OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

DISTRIBUSI KELEMBABAN UDARA DENGAN METODE PEMANAS 60, 70, 80, 90 WATT TERHADAP VARIASI KECEPATAN UDARA

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

SISTEM TATA UDARA (AC) PADA BANGUNAN GEDUNG

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

BAB II LANDASAN TEORI. Tata udara (Air Conditioning) adalah ilmu praktis dalam usaha

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK PEMBEKUAN IKAN PADA KONTAINER KAPASITAS 8 TON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH PRAKTIK PENSINGIN DAN TATAUDARA

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

CHILLER. Gambar 1. Pipa Exchanger Chiller

Pemakaian Thermal Storage pada Sistem Pengkondisi Udara

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB II DASAR TEORI. (sumber: Bahan Ajar Sistem Tata Udara Andtiyanto Setiawan tahun 2010, POLBAN)

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK KAPAL NELAYAN KAPASITAS 8 TON

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

Jurnal Kajian Teknik Mesin Vol. 2 No. 1 April

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Perhitungan Ulang Beban Pendinginan Pada Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Blok III Kementerian Kehutanan Jakarta

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

PERANCANGAN TATA UDARA UNTUK RUANGAN BELAJAR DI GOETHE INSTITUT

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

BAB II LANDASAN TEORI

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Transkripsi:

277 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK Wendy Satia Novtian, Budhi Muliawan Suyitno, Rudi Hermawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta E-mail: satiawendy@gmail.com Abstrak--Perusahaan Kereta Rel Listrik sebagai penyedia jasa transportasi kereta rel listrik, memposisikan dirinya sebagai salah satu perusahaan yang bertanggungjawab atas mobilitas orang banyak. Faktor kenyamanan pada kereta rel listrik sangat diperlukan, salah satunya adalah kenyamanan kondisi temperatur dan kelembaban udara pada kereta, yang dapat diperoleh melalui teknik pengkondisian udara (AC) menggunakan mesin pendingin. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengkondisian udara pada kereta yang bekerja secara efektif dan efisien pada setiap waktu. Perhitung beban pendinginan ini dilakukan untuk memperoleh desain yang optimal dari sistem pengkondisian udara kereta rel listrik dengan terlebih dahulu menghitung beban pendinginan menggunakan metode yang tepat. Data perhitungan didapat dari 3 sumber yaitu Perusahaan Kereta Rel Listrik, BMKG dan hasil pengambilan data sendiri. Berdasarkan hasil dari perhitungan, suhu optimal pada kereta rel listrik yaitu sebesar 22 26 o C dan beban pendinginan maksimum pada kereta rel listrik yaitu sebesar 45,276 kw, maka mesin pendingin pada kereta rel listrik ini dipastikan mampu untuk mengatasi beban pendinginanya, dikarenakan kapasitas mesin pendingin ini yaitu sebesar 48,72 kw, yang artinya lebih besar dari beban pendinginannya. Kata Kunci: Kereta Rel Listrik, Pengkondisian Udara, Beban Pendinginan Abstract--The Railway Company as a provider of rail transportation services, positioned itself as one of the companies responsible for mobility of the crowds. The convenience factor of an electric train is absolutely necessary, one of which is the comfort of the temperature and humidity conditions of the train, which can be obtained through air conditioning (AC) techniques using a cooling machine. Therefore, an air conditioning system of the train should work effectively and efficiently at every time. This cooling load calculation is performed to obtain the optimal design of an electric rail air conditioning system by first calculating the cooling load using the appropriate method. The calculation data is obtained from 3 sources, namely Railway Train Company, BMKG and its own data retrieval. Based on the results of the calculation, the optimum temperature on the electric train is equal to 22 26 o C and cooling speed at 44,976 kw, then the cooling machine on the electric train is sure to be able to overcome cooling, due to the capacity of this cooling machine that is 48,72 kw, which is larger than cooling. Keywords: Electric Rail Train, Air Conditioning, Cooling Charges 1. PENDAHULUAN Sistem pengkondisisan udara atau yang lebih dikenal dengan sebutan AC (Air Conditioning) adalah suatu sistem untuk mendinginkan udara sehingga dapat dicapai temperature dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari ruangan atau tempat tertentu, selain itu berfungsi juga untuk mengatur aliran udara dan kebersihannya. Dewasa ini terutama di daerah beriklim panas seperti di Indonesia, pengkondisian udara (AC) merupakan suatu kebutuhan yang tidak lagi nengandung arti kemewahan. Hal inipun juga merupakan kebutuhan pada sarana transportasi baik udara, laut, maupun darat. Pada transfortasi darat terutama kereta rel listrik berada pada kondisi yang sudah kurang baik, sehingga walaupun sudah menggunakan sistem pengkondisian udara (AC), tetapi masih juga dirasakan kurang nyaman. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengkondisian udara (AC) pada kereta rel listrik yang bekerja secara efektif dan efisien untuk mengatasi beban pendinginan pada waktu faktorfaktor yang mempengaruhi beban pendinginan pada kereta rel listrik tersebut mencapai beban maksimum, sehingga mesin pendingin akan bekerja secara optimum untuk mengatasi beban pendinginan dan memberikan kenyamanan pada penumpang dalam memperoleh udara segar selama perjalanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui beban pendinginan pada kereta rel listrik dan mengoptimalkan pengkondisian udara pada kereta rel listrik. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah alat yang dipergunakan untuk mengkondisikan udara, dengan cara mengambil serta memindahkan sejumlah panas dengan menggunakan suatu medium perantara. Medium perantara ini dikenal dengan nama refrigran. Adapun cara medium perantara ini untuk memindahkan dan zat cair dapat diuapkan (dari

