PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR.

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I LATAR BELAKANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

NASKAH PUBLIKASI ARSINDA PRASTIWI NIM: P

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan dan proses persalinan pada ibu primipara membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

SKRIPSI SULASTRI J

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP KECEMASAN KLIEN PRE OPERASI KATARAK DENGAN ANASTESI LOKAL

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. xiv

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi. masyarakat yang dapat meningkat penggunaan alat transportasi /

Transkripsi:

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN Mega Arianti Putri, Ayu Tri Widarti Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun E-mail : ayutriwidarti@ymail.com ABSTRAK Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang erat dengan kecemasan. kecemasan adalah salah satu respon adaptif yang normal terhadap stress karena akan dilakukannya pembedahan. Teknik yang efektif untuk menurunkan kecemasan menggunakan teknik relaksasi. Teknik relaksasi yang dapat digunakan yaitu dengan pemberian cytrus (orange) aromatherapy. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi. Jenis Penelitian ini adalah pra-eksperiment dengan rancangan (one-group pre-post test design). Rata-rata jumlah populasi tiap bulannya 65 orang. Sampel pada penelitian ini adalah pasien pre operasi di ruang seruni jumlah 18 responden menggunakan teknik sampling purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah dependent t-test. Hasil penelitian ini rata-rata skor kecemasan sebelum pemberian cytrus (orange) aromatherapyadalah 18,2222 dan setelah pemberian cytrus (orange) aromatherapy rata-rata skor kecemasan adalah 13,5556. Hasil uji statistik penelitian ini didapatkan p value 0,000 pada tingkat kemaknaan α = 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh cytrus (orange) aromatherapyterhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi. Setelah pemberian cytrus (orange) aromatherapyskor kecemasan turun rata-rata 4,6666. Penurunan tersebut dikarenakan dampak positif yang ada dalam cytrus (orange) aromatherapy, sehingga cytrus (orange) aromatherapydapat digunakan sebagai tindakan keperawatan untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. Kata kunci : cytrus (orange) aromatherapy, kecemasan, pre operasi Halaman 40

PENDAHULUAN Keperawatan pre-operasi merupakan sebuah tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Preoperatif dimulai ketika keputusan untuk melakukan intervensi pembedahan. Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang erat dengan ketegangan. Baradero, Dayrit dan Siswadi (2009) dalam Fatmawati (2016) berpendapat kecemasan adalah salah satu respon adaptif yang normal terhadap stress karena akan dilakukannya pembedahan. Kecemasan biasanya mulai timbul pada tahap pre-operatif ketika pasien mengantisipasi pembedahannya, perubahan citra tubuh dan fungsi tubuh, menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali, perubahan pada pola hidup dan masalah finansial. Efek kecemasan pada pasien pre-operasi berdampak pada jalannya operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tingginya tekanan darah sehingga operasi dapat dibatalkan. Hasil dari Kementerian Kesehatan Indonesia (2015) terkait tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien di dunia menerima pelayanan bedah dimana setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian yang tidak diinginkan yang bisa dicegah. Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Kota Madiun, rata-rata pasien operasi sebanyak 430 setiap bulannya pada tahun 2016. Hasil penelitian dari Fatmawati (2016), dengan menggunakan pengukuran HARS menunjukkan 75% dari subyek yang diteliti mengalami kecemasan sebelum operasi. Hasil penelitian Kurniasari (2016) menunjukkan 62,5% pasien mengalami kecemasan sebelum dilakukan operasi. Hasil penelitian dari dewi (2012) dengan hasil gambaran tingkat kecemasan responden sebelum diberikan aromaterapi inhalasi yaitu tidak ada responden (0%) yang tidak cemas, sebanyak 22 responden (73%) mengalami cemas ringan, 8 responden (27%) termasuk ke dalam kategori cemas sedang, dan tidak ada responden (0%) yang mengalami cemas berat. Setelah diberikan aromaterapi inhalasi sebanyak empat kali perlakuan, terjadi perubahan yang signifikan pada tingkat kecemasan responden, dimana tingkat kecemasan responden mengalami penurunan. Terdapat 16 responden (53%) tidak mengalami cemas, 9 responden (33%) berikutnya termasuk dalam kategori cemas ringan, 4 responden (14%) selanjutnya termasuk dalam kategori cemas sedang, dan tidak ada responden (0%) yang mengalami cemas berat. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan pasien. Fase pre-operatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam ancaman terhadap keselamatan jiwa dan segala macam perubahan yang akan dialami. kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami gelisah, kekhawatiran atau cemas dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik serta dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Dampak yang ditimbulkan pada pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pada pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Perawat mempunyai peranan penting untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan antara lain dengan teknik distraksi dan relaksasi, komunikasi terapeutik, psikofarma, psikoterapi, psikoreligius (Fatmawati, 2016). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2016) membuktikan bahwa teknik relaksasi merupakan teknik yang efektif untuk menurunkan kecemasan. Teknik relaksasi merupakan teknik dengan metode pemberian kegiatan yang dapat membuat rileks. Misalnya meditasi, napas dalam, relaksasi imajinasi, pemberian aromaterapi dan relaksasi Halaman 41

