CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KETENTUAN PENERAPAN P3B DAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN P3B PERDIRJEN SEBELUMNYA

Beneficial Owner Certificate of Domicile Limitation on Benefit Article YOHANES DWIKI R. D. FIDIRA MAHARANI YUH MELIALA

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Ukraina

PER - 35/PJ/2010 SURAT KETERANGAN DOMISILI BAGI SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI INDONESIA DALAM RANGKA PEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Otoritas Pajak Pertegas Aturan Pemanfaatan Tax Treaty

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

PERSETUJUAN ANTARA KANTOR DAGANG DAN EKONOMI INDONESIA, TAIPEI DAN KANTOR DAGANG DAN EKONOMI TAIPEI, JAKARTA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN. Bentuk usaha ini memiliki ciri dan karakter masing masing. Ada yang hanya bertujuan

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1 ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KELOMPOK 3. Ani Rahmatika Dian Safitri Maria Meliana Yudha Adi Prasetyo TAX TREATY PROVISION

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PESUIIT ANDI. Pajak 8erganda? Pedoman Mudah. dan. Praktis Memahami Tax Treaty. Djoko Muljono

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(WITHHOLDING) TAX DAN KREDIT PAJAK (TAX CREDIT)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS KOMPENSASI OPSI SAHAM UNTUK KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

BAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.

*48262 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAHAN AJAR PAJAK INTERNASIONAL

PA JAK PENGHASILAN F INAL

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini. PPh Pasal 25 = Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini dibagi dua belas.

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15

*48128 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 150 TAHUN 1998 (150/1998)

PER - 62/PJ./2009 PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-10/PJ/2017 TENTANG : TATA CARA PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pajak Penghasilan Pasal 21

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK IDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB III OBJEK PENELITIAN

RUGI LABA BIAYA FISKAL

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

ASPEK HUKUM PENERAPAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PERPAJAKAN INTERNASIONAL KASUS TAX TREATY

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN P'EMERINTAH REPUBLIK SERBIA

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

PP 46/1996, PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG


BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

Transkripsi:

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY 1. TAX TREATY INDONESIA-SINGAPURA Perjanjian pajak Indonesia dan Singapura yang ditandatangani pada tanggal 8 Mei 1990 ini mengatur tentang penghindaran pajak berganda dan pengelakan pajak pada objek pajak sebagai berikut : a. Harta Tidak Bergerak, penghasilan dari harta tidak bergerak menurut perjanjian Tax Treaty Indonesia-Singapura hanya dikenakan pajak dari negara dimana harta tidak bergerak tersebut berada meskipun pemilik benda bergerak tersebut bukan warga negara negara tersebut. b. Laba Usaha, yang didapatkan oleh badan usaha di satu negara dalam perjanjian ini hanya dapat dikenakan oleh negara dimana badan usaha tersebut berkedudukan, namun apabila badan usaha tersebut menjalankan usaha dengan bentuk badan usaha tetap di negara lainnya dalam perjanjian maka dapat dikenakan pajak oleh negara bersangkutan. c. Pesawat Udara dan Perkapalan, untuk usaha pesawat udara dan perkapalan pengenaan pajaknya berbeda. Pesawat udara dikenakan pajak hanya pada negara dimana pesawat udara tersebut berasal, sedangkan untuk kapal selama melakukan pelayaran di laut negara lainnya maka negara lainnya mengenakan pajak dengan mengurangi 50% yang setelahnya mejadi objek pajak dari negara kapal berasal. d. Perusahaan-Perusahaan yang Memiliki Hak Istimewa, dalam hal perusahaan-perusahaan yang memiliki hak istimewa ini karena fungsi dari perusahaan ini yaitu turut serta dalam menajemen, pengawasan, dan penyertaan modal pada perusahan dari negara lainnya dapat dikenakan pajak terhadap tambahan labanya. e. Deviden, pengenaan pajak dari deviden perusahaan yang berkedudukan disatu negara dalam perjanjian apabila deviden tersebut diberikan kepada warga negara dari satu pihak, maka dikenakan pajak menurut hukum pajak warga negara tersebut. Sedangkan untuk deviden yang pemegang sahamnya adalah perusahaan maka negara dimana tempat berkedudukan perseroan itu dapat menganakan pajak dengan ketentuan: 10 % dari jumlah kotor deviden, apabila perusahaan tersebut memiliki 25% saham pada perusahaan 15% dari jumlah bruto dalam hal lainnya. Pengecualian dari perjanjian ini yaitu selama pemerintah Singapura tidak mengatur pajak tambahan deviden, maka deviden yang didapat badan usaha Indonesia dari bahan usaha Singapura tidak dikenakan pajak. f. Bunga, untuk bunga yang dibayarkan oleh perusahaan yang berkedudukan di salah satu negara dalam perjanjian kepada bukan salah satu warga negara perjanjian dikenakan pajak warga negara tersebut. Untuk pemungutan pajak tersebut dengan hanya terbatas pada (a)

