BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI KSDA DAN PELESTARIAN ALAM

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam hayati merupakan unsur unsur alam yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB. I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada


Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi habitat lebih dari 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

BAB I P E N D A H U L U A N. sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. organisme dapat disebut alamat suatu organisme. Relung (Ninche) adalah

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan dengan adanya kekayaan alam serta kekayaan flora dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara. DIY memiliki hutan negara seluas 18.715.06 ha atau 5,36 % dari luas wilayahnya. Dalam pengelolaannya, 627,04 ha berada di bawah naungan Balai KSDA Yogyakarta, 1.728,38 ha berada di bawah tngm, 634,10 ha sebagai tahura dan 15.724,5 di bawah naungan Dinas Kehutanan dan perkebunan DIY. Dari luasan hutan tersebut sebagian besar kawasan hutan berada di kabupaten Gunungkidul, yaitu sekitar 13.000 ha. 1 selain itu, di DIY juga memiliki beberapa kawasan konservasi yang keberadaannya memiliki peran yang sangat penting sebagai penjaga keseimbangan lingkungan, sebagai habitat hewan, serta dijadikan sebagai objek penelitian dan ilmu pengetahuan. 1 DISHUTBUN DIY, DIY Satu-Satunya Di Indonesia Yang Mengelola Kawasan Hutan Negara, http://dishutbun.jogjaprov.go.id/articles/diy-satu-satunya-di-indonesia-yang-mengelola-kawasanhutan-negara diakses pada 26 Oktober 2016, pukul 20:45 WIB. 1

Kawasan konservasi merupakan sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan baik di darat maupun di perairan yang banyak mengandung kekayaan ekosistem alam termasuk juga di dalamnya kekayaan flora dan fauna. Sehingga konservasi sangat diperlukan untuk menjaga dan melindungi kekayaan ekosistem alam serta untuk pelestarian keragaman dan atau keunikan satwa, selain itu juga untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap terjaga dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, mikro organisme, kimiawi, dll. Kawasan konservasi juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi alam yang juga berpotensi untuk memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. Keanekaragaman hayati Indonesia memang berlimpah, dan mempunyai sifat yang dapat memperbaharui diri atau dapat diperbaharui (renewable), namun jumlahnya tidak tak terbatas, serta rawan dari bahaya kepunahan apabila dimanfaatkan secara berlebihan. Pemanfaatan secara berlebihan sampai pada tahap tertentu akan dapat memusnahkan keberadaannya. Hukum sebagai sarana rekayasa sosial tentunya harus dapat dijadikan sebagai alat bagi pemerintah untuk menjaga kearifan dalam keanekaragaman kehidupan termasuk keanekaragaman hayati. Di dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, wewenang dan tanggung jawab untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kawasan konservasi sebagai penyumbang oksigen, kemajuan ilmu, dan pariwisata merupakan bagian dari 2

hajat hidup orang banyak. Pengaturan terhadap perlindungan keanekaragaman hayati seperti yang terdapat pada Undang-undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dimaksudkan sebagai kerangka menyeluruh bagi pelestarian keanekaragaman hayati dan penggunaannya. Keberadaan hukum konservasi ini bertujuan untuk melindungi sistem pendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman jenis tanaman dan hewan termasuk ekosistemnya, melestarikan hewan dan tanaman yang dilindungi, dan dalam rangka mengklasifikasikan kawasan lindung, beserta metodenya termasuk cadangan biosfer dan daerah penyangga. 2 Namun demikian dalam tenggang waktu berlakunya UU tersebut, telah terjadi banyak sekali perubahan lingkungan strategis seperti, alih fungsi lahan, eksploitasi lahan, kebakaran hutan, penebangan tanaman yang dilindungi, perburuan hewan langka, pencemaran dan ekosistem yang mengancam lebih parah habitat dan kelestarian flora dan fauna yang ada di Indonesia. Saat ini meski sudah terdapat perlindungan melalui Undang undang dan beberapa kebijakan pemerintah namun tetap saja tidak bisa meredam kelestarian flora dan fauna dengan maraknya perburuan, perdagangan dan penyelundupan jenis tumbuhan yang dilindungi terutama spesies satwa yang dilindungi oleh pemerintah. Terlebih tindakan yang termasuk sebuah kejahatan ini meluas dan meningkat dengan adanya perdagangan secara online khususnya melalui media sosial yang banyak menyediakan jasa penjualan hewan dan tumbuhan 2 Muhammad Erwin, 2015, Hukum Lingkungan dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia, Bandung, hlm.75. 3

yang langka serta dilindungi. Kegiatan secara online ini memudahkan proses jual beli di masyarakat sehingga semakin menyulitkan penegak hukum untuk mengawasi peredaran hewan dan tumbuhan. Diketahui juga bahwa perburuan dan perdagangan satwa juga menjadi salah satu faktor terbesar dalam berkurangnya populasi satwa liar yang dapat berujung pada kepunahan. Sedangkan kepunahan suatu spesies diketahui juga pastinya akan berdampak buruk pada ekosistem di lingkungan. Sayangnya dampak perdagangan ini terhadap aspek sosial ekonomi masih kurang diketahui secara jelas saat ini meski diketahui memiliki dampak yang cukup besar. Begitu banyak dampak ekonomi yang dapat kita rasakan dari penyelundupan dan perdagangan ilegal satwa liar. Seperti kerugian sebesar 500 juta yang akan kita rasakan bila upaya penyelundupan lobster di Yogyakarta tidak berhasil digagalkan yang juga belum termasuk kerugian ekologis yang akan dihasilkan. 3 Kerusakan ekosistem, kepunahan jenis flora dan fauna akibat adanya alih fungsi lahan, perburuan, perdagangan, dll serta rusaknya fungsi sumber daya alam hayati tentunya menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi negara baik dari segi ekonomi maupun dari kekayaan sumber daya alam hayati itu sendiri. Maka oleh sebab itu pemerintah harus memberantas, 3 Liany Suwito, Masalah Perdagangan dan penyelundupan Satwa Liar Secara Ilegal dari Tinjauan Ekonomi,http://www.academia.edu/22077787/MASALAH_PERDAGANGAN_DAN_PENYELUNDU PAN_SATWA_LIAR_SECARA_ILEGAL_DARI_TINJAUAN_EKONOMI diakses pada 26 oktober 2016. 4