progresif. Teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan yaitu dengan tehnik napas dalam, meditasi, pijatan, musik dan pemberian aromaterapi. Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk memengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif. Penggunaan tumbuhan sebagai terapi komplementer salah satunya dengan menggunakan cytrus (orange) aromatherapi dari minyak essensial yang berasal dari bahan alami yang dapat membuat keadaan santai, menenangkan pikiran, sehingga bisa membantu mengatasi insomnia. Insomnia merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh ansietas. Cytrus yang mengandung linalool menjadi salah satu aromaterapi yang banyak digunakan secara inhalasi (dihirup) atau menggunakan teknik pijat pada kulit. Dampak positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan akan lebih dirasakan apabila diberikan secara inhalasi (dihirup) karena hidung/penciuman mempunyai kontak langsung dengan bagianbagian otak yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan aromaterapi. Cytrus (orange) aromatherapy bekerja merangsang sel saraf penciuman dan mempengaruhi sistem kerja limbic. Sistem limbic merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya. Hipotalamus yang berperan sebagai relay dan regulator memunculkan pesan-pesan ke bagian otak serta bagian tubuh yang lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa pelepasan hormon melatonin dan serotonin yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif (Fatmawati, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Madiun METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah praeksperiment dengan rancangan (one-group pre-post test design). Variabel independen pada penelitian ini adalah cytrus (orange) aromatherapydan variabel dependen adalah kecemasan. Rata-rata jumlah populasi tiap bulannya 65 orang. Sampel pada penelitian ini adalah pasien pre operasi di ruang seruni dengan jumlah 18 responden menggunakan teknik sampling purposive sampling. Instrumen yang digunakan pada variabel dependen adalah lembar SOP dan pada variabel independen adalah menggunakan skala The Amsterdam Preoperaive Anxiety Information Scale (APAIS). Analisis data yang digunakan adalah dependent t-test untuk mengetahui pengaruh cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik responden penelitian No Keterangan Jumlah Persentase 1 Usia responden 15-35 tahun 36-65 tahun 2 Riwayat operasi Pertama kali > 1 kali 3 Pendidikan terakhir Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA 12 6 18 0 2 2 14 66,7% 33,3% 100% 0,0% 11,1% 11,1% 77,8% Dari hasil penelitian didapatkan, rentang usia responden paling banyak adalah pada rentang 15-35 tahun sebanyak 12 responden (66,7%). Pada riwayat menjalani operasi, semua responden yang diteliti baru pertama kali menjalani operasi. Untuk latar belakang Halaman 42

pendidikan terakhir sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA sebanyak 14 responden (77,8%) 2. Kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan cytrus (orange) aromatherapy Tabel 2. Kecemasan pasien pre operasi sebelum di berikan cytrus (orange) aromatherapy di Ruang Bedah Wanita (Seruni) RSUD Kota Madiun Variabel Mean Median Modus Min-Max Kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan intervensi cytrus (orange) aromatherapy 18,2222 18,0000 16 10-26 Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata skor kecemasan sebelum pemberian intervensi adalah 18,222. Pada skor yang telah diurutkan didapat nilai tengahnya adalah 18,0000 dan skor yang sering muncul adalah 16 dengan nilai skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 10. 3. Kecemasan pasien pre operasi setelah diberikan cytrus (orange) aromatherapy Tabel 3. Kecemasan pasien pre operasi setelah di berikan cytrus (orange) aromatherapy di Ruang Bedah Wanita (Seruni) RSUD Kota Madiun Variabel Mean Median Modus Min-Max Kecemasan pasien pre operasi setelah diberikan intervensi cytrus (orange) aromatherapy 13,5556 12,5000 11 7-21 Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata skor kecemasan sesudah pemberian intervensi adalah 13,5556. Pada skor yang telah diurutkan didapat nilai tengahnya adalah 12,5000 dan skor yang sering muncul adalah 11 dengan nilai skor tertinggi 21 dan skor terendah adalah 7. 4. Pengaruh cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi Tabel 4 Pengaruh cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Madiun Variabel Mean SD t df P value Pre-post intervensi 4,666 2,950 6,710 17 0,0000 Penelitian ini di analisis menggunakan uji paired t test dengan menggunakan derajat kemaknaan α=0,05 di dapatkan rata-rata penurunan skor sebesar 4,6667 dan diperoleh nilai p value = 0,000 dengan jumlah 18 responden, sehingga p value <α (0,000 < 0,05) artinya H 0 di tolak dan H 1 di terima, maka dapat di artikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Madiun. PEMBAHASAN 1. Kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan cytrus (orange) aromatherapy Hasil penelitian terhadap 18 responden di ruang bedah wanita (Seruni) RSUD Kota Madiun, di dapatkan rata-rata skor kecemasan sebelum pemberian cytrus (orange) aromatherapy adalah 18,2222 dan apabila dikategorikkan berada pada tingkat kecemasan sedang. Skor terendah adalah 10 sedangkan skor tertinggi adalah 26. Skor kecemasan 26 pada pasien tersebut disebabkan karena tindakan pembedahan. Tindakan bedah merupakan salah satu upaya yang mendatangkan stres karena terdapat ancaman didalam tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Bedah merupakan tahapan dalam proses perioperasi. Tindakan pembedahan merupakan salah satu stressor yang dapat menimbulkan kecemasan pada pasien preoperasi. Secara kognitif persepsi akan adanya cedera akibat pembedahan, serta efek dari anastesi yang dilakukan akan menimbulkan respon kecemasan yang dihubungkan dengan adanya rasa nyeri selama pembedahan dan setelah pembedahan, kemungkinan adanya Halaman 43