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 278 cair menjadi gas) pada temperatur berapa saja sesuai dengan keinginan yaitu dengan cara merubah atau memberikan tekanan pada permukaannya. Sebagai contoh ketika kita memanaskan air di pantai (tekanan tinggi) dan di puncak gunung (tekanan rendah), kita akan mendapatkan kenyataan bahwa air yang kita masak di pantai akan lebih lambat mendidih (100ºC) bila dibandingkan dengan air yang mendidih dipuncak gunung (85ºC). Berarti semakin rendah tekanan yang diberlakukan terhadap zat cair maka akan semakin cepat menguap. Sifat fisika yang lain adalah jika suatu zat mengalami perubahan fisika maka zat itu akan menyerap atau melepaskan kalor sbesar kalor latennya. Dalam hal ini zat itu akan menyerap atau melepas panas dari dan ke lingkungan sekitarnya. Dengan memanfaatkan sifat-sifat diatas kita bisa mendinginkan suatu ruang tertutup dengan jalan mengambil panas yang ada di ruangan tersebut. Untuk mendapatkan kondisi tersebut diperlukan refrigerant yang mempunyai titik penguapan yang lebih rendah dari temperatur udara disekitarnya. Hal ini dikarenakan adanya sifat bahwa benda dengan temperatur lebih tinggi akaan melepaskan panasnya ke lingkungan yang bertemperatur lebih rendah. berulang-ulang zat tersebut harus dapat dicairkan kembali. Berdasarkan sifat-sifat fisika zat cair di atas kita dapat mengembunkan kembali uap refrigeran pada temperatur berapa saja dengan mengatur tekanan dari uap tersebut. Selain mengatur tekanan, kita juga membutuhkan medium lain untuk menerima kalor laten yang dikeluarkan selama kondensasi. Medium yang biasa digunakan adalah air atau udara. Dengan menerapkan fenomena ini dan menerapkannya pada mesin pendingin, kita akan mendapatkan mesin pendingin yang bisa menggunakan refrigeran secara berulang-ulang pada siklus yang tertutup. Mesin pendingin terdiri dari empat komponen utama: 1. Evaporator 2. Kompresor 3. Kondensor 4. Katup ekspansi Rangkaian dari keempat komponen tersebut adalah seperti ini: Gambar 2.1 Bentuk awal mesin pendingin Sebuah tabung yang berisi amonia cair (titik didihnya -33ºC, tekanan 1 atm) yang dialirkan melalui suatu koil. Udara yang akan didinginkan dilewatkan melalui koil. Amonia yang mengalir melalui koil akan mengambil panas dari udara sehingga udara yang melewati koil suhunya menjadi lebih rendah dari semula sedangkan ammonia sendirinya akan menguap menjadi gas dan dibuang begitu saja. Sistim seperti di atas jika dilihat dari tujuannya yaitu pendinginan bekerja cukup memuaskan. Tetapi jika dilihat dari segi lain sangat tidak menguntungkan. Dengan hal-hal sebagai berikut: Gas ammonia yang terbuang tidak baik bagi kesehatan. Biaya refrigeran (ammonia) menjadi mahal karena selalu terbuang. Temperatur tidak bisa diatur. Untuk mengatasi hal-hal tersebut kita harus dapat menggunakan refrigeran secara terus menerus. Agar refrigeran dapat digunakan secara Gambar 2.2 Rangkaian komponen utama mesin pendingin Gambar 2.3 Siklus refrigerasi Keterangan: 1 2 : Evaporator Disini terjadi penguapan refrigeran dari cairan menjadi gas (uap). Proses ini berlangsung secara isobar dan terjadi kenaikan enthalpi. 2 3 : Kompresor Uap refrigeran dihisap oleh kompresor dan kemudian dimampatkan sampai mencapai tingkat tekanan dimana uap refrigeran itu mudah untuk diembunkan pada kondensor. Proser ini terjadi secara isentropik dengan kenaiakan enthalpi. 3 4 : Kondensor