mencegah, dan menjaga apabila kita tetap ingin menjadi negara yang bertanggung jawab akan keanekaragaman hayati yang kita miliki. Dalam era desentralisasi (setelah ditetapkan uu no 32/2004), ditetapkan bahwa penyelenggaraan pembangunan sumberdaya alam indonesia dilakukan dengan prinsip konkurensi, yang berarti semua jenjang pemerintahan berperan dalam tindakan konservasi sesuai atau dengan memperhatikan faktor externalitas, dampak serta faktor efisiensi pengelolaanya. 4 Dalam Pasal 4 UU No.05 Th 1990 dikatakan bahwa konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat. Maka dalam rangka mengupayakan konservasi terhadap sumber daya alam hayati oleh kementrian kehutanan yang sekarang menjadi kementrian lingkungan hidup dan kehutanan, dibentuklah sebuah unit pelaksana teknis yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Balai KSDA) berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor: P.8/menlhk/setjen/otl.0/1/2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Konservasi Sumber Daya Alam. Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016 nomor 205 yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Pembentukkan Balai KSDA dalam upaya penyelenggaraan kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem dengan melakukan 4 Info Kehutanan Jambi, Draf Revisi UU No. 5 Tahun 1990, https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved= 0ahUKEwjeyNytx_jPAhWLTrwKHUpyBMoQFgg3MAU&url=http%3A%2F%2Finfokehutanan.jambi prov.go.id%2fimgpopup.asp%3fid%3d302&usg=afqjcnh4jrswcv0jtyoiftcnophdlkppww&bv m=bv.136593572,bs.1,d.c2i diakses pada tanngal 26 Oktober 2016. 5

pengelolaan kekayaan alam yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya untuk daerah konservasi serta melakukan pengendalian terhadap lalu lintas perdagangan satwa baik itu yang dilindungi ataupun tidak. Perdagangan satwa liar yang dilindungi dewasa ini menjadi topik yang hangat diperbicangkan, khususnya terkait keberhasilan sejumlah Balai KSDA mengungkap dan menggagalkan tindak perdagangan satwa liar yang dilindungi. Kasus terkahir ditangkapnya pelaku perdagangan satwa langka di yogyakarta, barang bukti yang diamankan adalah satu ekor bayi beruang madu, satu ekor bayi lutung, satu bayi binturong, 13 ekor anakan merak, 3 ular sanca dan satu elang bondol hitam (dewasa) fase gelap. 5 meskipun telah terdapat banyak pencapaian dari Balai KSDA dalam pelestarian sumber daya alam terutama dalam pegungkapan kasus perdagangan satwa liar yang dilindungi, ternyata tidak membuat kasus mengenai perdagangan satwa liar yang dilindungi kemudian menurun. Hal ini menunjukkan perlu adanya pengkajian dari peran Balai KSDA berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati dan pengendalian perdagangan satwa liar serta tumbuhan yang dilindungi termasuk kerjasama yang dibagun oleh Balai KSDA dengan institusi lain yang berkaitan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu daerah dengan potensi kejahatan lingkungan yang cukup tinggi. 5 Detiknews, Polisi Tangkap Jaringan Perdagangan Satwa Langka di Yogyakarta,http://news.detik.com/berita/3144283/polisi-tangkap-jaringan-perdagangan-satwa-langkadi-yogyakarta diakses pada 26 Oktober 2016 6

Berdasaran uaraian yang penulis kemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peran Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Balai KSDA) dalam Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai judul penulis. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana peran Balai KSDA dalam melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana peran Balau KSDA dalam pengelolaan dan pelestarian SDA hayati dan ekosistemnya di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat Balai KSDA dalam pengelolaan dan pelestarian SDA hayati dan ekosistemnya? C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi seluruh generasi bangsa Indonesia tentang pentingnya merawat dan melestarikan kekayaan keanekaragaman hayati untuk pembangunan, 7

perlindungan, dan pengelolaan lingkungan hidup di masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis: a) Secara praktis, penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya bagi penulis, dan para pembaca pada umumnya yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun bahan masukan dalam penelitian sejenis yang berkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. b) Dapat memberikan pemahaman bagi masyrakat secara umum mengenai pengelolaan dan pelestarian terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya beserta peraturan turunannya. c) Dapat menambah wawasan mengenai peran Balai KSDA Yogyakarta, dalam melestarikan kekayaan keanekaragaman alam hayati dan merupakan salah satu lembaga konservasi yang ada di Yogyakarta. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peran Balai KSDA dalam melestarikan dan mengelola kawasan konservasi serta melestarikan keanekaragaman sumber daya alam hayati yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. 8

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan Balai KSDA dalam pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di daerah Istimewa Yogyakarta. 9