obligasi, surat utang, dan obligasi lainnya; dan (b) Pinjaman, garansi atau jaminan. Negara dimana badan usaha berkedudukan dapat mengenakan pajak maksimal 10%. Pengecualin lain dari bunga tidak dikenakan pajak apabila untuk urusan pemerintahan Indonesia maupun Singapura. g. Royalti, yang dibayarkan dari salah satu negara kepada warga negara/badan dari negara lainnya dikenakan pajak dari warga negara/badan dari negara lain, namun negara asal royalti dapat memungut pajak maksimal 15% dari jumlah bruto royalti. h. Pekerjaan Bebas, diartikan sebagai jasa-jasa profesional dan jasa-jasa lainnya. Pajak yang dikenakan berdasarkan pekerjaan bebas tersebut berasal, kecuali dalam jangka waktu 90 hari dalam 12 bulan pekerjaan bebas tersebut membuka jasa di negara lainnya maka negara bersangkutan dapat memungut pajak. i. Pekerjaan dalam Hubungan Kerja, berupa gaji, upah atau imbalan yang didapat dari salah satu negara dikenakan pajak dari negera warga negara berasal, kecuali warga negara tersebut telah menetap di negara suatu negara selama 183 hari. j. Imbalan Para Direktur, yang bekerja pada perusahaan yang bukan berasal dari kebangsaan direktur terhadap imbalan tersebut dikenakan pajak perusahaan itu berasal. Dalam hal tersebut ialah negara yang disebut dalam perjanjian ini. k. Para Artis dan Atlit, kegiatan artis atau atlit yang dilakukan di suatu negara dalam perjanjian ini dikenakan pajak berdasarkan tempat kegiatan tersebut, namun pajak tersebut tidak dikenakan apabila dana untuk kegiatan tersebut berasal dari pemerintah. l. Pensiunan, untuk dana pensiunan yang diperoleh hasil pekerjaan pada satu negara dalam perjanjian tersebut akan dikenakan pajak berdasarkan asal dari perusahaan tersebut. m. Pejabat Pemerintah, dalam hal imbalan selain dana pensiun yang berasal dari pemerintah akan dikenakan pajak berdasarkan hukum dari pejabat yang mengeluarkan pajak tersebut. n. Guru dan Peneliti, egala guru dan peneliti yang menetap selama tidak lebih 2 tahun untuk untuk mengajar dan meneliti akan dibebaskan dari pajak. Ketentuan ini tidak berlaku apabila kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan orang atau orang-orang tertentu. o. Pelajar dan Peserta lainnya yaitu Pelajar, seorang pengusaha atau teknisi magang, seorang yang menerima bantuan atau tunjangan dengan tujuan belajar tidak dikenakan pajak atas pembayaran hidupnya, seluruh hibah, tunjangan, penghargaan, dan pembayaran tidak lebih 2.200 dolar Amerika pertahun. Dengan pertimbangan bahwa semua hal diatas tersebut berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar, riset, dan latihan. p. Penghasilan yang Tidak Diatur, undang-undang yang berlaku di masing-masing Negara pihak pada Persetujuan masih berlaku untuk mengatur masalah pengenaan pajak atas penghasilan di Negara pihak pada Persetujuan kecuali bila ditentukan lain dalam Persetujuan ini.