279 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 Terjadi pengembunan refrigeran di dalam kondensor. Dimana uap refrigeran berubah menjadi cairan pada proses isobar dengan penurunan enthalpi. 4 1 : Katup Ekspansi Terjadi proses penurunan tekanan dan temperatur dari refrigeran. Pada proses ini terjadi dalam keadaan isenthalpi. 2.2 Jenis Jenis Sistem Pengkondisian Udara Untuk mengatasi masalah yang telah disebutkan diatas. Maka digunakan mesin mesin tata udara. Dalam aplikasi tata udara hunian (yang umum digunakan) dikenal 4 jenis sitem tata udara. Jenis sistem tata udara ini dibedakan berdasarkan cara pengambilan kalor dari dalam ruangan yang akan dikondisikan. Jenis jenis tata udara tersebut yaitu: A. Sistem udara penuh (all air system) Sistem udara penuh adalah sistem pendinginan yang cara pengambilan kalor dari dalam ruangannya dilakukan oleh udara dingin sepenuhnya. Berdasarkan pada prinsip tersebut maka sistem ini menyuplaikan udara dingin keruangan melalui saluran udara. Karena yang disuplaikan keruangan adalah udara dingin maka sistem udara penuh membutuhkan alat untuk pengolahan udara. Alat pengolahan udara yang digunakan biasa dikenal dengan istilah Air Handling Unit (AHU). Air Handling Unit yang umum digunakan terdiri dari saluran udara masuk (return dan outside), filter, dan kipas untuk menghembuskan udara suplay dan juga koil pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan udara yang akan didistribusikan. melalui saluran udara dengan bantuan suplai fan. Diruangan, udara yang disirkulasikan dari AHU akan menyerap kalor dari ruangan. Sebagian kalor ruangan yang diserap oleh udara dari AHU mengakibatkan temperatur di dalam ruangan akan mengalami penurunan. Untuk menjaga agar tekanan udara didalam ruangan tetap normal (sama dengan tekanan lingkungan) maka dibuat saluran udara balik (return duct). B. Sistem air penuh (all water system) Untuk sistem udara penuh mesin refrigerasi yang digunakan haruslah yang menghasilkan air dingin. Prinsip sistem tata udara air penuh (all water system) adalah pengambilan kalor dari dalam ruangan dilakukan sepenuhnya oleh air dingin (chilled water). Air dingin yang dihasilkan oleh refrigerator (chiller) kemudian disirkulasikan dengan menggunakan pipa dan pompa air dingin (chilled water pump). Untuk menjaga agar kebocoran kalor pada air dingin tidak terjadi selama pendistribusian maka pipa air dingin harus selalu diinsulasi. Agar sirkulasi dan pengkondisian udara di ruangan maka dapat terjadi secara merata maka dibuatlah sebuah Fan Coil Unit (FCU). Alat ini merupakan sebuah unit pengolah udara sederhana yang terdiri dari kipas, koil (yang berisi air dingin) dan filter. Gambar 2.5 Silkus Al Water System Gambar 2.4 Siklus All Air System Sistem udara penuh memilki siklus proses seperti gambar diatas. Di evaporator chiller, air akan didinginkan. Air yang telah dingin selanjutnya disirkulasikan ke AHU (cooling coil) melalui chilled water pump. Di cooling coil AHU air akan menyerap kalor dari udara yang akan didinginkan. Karena kalor dari udara telah diserap oleh air maka udara tersebut akan mengalami penurunan temperatur. Selain mengalami penurunan temperatur air juga akan mengalami penurunan kelembaban uap air (dehumidifikasi). Udara yang telah mengalami penurunan temperatur selanjutnya disrikulasikan ke ruangan Dari gambar di atas terlihat bahwa sistem tidak memilki AHU seperti pada sistem udara penuh. Air yang akan disirkulasikan didinginkan di evaporator chiller (liquid cooler). Setelah didinginkan di liquid cooler maka chilled water pump akan mendistribusikan air dingin keruangan melalui pipa air dingin yang telah dipasang. Setelah air sampai di ruangan, maka air dingin akan menyerap kalor dari ruangan. Setelah mendinginkan udara selanjutnya air akan kembali lagi ke liquid cooler untuk didinginkan kembali. Begitulah selanjutnya siklus berlanjut. C. Sistem udara-air (air water system) Air water system merupakan gabungan dari all air system dan all water system. Prinsip dari air water system yaitu proses pengambilan kalor dari ruangan dilakukan oleh air dan udara. Air water system dimaksudkan untuk melengkapi dan menutupi kekurangan dari all water system.

