EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TPS PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI Prima Sadewa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: primasadewa@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mana yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan relasi dan fungsi kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 14 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 14 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 6 kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen I dan siswa kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen II. Dengan uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan kedua sampel tersebut berdistribusi normal dan homogen. Analisis data menggunakan uji t dengan α= 0,05 menunjukkan t ƇȖǟåȍ = 2,662> 1,645= t ÒRŖƇȖǟå âϝNj sehingga H ê ditolak. Jadi disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kata kunci: model pembelajaran, STAD, TPS, relasi PENDAHULUAN Keberhasilan suatu proses pembelajaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pelajaran matematika pada umumnya kurang disukai. Siswa merasa cepat bosan dan jenuh selama kegiatan belajar mengajar. Ini diduga karena model pembelajaran yang digunakan kurang relevan dan pembelajaran matematika yang kurang menarik bagi siswa. Guru hendaknya lebih bijaksana dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan minat, potensi, dan karakteristik siswa agar kualitas proses belajar mengajar serta hasil belajar siswa bisa maksimal. Salah satu usaha untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam diskusi agar saling 38
membantu dalam kelompoknya dan lebih mudah memahami materi yang diberikan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS merupakan alternatif pilihannya. Menurut Sharan (2012: 9-11) STAD terbentuk dari lima komponen utama: presentasi kelas, kelompok, kuis, skor kemajuan perseorangan, dan penilaian kelompok. Materi dalam STAD awalnya diperkenalkan dalam presentasi kelas yang dipimpin oleh guru. Setelah kelompok terbentuk para siswa akan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah bersama-sama dengan bertukar jawaban dan mengoreksi kekeliruan apa saja yang mungkin dibuat anggotanya. Dengan harapan membantu anggotanya agar memperoleh kemajuan akademik. Setelah satu sampai dua kali pertemuan pembelajaran, para siswa menjalani kuis yang nantinya akan mendapatkan skor peningkatan perseorangan guna menentukan penghargaan yang tepat untuk kelompok tersebut. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Menurut Trianto (2011: 81-82) langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut: a. Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. b. Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih 4-5 menit untuk berpasangan. c. Berbagi (Sharing) Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti terdorong ingin mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran 39
kooperatif TPS pada pokok bahasan relasi dan fungsi kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 14 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dan dilaksanakan di SMP Negeri 14 Purworejo. Sedangkan waktu penelitiannya pada semester ganjil yaitu tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 14 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 6 kelas. Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen I dan siswa kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen II. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode dokumentasi dan tes. Instrumen yang digunakan berupa tes belajar matematika berbentuk objektif. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis data meliputi uji prasyarat analisis dan keseimbangan. Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Setelah uji prasarat analisis terpenuhi dilakukan uji hipotesis menggunakan data hasil belajar siswa dengan menggunakan uji t. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. E X 0 1 E z Y 0 2 Gambar 1. Desain Penelitian (Arikunto, 2010: 126) Keterangan: E E z X Y : kelompok eksperimen I : kelompok eksperimen II : perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD : perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS 0 1 dan 0 2 : nilai akhir setelah mendapat perlakuan yang berbeda. 40
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas sebelum perlakuan menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Kemudian dilakukan uji keseimbangan, hasilnya kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda, diberikan tes belajar matematika. Dari data hasil belajar dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai syarat analisis, hasilnya kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Untuk menguji hipotesis digunakan uji t satu pihak yaitu uji pihak kanan. Berikut rangkuman uji hipotesis. Tabel 1. Rangkuman Uji Hipotesis Kelompok t ƇȖǟåȍ t ÒRŖƇȖǟå âϝNj Keputusan Uji Kesimpulan Eksperimen I dan Eksperimen II 2,662 1,645 H ê ditolak STAD lebih baik dari pada TPS Pada pembelajaran kelompok eksperimen I diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD selama 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Pada awal pelaksanaannya masih banyak mengalami hambatan terutama masih ada siswa yang berbuat gaduh dalam melaksanakan diskusi kelompok sehingga banyak menyita waktu untuk pembelajaran berikutnya. Hambatan yang lain yaitu pelaksanaan diskusi kelompok yang hanya didominasi oleh siswa berkemampuan tinggi, sehingga ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif dan kurang antusias terhadap pembelajaran di kelas. Pembelajaran pada kelompok eksperimen II adalah pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS selama 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Masalah yang sering muncul pada tahap think, yaitu ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya karena siswa suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaannya belum diselesaikan. Pada tahap pair, siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangannya tetapi kadang masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran. Banyaknya anggota kelompok hanya 2 siswa sehingga lebih sedikit ide yang masuk. 41
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian, disimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) pada pokok bahasan relasi dan fungsi kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 14 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Dari hasil penelitian ini, penulis memberikan saran bagi guru dan calon guru mata pelajaran matematika hendaknya perlu memperhatikan adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi, hendaknya siswa lebih aktif dan lebih giat dalam mengikuti pembelajaran. Kepada peneliti lain dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi lain. DAFTAR PUSTAKA Abdussakir. 2011. Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika. ArtiKel. [Online]. Tersedia: (http:/blog.uinmalang.ac.id/abdussakir/2011/03/06/coopera tive-learning-dalam-pembelajaran-matematika/-web/) [diakses pada tanggal 7 Juli 2012]. Anita Lie. 2008. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini) New York: McGraw Hill Company (buku asli diterbitkan tahun 2007). Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Dimyati dan Mudjiono. (Eds). 2006. Belajar dan Pembalajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hari Setiawan. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Berbagai Bentuk Pecahan Siswa Kelas V MI se-kecamatan Gombong Tahun 2011/2012. Purworejo. Hariyati Listyaningrum. 2011. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw II pada Materi Bangun Ruang Se-Gugus Gatutkaca Kec. Bagelen Kab. Purworejo Tahun Pelajaran 2010/2011. Purworejo. 42
Isjoni, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nana Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rachmadi Widdiharto. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Makalah. [Online]. Tersedia: (http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/ppp Pembelajar an-kooperatif.pdf) [diakses pada tanggal 7 Juli 2012]. Shlomo Sharan. 2009. Hand Book of Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Siswa di Kelas. (Terjemahan Narulita Yusron) London: Praeger Westport. (Buku asli diterbitkan tahun 2005). Sigit Rudiatwoko. 2011. Eksperimentasi Model Pembelajaran Think-Pair-Share Materi Segi Empat pada Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 3 Kepil Tahun Pelajaran 2010/2011. Purworejo. Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. (Terjemahan Narulita Yusron) London: allymand Bacon. (Buku asli diterbitkan tahun 2005). Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sujiran. 2009. Forum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Jurnal Pendidikan. Jurnal Pendidikan. [Online]. Tersedia: (http://stkippgri-lmg.ac.id/index2.php?option= com_docman&task=doc_view&gid=15&itemid=35) [diakses pada tanggal 14 Juli 2012]. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Modul Paket Pembinaan Penataran. [Online]. Tersedia: (http://p4tkmatematika. org/fasilitas/21-pendekatan-kooperatif-stad.pdf) [diakses pada tanggal 7 Juli 2012]. 43