kecacatan, ketergantungan fisik setelah pembedahan dan kemungkinan adanya kematian akibat pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi ini adalah faktor operasi pertama kali dijalani menjadi hal yang menonjol, dimana 100% dari 18 responden. Pengalaman pertama kali menghadapi pembedahan atau operasi merupakan suatu ancaman eksternal bagi klien dan situasi sulit yang mesti dihadapi bila tidak ingin mengalami kecemasan. Menurut teori interpersonal dari Lestari (2015) ansietas timbul dari perasaan takut terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SMA (77,8%) dari 18 responden. Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan (Lestari, 2015). Karakteristik responden berdasarkan usia, responden dengan rentang usia 15-35 tahun adalah terbanyak yaitu 66,9 % dari 18 responden. Menurut Lestari (2015) umur yang lebih muda lebih mudah menderita stres dari pada yang berumur tua. Berdasarkan dengan teori penilaian pra bedah seseorang yang akan dilakukan tindakan operasi akan mengalami skor kecemasan yang tinggi dan apabila seseorang tidak bisa mengontrol kecemasannya dan tidak segera ditangani akan berdampak pada kesehatan pasien sehingga dapat menyebabkan operasinya di tunda. Klien dengan tingkat kecemasan tinggi tidak akan mampu berkonsentrasi dan memahami kejadian selama perawatan (Gruendemann & Fernsebner, 2006). Pengukuran pada responden sebelum pemberian cytrus (orange) aromatherapy skor kecemasan pasien adalah terendah 10 dan tertinggi 26 dengan rata-rata 18,22222 yang apabila ditransformasikan kedalam klasifikasi kecemasan berada pada kecemasan sedang. Kecemasan sedang ditandai dengan kecenderungan responden yang berfokus pada pemikiran tindakan pembedahan. Kecemasan sedang yaitu kecemasan yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Dari uraian diatas peneliti berpendapat, bahwa tindakan pembedahan adalah tindakan yang mendatangkan kecemasan, yang dimanifestasikan sebagai ancaman. Namun tingkat kecemasan seseorang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur dan tingkat pendidikan sebagai respon kognitif dan pengalaman terhadap tindakan operasi. 2. Kecemasan pasien pre operasi sesudah diberikan cytrus (orange) aromatherapy Hasil penelitian terhadap 18 responden di ruang bedah wanita (Seruni) RSUD Kota Madiun, didapat rata-rata skor kecemasan sesudah pemberian cytrus (orange) aromatherapy adalah 13,5556. Skor terendah 7, sedangkan skor tertinggi 21. Apabila di kategorikkan berada pada tingkat kecemasan ringan. Hal ini diasumsikan pengaruh pemberian cytrus (orange) aromatherapy. Cytrus (orange) aromatherapy adalah salah satu anxiolitic atau bahan yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan. Hal ini karena cytrus (orange) aromatherapy yang mengandung lonalool. Linalool berfungsi sebagai anxiolitic atau zat yang dapat menurunkan kecemasan. Linalool menjadi salah satu aromaterapi yang banyak digunakan secara inhalasi (dihirup). Dampak positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan akan lebih dirasakan apabila diberikan secara inhalasi (dihirup) karena hidung/penciuman mempunyai kontak langsung dengn bagian-bagian otak yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan aromaterapi. Cytrus (orange) aromatherapy bekerja merangsang merangsang sel saraf penciuman dan mempengaruhi sistem kerja limbic. Sistem limbic merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya. Hipotalamus yang berperan sebagai relay dan regulator Halaman 44

