I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMBINASI LARUTAN IRIGASI TERHADAP KEBOCORAN APIKAL PADA OBTURASI SALURAN AKAR MENGGUNAKAN SILER RESIN EPOKSI DAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu preparasi, sterilisasi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

Lampiran 1 Alur Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angka pencabutan gigi di Indonesia terutama di daerah pedesaan masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. dkk, 2005). Namun gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB 2 PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID AND A DETERGENT (MTAD) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

PERUBAHAN KEKERASAN DENTIN PADA SALURAN AKAR. SETELAH APLIKASI NaOCl 3%, KOMBINASI NaOCl 3% - EDTA 17%, DAN NaOCl 3% - KLORHEKSIDIN 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID AND A DETERGENT (MTAD) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

ALUR PIKIR. Kitosan Molekul Tinggi 1. Knor (1982) Kitosan mempunyai gugus amino bebas Dakin untuk merawat infeksi luka.

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: irigasi saluran akar, EDTA, etsa (H3PO4 37%), kekerasan dentin saluran akar. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1995). Sealer merupakan semen yang dapat menutupi celah-celah saluran akar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

Jenis-Jenis Bahan Dressing dan Irigasi Saluran Akar. Makalah Oleh: Karimah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan

Noviyanti, dkk. : Pengaruh Penggunaan Larutan Sodium Klorida 0,9% ISSN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN KEBOCORAN MIKRO SEPERTIGA APEKS PADA PENGISIAN SALURAN AKAR DENGAN SEMEN RESIN EPOKSI DAN MTA

Abstract. Pendahuluan. Okti Wintarsih *, Moendjaeni Partosoedarmo **, dan Pribadi Santoso ** *

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM HIPOKLORIT SEBAGAI BAHAN IRIGASI DAN JENIS BAHAN BONDING

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas Hz. Gelombang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

Tujuan Menutup sistem saluran akar dari kontaminasi oral Menutup sistem saluran akar dari cairan dari apikal Menghalangi perkembangan bakteri yang mun

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut, sehingga fungsi dalam lengkung gigi dapat terjaga dengan baik. Tujuan dari perawatan saluran akar adalah menghilangkan iritan oleh mikroorganisme dalam saluran akar dan mencegah adanya infeksi kembali. Syarat keberhasilan suatu perawatan endodontik adalah tercapainya triad endodontik yang meliputi preparasi biomekanikal (cleaning and shaping), pembersihan saluran akar secara kimiawi dengan menggunakan larutan irigasi dan medikamen intrakanal (disinfection), dan pengisian atau obturasi dengan bahan pengisi saluran akar (obturation). Preparasi biomekanis merupakan tahap penting pada saat perawatan saluran akar, namun kekurangannya adalah sulit untuk membersihkan seluruh mikroorganisme dalam saluran akar. Irigasi membantu tahap debridemen pada saluran akar saat preparasi biomekanis dengan mengeluarkan material organik dan anorganik dari saluran akar. Menurut Shahravan, dkk. (2007) irigasi menggunakan bahan kimiawi akan membantu menghilangkan smear layer dari saluran akar, mengurangi resiko kebocoran mikro dan dapat meningkatkan kerapatan dari material siler terhadap dentin. Larutan irigasi yang baik adalah larutan yang mempunyai daya antimikroba maksimal dengan toksisitas yang minimal. Beberapa jenis larutan irigasi yang sering digunakan antara lain: Chlorhexidine (CHX), Sodium 1

Hypoclorite (NaOCl), Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA). Chlorhexidine merupakan larutan antibakteri berspektrum luas yang dapat digunakan sebagai larutan irigasi. Penggunaan CHX harus dibarengi dengan larutan irigasi lain oleh karena CHX tidak memiliki sifat pelarut. Menurut Gaarg dan Gaarg (2008) serta Hulsmann (2012), larutan irigasi CHX tidak dapat dijadikan irigan utama dalam perawatan endodontik, karena tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan organik maupun anorganik, tidak mempengaruhi kolagen dalam matriks organik dentin. Oleh karena itu larutan CHX tidak mempengaruhi kondisi dentin. Chlorhexidine mampu diserap oleh jaringan keras gigi, kemudian mengalami dekomposisi, dan sisa kation CHX akan membentuk ikatan elektron dengan ion fosfat pada kristal hidroksi apatit yang mengakibatkan ikatan terhadap dentin meningkat, sehingga menyebabkan adaptasi antara material siler dengan dentin menjadi lebih baik sehingga terjadinya koloni bakteri pada dinding saluran akar dapat dicegah (Hulsmann, 2013). Larutan CHX akan meninggalkan endapan berwarna oranye bila bercampur dengan larutan NaOCl yang mengandung senyawa kimia parachloro-anilin dan berpotensi karsinogenik (Hulsmann, 2012). Sodium hipoklorit adalah salah satu larutan irigasi yang umum digunakan. Sodium hipoklorit memiliki kemampuan melarutkan komponen organik, debris, sifat antibakteri dan dapat menyebabkan toksik terhadap jaringan jika digunakan dalam konsentrasi dan volume yang besar. Menurut Hulsmann (2013) NaOCl mempengaruhi komponen organik dan merubah sifat mekanis dan kimiawi dentin. Kondisi ini sangat bergantung pada lama waktu dentin terpapar dan jumlah konsentrasi yang digunakan. Efektifitas NaOCl dapat bertambah bila 2

