempengaruhi nilai dan fungsi karya yang akan dibuat. Selanjutnya, kata lukis bisa berarti penggambaran pada bidang dua dimensi berupa hasil pencampuran warna yang mengandung maksud (Susanto, 2011: 241). Oleh karena itu pembuatan sebuah lukisan sebaiknya dilandasi oleh alasan dan tujuan yang jelas sehingga hasil karya yang dihasilkan dapat menyampaikan pesan untuk direnungkan oleh orang lain yang melihat dan menghayati karya tersebut. Pada dasarnya, seni lukis merupakan bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun

8 ideologi yang menggunakan garis dan warna, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi, maupun ilustrasi dari kondisi subyektif seseorang (Susanto, 2011). Berdsarkan uraian tersebut, maka tugas akhir berjudul Kerusakan Lingkungan sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis ini akan membahas tentang isu-isu kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat pengolahan sumber daya alam yang berlebihan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui sektor industri. Topik tersebut menjadi sebuah renungan yang menimbulkan inspirasi dan aspirasi yang kemudian mengendap menjadi gagasan-gagasan yang akan diwujudkan dalam karya seni lukis.