memunculkan pesan-pesan ke bagian otak serta bagian tubuh yang lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa pelepasan hormon melatonin dan serotinin yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif (Fatmawati, 2016). Perasaan rileks yang dihasilkan oleh cytrus (orange) aromatherapy dikarenakan dampak positif yang dihasilkan dari linalool yang digunakan secara inhalasi. Menurut Muchtaridi & Moelyono (2015) Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua. aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru-paru dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan metode penciuman bau, dimana dapat dengan mudah merangsang olfactory pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial. aroma bau wangi yang tercium akan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis. Sebelum pemberian cytrus (orange) aromatherapy kognitif klien menunjukkan adanya penyempitan lapang persepsi, penurunan perhatian dan konsentrasi terhadap proses yang terjadi di sekitarnya maka setelah pemberian cytrus (orange) aromatherapy mengalami hal sebaliknya. Dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat rata-rata penurunan terlihat jelas bahwa cytrus (orange) aromatherpy dapat menurunkan skor kecemasan dengan ratarata 4,6666. 3. Pengaruh pemberian cytrus (orange) aromatherapy pada pasien pre operasi di RSUD Kota Madiun Untuk melihat pengaruh dari pemberian cytrus (orange) aromatherapy terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi, peneliti menggunakan uji statistik Paired t test dengan syarat data berdistribusi normal, setelah menganalisa karakteristik responden pada tabel 5.5 terlihat data pretest dan posttest penurunan skor kecemasan rata-rata adalah 4,6666. Pada tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000. Karena nilai (p) lebih kecil dari nilai (α), maka H0 ditolak H1 diterima hal ini menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara pemberian cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi. Cytrus (orange) aromatherapy adalah salah satu bahan yang dapat membantu mengurangi stres dan anti depresi, meningkatkan mood dan membuat rileks pikiran serta perasaan segar. Hal ini dikarenakan adanya bahan aktif berupa linalool yang merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak digunakan secara inhalasi (Fatmawati, 2016). Penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arwani, Sriningsih & Hartono (2013), yang mengatakan pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang dengan hasil penelitian ada pengaruh terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (<0,05). Dan juga penelitian yang oleh Fatmawati (2016), yang berjudul pengaruh relaksasi progresif dan aromaterapi lavender terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi dengan spinal anastesi mengatakan terdapat pengaruh relaksasi progresif dan aromaterapi lavender terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi dengan spinal anastesi dengan hasil uji independen sample t-test diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kecemasan pre test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (p-value = 0,959) dan terdapat perbedaan rata-rata kecemasan post test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (p-value = 0,019). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada, dapat di deskripsikan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi. Sehingga pemberian cytrus (orange) aromatherapy dapat diberikan untuk pasien pre operasi sebagai salah satu terapi untuk mengurangi kecemasan pasien yang akan dilakukan tindakan operasi. Halaman 45

KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kecemasan pasien pre operasi sebelum pemberian cytrus (orange) aromatherapy di RSUD Kota Madiun rata-rata adalah 18,2222. 2. Kecemasan pasien pre operasi sesudah pemberian cytrus (orange) aromatherapy di RSUD Kota Madiun rata-rata adalah 13,5556. 3. Ada pengaruh pemberian cytrus (orange) kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kota Madiun dengan rata-rata 4,6666 dan p value 0,000. SARAN 1. Bagi RSUD Kota Madiun, Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penggunaan cytrus (orange) aromatherapy dapat diterapkan pada pasien pre operasi. 2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya, sehingga mahasiswa akan mampu mengetahui mengenai pembelajaran pemberian cytrus (orange) aromatherapy pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya, Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan dalam pengambilan data, diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk bisa memasukkan variabel-variabel lainnya seperti jenis operasi, macam anastesi dan penyakit yang diderita oleh klien. DAFTAR PUSTAKA Arwani, Sriningsih & Hartono, Pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang, Jurnal Keperawatan Jiwa, Vol. 1 No. 02. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkj/ article/view/974 Dewi. (2012). Pengaruh Aromaterapi Inhalasi Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Wangaya Denpasar. Diakses dari : http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/art icle/download/6124/4615 Fatmawati, D. (2016). Pengaruh Relaksasi Progresif Dan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Dengan Spinal Anestesi. 03 Agustus 2016. http://eprints.ums.ac.id/44898/ Gruendemann, B & Fernsebner, B. (2006). Keperawatan Perioperatif. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kurniasari, R. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea, diakses dari http://eprints.ums.ac.id/44712/17/naka H%20PUBLIKASI%20REVISI%20PERP US.pdf Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika, Muchtaridi & Moelyono. (2015). Aroma Terapi Tinjauan Aspek Kimia Medisinal, Yogyakarta : Graha Ilmu. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Halaman 46