digunakan bersama dengan chelating agent (agen kelasi). Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) adalah salah satu agen kelasi yang dapat digunakan sebagai larutan irigasi. Agen kelasi berfungsi sebagai larutan yang membantu saat preparasi pada saluran yang sempit dan terkalsifikasi. Larutan EDTA melarutkan komponen anorganik dan smear layer, namun dapat mengakibatkan terjadinya demineralisasi dentin. Proses demineralisasi oleh EDTA berlangsung cepat dan kedalaman penetrasinya tergantung dari lama waktu terapapar oleh larutan tersebut (Hulsmann, 2012; Haapasalo dkk, 2014). Penelitian oleh Violich dan Chandler (2010) didapatkan bahwa pembersihan smear layer yang optimal akan menambah kekuatan ikatan material siler terhadap dentin. Penggunaan EDTA bersama dengan NaOCl akan meningkatkan efektifitas proses irigasi, namun dapat berpengaruh terhadap kekerasan (microhardness) dentin (Haapasalo, dkk., 2014). Masing-masing larutan irigasi memiliki sifat fisik dan kimiawi tertentu yang dapat membantu larutnya debris dan smear layer. Zehnder (2006 sit. Basrani dan Haapasalo, 2013) menganjurkan protokol larutan irigasi sebelum dilakukan obturasi dengan menggunakan NaOCl untuk pelarut jaringan organik, EDTA untuk melarutkan jaringan anorganik dan CHX untuk meningkatkan sifat antibakteri spektrum luas. Mulyawati (2011) menganjurkan kombinasi penggunaan larutan irigasi sesuai dengan indikasinya; pada perawatan gigi vital hanya digunakan larutan NaOCl, pada gigi nekrosis dapat digunakan kombinasi larutan NaOCl+EDTA dan atau ditambahkan CHX. Penggunaan larutan irigasi dapat menyebabkan efek samping antara lain; mempengaruhi kondisi dentin dan dapat mempengaruhi kekuatan ikatan material obturasi. 3

Obturasi saluran akar dapat menyempurnakan kekurangan dari tahapan preparasi biomekanis dan irigasi saluran akar. Tujuan utama obturasi (pengisian saluran akar) adalah menghilangkan semua sumber kebocoran dan menutup saluran akar dari iritan dan mikroorganisme yang tidak dapat hilang seluruhnya pada saat prosedur preparasi biomekanis (Mamootil dan Messer, 2007). Kegagalan perawatan saluran akar terjadi akibat adanya iritan masuk ke dalam jaringan periapikal dan atau kembali kedalam sistem saluran akar oleh karena adanya kebocoran. Menurut Walton dan Torabinejad (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kebocoran secara spesifik pada apikal, antara lain; adanya bakteri, debris dan iritan yang tidak dapat hilang seluruhnya selama pembersihan dan preparasi biomekanis. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adanya kebocoran apikal adalah perkolasi, yaitu pergerakan cairan didalam rongga sempit akibat kerja kapiler dan membentuk hubungan antara ruang pulpa dan periapeks. Cairan jaringan dapat masuk ke dalam ruang pulpa yang kemudian mengalami degradasi dan menjadi zat kimia yang mengiritasi. Zat kimia tersebut dapat kembali berdifusi ke jaringan periapeks yang kemudian kembali mengiritasi dan menyebabkan inflamasi. Penutupan apikal (apical sealing) yang baik dibutuhkan untuk menghindari adanya faktor-faktor yang dapat mengakibatkan kegagalan pasca perawatan, mengingat bahwa mikroorganisme mungkin tidak dapat seluruhnya hilang setelah preparasi biomekanikal maupun disinfeksi menggunakan agen kimiawi (Ǿstarvik, 2014 dan Muliyar, dkk., 2014). Material siler dibutuhkan sebagai bahan pengisi bersama dengan material inti guta perca, material siler 4

