GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

Prosiding Psikologi ISSN:

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SINGLE PARENT MOTHER

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

Korupsi dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Psikologis Anak

Kajian tentang Psychological Well Being pada Anak Tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support)

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

Educational Psychology Journal

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

Hubungan Flow dengan Psychological Well-Being Mahasiswa Psikologi UNISBA yang Aktif Organisasi. Adinda Dwi Fajrina, 2 Dewi Rosiana

Psychological Well-being pada Guru yang Telah Menjalani Masa Pensiun

ANALISA PSIKOMETRIK ALAT UKUR RYFF S PSYCHOLOGICAL WELL-BEING (RPWB) VERSI BAHASA INDONESIA: STUDI PADA LANSIA

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi

Perbedaan Psychological Well-Being pada Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

GAMBARAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PEDAGANG KAKI LIMA RELOKASI DARI JALAN MERDEKA KE BASEMENT MALL BIP BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

Hubungan Trait dan Psychological Well-Being pada Masyarakat Kota Jakarta

Pengaruh Altruistic Behavior Terhadap Psychological Well Being Pada Relawan di Sanggar Hati Kita Tulungagung

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

S E M I N A R A S E A N 2 nd PSYCHOLOGY & HUMANITY Psychology Forum UMM, Februari 2016

DAFTAR PUSTAKA. Arbiyah, Nurul; Imelda, Fivi N; dan Oriza, Ika D Op. Cit.

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis individu merupakan

Fatihatun Nuroniyah Karimah, Siswati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

Gambaran Psychological Well-Being pada Odha Stadium IV di LSM Rumah Cemara Bandung

Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG

LAMPIRAN A. Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN KECERDASAN EMOSI DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING TENAGA PENDIDIK DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidik yang kemudian terjadi interaksi di antara keduanya. Interaksi tersebut. didik atau siswa, dalam suatu konteks tertentu.

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 11

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA CAUSALITY ORIENTATION DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PEREMPUAN BEKERJA DENGAN STATUS MENIKAH DAN BELUM MENIKAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan Ryff belum banyak dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, begitu juga yang memasukkan budaya sebagai faktor yang diduga dapat memengaruhi kebahagiaan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor kebahagiaan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda yang diindikasi kurang bahagia. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan noneksperimental dengan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap 158 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda. Data diperoleh menggunakan alat ukur kebahagiaan Ryff yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, berjumlah 42 item dan disebar secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda berada pada tingkat kebahagiaan Cukup Tinggi, dengan urutan skor dimensi dari tinggi ke rendah Purpose in Life, Personal Growth, Positive Relations with Others, Environmental Mastery, Self- Acceptance, dan Autonomy, dan skor kebahagiaan mahasiswa dari tinggi ke rendah dengan latar belakang budaya Minang, Batak, Jawa, dan Sunda. Kata Kunci: kebahagiaan, Ryff, budaya, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Batak, Jawa, Minang, Sunda

PENDAHULUAN Beberapa dekade belakangan ini, penelitian dalam ranah Psikologi Positif berkembang pesat, terutama setelah era-era sebelumnya bidang keilmuan psikologi lebih berfokus kepada ketidakbahagiaan dan penderitaan manusia dibandingkan optimalisasi fungsi-fungsi positif individu (Jahoda, 1985, dalam Ryff, 1989; Diener, 1984). Salah satu topik yang paling berkembang dalam ranah Psikologi Positif adalah psychological well-being atau yang lebih familiar disebut dengan istilah kebahagiaan, yang sebagian besar dikembangkan oleh peneliti kebahagiaan Carol D. Ryff. Hal ini tidak mengherankan, karena kebahagiaan merupakan salah satu hal yang dicari oleh seluruh orang di dunia ini setiap harinya. Bahkan, kebahagiaan seringkali menjadi salah satu tujuan utama dalam hidup kita. Ryff mendefinisikan kebahagiaan sebagai optimalisasi fungsi-fungsi positif psikologis individu dalam menghadapi tantangan-tantangan berbeda yang dilalui individu (Ryff & Keyes, 1995), sehingga dapat dilihat bahwa kebahagiaan adalah sebuah proses yang dicapai dengan aktif, evaluatif, dan berjangka panjang (Ryff, 1989). Teori Ryff dikenal sebagai teori multidimensional, karena Ryff membagi kebahagiaan ke dalam enam dimensi, yaitu self-acceptance (mampu menerima diri apa adanya, baik yang positif atau negatif), positive relations with others (memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain), autonomy (mampu membuat keputusan dan evaluasi dengan standar pribadi), environmental mastery (mampu mengontrol lingkungan sesuai kebutuhan), purpose in life (memiliki tujuan dan arah dalam hidup), dan personal growth (mampu mengembangkan diri untuk mencapai diri yang sebenarnya). Keenam dimensi tersebut letaknya bukan sebagai penyebab kebahagiaan, melainkan seseorang disebut bahagia jika memiliki dan memfungsikan keenam dimensi psikologis tersebut dengan optimal (Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995; Ryff & Singer, 2008; Ryan & Deci, 2001). Sejak publikasi pertamanya pada tahun 1989, teori kebahagiaan Ryff banyak sekali digunakan dalam penelitian-penelitian kebahagiaan dengan berbagai topik dan subjek, karena teori ini diciptakan untuk mengobjektifikasi kebahagiaan yang mana tidak dilakukan oleh beberapa teori lain (Ryff, 1989). Tetapi, teori kebahagiaan Ryff,