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 280 Sistem ini mengalirkan sejumlah udara keruangan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengambilan kalor dari ruangan dapat dilakukan oleh koil air dingin yang ada di Fan Coil Unit (all water system). Sedangkan outdoor unit terdiri dari kompresor, kondensor dan alat ekspansi. Akan tetapi AC window yang memiliki kapasitas yang cukup besar alat ekspansi yang digunakan disimpan dibagian di indoor unit. Gambar 2.7 adalah gambar dari satu unit AC window yang terdiri dari indoor unit dan outdoor unit. Gambar 2.6 Siklus Air Water System Dari diagram di atas terlihat bahwa air dingin dari liquid cooler akan terbagi menjadi dua jalur. Jalur pertama air dingin akan menuju cooling coil yang ada di AHU. Dan jalur yang kedua yaitu air mengalir menuju FCU yang ada diruangan. Di jalur pertama, air akan meyerap kalor dari udara yang akan didinginkan. Setelah udara di AHU mengalami penurunan temperatur udara ini akan didistribusikan ke ruangan yang akan dikondisikan. Dalam hal ini debit udara yang disalurkan ke ruangan tidak sebanyak debit udara suplai pada all air system. Sementara itu air dingin yang ada d FCU juga akan menyerap kalor dari ruangan. Dengan adanya FCU maka udara di ruangan akan menjadi dingin. Untuk menjaga kualitas udara segar dan mengurangi kelembaban udara ruangan kemudian ditambahkan juga udara dingin dari AHU ke ruangan. D. Sistem refrigeran langsung (direct expansion) Prinsip kerja sistem refrigeran langsung atau dikenal dengan istilah direct expansion adalah pengambilan kalor dari ruangan dilakukan oleh refrigeran secara langsung. Sebagian besar sistem direct expansion hanya baik dan efektif digunakan untuk sistem dengan kapasitas yang kecil. Contoh aplikasi dari sistem direct expansion adalah pada AC split dan AC windows. Kelebihan dari sistem direct expansion seperti AC split dan AC window adalah instalasi yang mudah, tidak membutuhkan tempat yang luas dan tidak membutuhkan komponen tambahan seperti AHU dan saluran udara (seperti pada all air system) ataupun FCU dan pipa air dingin (seperti pada all water system). Akan tetapai sistem direct expansion tidak dapat digunakan untuk jarak yang cukup jauh antara condensing unit dan evaporator. AC window terdiri dari indoor unit dan outdoor unit. Indoor unit terdiri evaporator yang dilengkapi dengan blower. Blower yang dipasang berfungsi untuk membatu proses perpindahan kalor. Gambar 2.7 AC Window 2. METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Sumber data terbagi menjadi 3 yaitu sumber data untuk temperature luar kereta dari BMKG,