2. TEKNIS PEMOTONGAN PPH TERKAIT PENERAPAN TAX TREATY Pada umumnya Pemotong Pajak wajib memotong pajak yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) berdasarkan UU PPh. Namun apabila Negara domisili WPLN tersebut memiliki Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treay) dengan Indonesia maka sesuai dengan azas hukum Lez Specialis derogate Lex Generalis, penerapan ketentuan pemotongan pajak didasari dengan Tax Treaty tersebut. Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No. Per-61/PJ/2009 tanggal 5 Nopember 2009 sttd Per- 24/PJ/2010 tanggal 30 April 2010 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B), dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Pemotong Pajak harus melakukan pemotongan pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal : a. Penerima penghasilan bukan Subjek Pajak Dalam Negeri Indonesia; b. Persyaratan administrative untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B telah dipenuhi; dan c. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B oleh WPLN sebagaimana ketentuan tentang pencegahan penyalahgunaan P3B. Dalam hal 3 syarat ketentuan tersebut di atas tidak terpenuhi, maka Pemotong Pajak wajib memotong pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan UU PPh. Matriks teknis penerapan pemotongan pajak terkait tax treaty sbb: DIKENAKAN PPH PSL 26 TARIF 20% (UU PPH) DIKENAKAN BERDASARKAN TAX TREATY TARIF SESUAI KETENTUAN MASING-MASING OPSI I (DISAHKAN OPSI II (TANPA PEJABAT DISAHKAN PEJABAT BERWENANG) BERWENANG)

a. Persyaratan Administratif tidak dipenuhi spt. COD/SKD tidak tersedia saat pemotongan atau COD/SKD tidak sesuai dengan tahun pajak pemotongan; b. Telah terjadi penyalahgunaan P3B a. Persyaratan administratif: Menggunakan Form- DGT 1 atau 2 Form-DGT 1 untuk selain WPLN Bank & penghasilan WPLN via custodian dan Form- DGT 2 untuk WPLN Bank & penghasilan WPLN via custodian; Diisi oleh WPLN dengan lengkap; Ditandatangani oleh WPLN; Disahkan oleh pejabat berwenang di Negara mitra P3B; Disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT Masa untuk masa terutangnya pajak. a. Persyaratan administratif: Menggunakan Form- DGT 1 atau 2; Diisi oleh WPLN dengan lengkap; Ditandatangani oleh WPLN; Disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT Masa untuk masa terutangnya pajak; b. Melampirkan COD/SKD yang lazim disahkan di Negara mitra P3B, dg syarat: Menggunakan bahasa inggris; Diterbitkan pada atau setelah 1 Januari 2010; Dokumen asli atau

b. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B fotocopy yang telah dilegalisasi oleh KPP Pemotong Pajak terdaftar; Sekurang-kurangnya tercantum info tentang WPLN; Tercantum tanda tangan pejabat yang berwenang; c. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B. Lembaga yang namanya disebutkan secara tegas dalam P3B atau yang telah disepakati oleh pejabat yang berwenang di Indonesia dan dinegara mitra P3B tidak perlu menyampaikan SKD; Bukti pemotongan pajak wajib dibuat oleh Pemotong Pajak sesuai ketentuan dan tata cara yang berlaku dan dalam hal terdapat penghasilan yang diterima atau diperoleh WPLN tetapi tidak terdapat pajak yang dipotong di Indonesia berdasarkan ketentuan yang diatur dalam P3B, Pemotong Pajak tetap diwajibkan untuk membuat bukti pemotongan pajaknya; Pemotong Pajak wajib menyampaikan fotokopi SKD yang diterima dari WPLN sebagai lampiran SPT Masa.