sebagai agen yang mengikat antara guta perca dan dinding saluran akar, dan mengisi ruang dimana material pengisi utama tidak dapat masuk (Gaarg dan Gaarg, 2008). Mineral trioxide aggregate (MTA) telah dikembangkan sebagai bahan dasar material siler. Mineral Trioxide Aggregate bersifat konduktif dan induktif terhadap jaringan keras, dan biokompatibel (Parirokh dan Torabinejad, 2010; Camilleri, dkk., 2010). Mineral Tri-oxide Aggregate memproduksi kalsium hidroksit dan melepaskannya dalam bentuk larutan serta merangsang pembentukan hidroksi apatit dan melarutkan endapan kalsium fosfat (Sarkar, dkk., 2005 sit. Camilleri, dkk., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Camilleri, dkk. (2010), menunjukkan bahwa pada saat material MTA terkena cairan tubuh secara simultan akan memproduksi deposit kristal yang terdiri dari kalsium dan fosfat, yang akan membentuk lapisan interfasial antara dentin dan MTA dan dapat menambah kekuatan ikatannya. Material siler epoxy resin (resin epoksi) merupakan material siler berbasis resin non eugenol yang memiliki sealing ability (kemampuan kerapatan) yang bagus, karena siler resin epoksi dapat masuk kedalam tubulus dentinalis secara kapilari. Material resin epoksi merupakan material sedikit toksik bila dibandingkan dengan material siler dengan bahan dasar lain, namun memiliki biokompatibilitas yang sangat baik terhadap jaringan. Siler resin epoksi memiliki sifat solubilitas rendah, ekspansi rendah, dapat berikatan terhadap dentin dan memiliki kemampuan penutupan baik terhadap apikal. Oleh karena itu siler resin 5

epoksi merupakan material gold standart sebagai siler pembanding yang bagus untuk evaluasi kebocoran apikal pada material siler baru. Evaluasi kebocoran apikal pada pengisian saluran akar dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan tes penetrasi warna, radioisotop, elektrokimia, tes penetrasi bakteri dan analisis scanning electron microscopic (Muliyar, dkk., 2014). Wu dan Wesselink (1993) mengemukakan bahwa metode yang digunakan untuk evaluasi kebocoran lebih banyak dilakukan dengan pengukuran linear menggunakan pewarnaan methylene blue (biru metilen) sepanjang saluran akar. Berdasarkan keunggulan dari material siler berbahan dasar mineral trioxide aggregate yang telah diuraikan, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian menguji pengaruh kombinasi larutan irigasi terhadap kebocoran apikal pada perawatan saluran akar menggunakan bahan pengisi jenis resin epoksi dan mineral trioxide aggregate menggunakan metode tes penetrasi warna dengan larutan biru metilen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah apakah terdapat pengaruh kombinasi larutan irigasi terhadap kebocoran apikal pada obturasi saluran akar menggunakan bahan pengisi jenis resin epoksi dengan mineral trioxide aggregate. 6

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan larutan irigasi NaOCl 2,5%; kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5% + EDTA 17% dan kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5% + EDTA 17% + CHX 2% terhadap kebocoran apikal pada obturasi saluran akar menggunakan bahan pengisi jenis resin epoksi dengan mineral trioxide aggregate. D. Keaslian Penelitian Terdapat penelitian yang membandingkan material siler berbahan dasar epoxy resin dan mineral trioxide aggregate antara lain; penelitian yang dilakukan oleh Borges, et al. (2011), melakukan penelitian terhadap 4 jenis bahan siler; epoxy-resin based sealer, ceramic based sealer, mineral trioxide aggregate dan calcium hydroxide based sealer, membandingkan perubahan struktur permukaan dan distribusi elemen sesuai prosentase pelepasan ion kalsium. Bogen dan Kuttler (2009), melakukan penelitian secara spesifik terhadap material mineral trioxide aggregate sebagai bahan siler terhadap beberapa kasus, disimpulkan bahwa material MTA memiliki bahan bioaktif semen tricalcium silicate yang menstimulasi mekanisme biologis terhadap perbaikan jaringan pada gigi dengan kasus yang kompleks. Hingga saat ini, menurut pengetahuan penulis belum terdapat penelitian yang membandingkan pengaruh kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5%, NaOCl 2,5% + EDTA 17%, dan NaOCl 2,5% + EDTA 17% + CHX 2% terhadap tingkat 7

kebocoran apikal pada perawatan saluran akar menggunakan siler dengan bahan dasar resin epoksi dan mineral trioxide aggregate. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh penggunaan kombinasi larutan irigasi NaOCl 2,5%, NaOCl 2,5% + EDTA 17%, dannaocl 2,5% + EDTA 17% + CHX 2% terhadap kebocoran apikal pada obturasi saluran akar menggunakan bahan pengisi jenis resin epoksi dengan mineral trioxide aggregate. 2. Memberikan referensi pemilihan material siler pada perawatan saluran akar yang memiliki penutupan apikal yang baik, sesuai dengan indikasinya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dan memberi sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang konservasi gigi. 8