281 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 data spesifikasi kereta dan AC kereta dari PT. Kereta Api Indonesia dan data temperature dalam kereta baik temperature penumpang, lantai, dinding dana tap dari pengambilan data sendiri. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Beban Sensibel a. Beban luar Dinding o Radiasi: 757W o Konveksi konduksi: 1250W Atap o Radiasi: 515W o konveksi konduksi: 323 W Lantai o Radiasi: 3792W o konveksi konduksi: 4037W Kaca o Radiasi: 2385 W o konveksi konduksi: 567W Infiltrasi: 58 W Ventilasi: 5177 W b. Beban dalam Lampu: 1795 W Penumpang: 917 W Subtotal Room Sensibel Heat (RSH) = 20973W c. Perembesan panas dan kebocoran udara dari ducting 5 % dari beban sensibel: 1049 W Room Sensibel Heat (RSH): 22022 W d. Faktor pengamanan (5%): 1101 W Effective Room Sensibel Heat (ERSH): 23123 W 4.2 Beban Laten a. Beban luar Infiltrasi: 65 W Ventilasi: 5753 W b. Beban dalam Penumpang: 15280 W Subtotal Room Latent Heat (RLH): 21098 W c. Faktor pengamanan (5%): 1055W Effective Room Laten Heat (ERLH): 22153W 4.3 Beban Total a. ERSH: 23123 W b. ERLH: 22153W Grand Total Heat (GTH): 45276 W Dengan mengetahui bahwa 1 ton of refrigeration (TR) = 3819 W, maka kapasitas mesin pendingin adalah: Kapasitas mesin pendingin = GTH x 1 TR = 45276/3819 x 1 TR = 11,85 TR 5. KESIMPULAN 1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi beban pendinginan pada kereta rel listrik, antara lain karena adanya proses konduksi,konveksi dan radiasi pada bagian dinding,atap,lantai dan kaca kereta. Selain itu juga penumpang, alat elektronik, ventilasi dan infiltrasi merupakan faktor yang mempengaruhi beban pendinginan. 2. Penumpang merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi beban pendinginan pada kereta rel listrik. 3. Temperatur nyaman pada kereta rel listrik yaitu 22 O C 26 O C. 4. Total beban pendinginan pada kereta rel listrik yaitu 45276 W, sedangkan kapasitas mesin pendinginan yaitu 48720 W. Maka mesin pendingin pada kereta rel listrik ini dipastikan mampu untuk mengatasi beban pendinginanya. DAFTAR PUSTAKA [1]. American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers. Fundamentals Handbook, Atlanta; ASHRAE Inc. 1985. [2]. American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers Fundamentals Handbook, Atlanta; ASHRAE Inc. 1981. [3]. American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers. Fundamentals Handbook, Atlanta; ASHRAE Inc. 1997. [4]. Arismunandar Wiranto: Penyegaran Udara. Pradya Paramitha, Jakarta, 1986. [5]. Fritz Dietzel: Pompa dan Kompresor. Terjemahan, Dakso Sriyono. Erlangga, Jakarta, 1990. [6]. Holman J.P. Perpindahan Kalor. Terjemahan, Jasjfi E. Erlangga, Jakarta, 1988. [7]. V.K. Jain: Refrigerating and Air Conditioning. New Delhi, 1981. [8]. W.F. Stoecker, J.W. Jones, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Terjemahan, Hara Supratman. Erlangga, Jakarta, 1989.