sampai saat ini, belum banyak digunakan dalam penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Padahal, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran merupakan individu-individu yang dididik secara khusus untuk menjadi penolong yang dapat membuat orang lain lebih bahagia dengan hidupnya, sehingga kebahagiaan penting bagi mereka menjadi bahagia terlebih dahulu. Survey yang penulis lakukan terhadap Tim Pelayanan Bimbingan dan Konseling Fakultas Psikologi Unpad (TPBK) mengemukakan bahwa sejak Agustus 2014 sampai dengan Maret 2015, sekitar 20% mahasiswa mendaftarkan diri untuk berkonsultasi. Mahasiswa yang berkonsultasi ini bisa dikatakan sebagai individu yang tidak bahagia karena membutuhkan bantuan pihak ketiga untuk menemukan jalan keluar dari permasalahannya. Selain itu, perbincangan yang penulis lakukan dengan sejumlah mahasiswa memberikan kesan yang menonjol bahwa mahasiswa memiliki beberapa masalah dalam dimensi kebahagiaan autonomy, environmental mastery, dan terutama self-acceptance. Selain itu, perbincangan dengan mahasiswa memunculkan indikasi adanya perbedaan kebahagiaan yang dilatarbelakangi oleh budaya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ryff dalam artikelnya pada tahun 1989, bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang, salah satunya budaya, akan memberikan perbedaan dalam gambaran kebahagiaan individu. Beberapa ahli budaya mengemukakan bahwa budaya memberikan sebuah kerangka berpikir tertentu melalui internalisasi nilai-nilai kepada anggota budaya tersebut dalam bersikap dan berperilaku, sehingga pada akhirnya kebahagiaan individu dari latar belakang budaya tertentu pun akan dipengaruhi oleh nilai-nilai tersebut (Koentjaraningrat, 1980; Taylor, 1897, dalam Soelaeman, 2005; Kitayama & Markus, 2000; Uchida, Norasakkunkit, & Kitayama, 2004; Triandis, 1993; Diener, 2009). Sayangnya, penelitian mengenai kebahagiaan dan budaya belum banyak dilakukan di dunia (Ryan & Deci, 2010), termasuk di Indonesia (Anggoro dan Widhiarso; 2010; Miranti, 2014; Khalisa, Oriza, dan Nurwianti; 2010) dan, terutama, terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran datang dari 27 latar belakang budaya yang berbeda. Budaya mayoritasnya adalah Sunda, Jawa, Minang, dan Batak (diurutkan sesuai jumlah), yang juga termasuk ke dalam enam besar budaya mayoritas di Indonesia menurut BPS tahun 2010. Data awal yang diambil menunjukkan adanya perbedaan gambaran kebahagiaan di antara mahasiswa dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda. Mahasiswa Batak memiliki lima dimensi yang menonjol, yaitu self-acceptance, positive relations with others, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth. Mahasiswa Jawa menonjol dalam seluruh dimensi. Mahasiswa Minang memiliki empat dimensi yang menonjol, yaitu positive relations with others, autonomy, purpose in life, dan personal growth. Mahasiswa Sunda memiliki dua dimensi yang menonjol yaitu positive relations with others dan environmental mastery. Adanya dimensi yang menonjol otomatis diikuti dengan adanya dimensi yang belum dioptimalisasi. Bagi Ryff, optimalisasi fungsi-fungsi positif psikologis individu merupakan ciri kebahagiaan seseorang. Sehingga, belum optimalnya fungsi-fungsi positif menandakan adanya kebahagiaan yang belum optimal. Jadi, masih tersisa ruang yang cukup banyak untuk mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda menjadi lebih bahagia. Oleh karena itu, penelitian ilmiah yang mengeksplor gambaran kebahagiaan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda ini dilakukan. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan noneksperimental dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian noneksperimental adalah penelitian yang tidak memungkinkan peneliti untuk memanipulasi variabel atau pun memasukkan subyek-subyek penelitian secara acak, karena karakteristik tertentu dari variabel yang digunakan sudah merupakan harga mati (Kerlinger, 1986). Variabel tersebut adalah budaya.

Partisipan Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran angkatan 2012, 2013, dan 2014 dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 21 mahasiswa dengan latar belakang budaya Batak, 50 Jawa, 25 Minang, dan 62 Sunda. Pengukuran Alat ukur kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Ryff s Psychological Well-Being versi 42-item scale yang diterjemahkan oleh Linastri Afdalia (2008) ke dalam Bahasa Indonesia dan pertanyaan penunjang seputar kebudayaan. HASIL Hasil penelitian dan analisis data menghasilkan beberapa hal di bawah ini: 1. Rata-rata skor total kebahagiaan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda adalah 172.31, yang termasuk ke dalam kategori Cukup Tinggi. Rata-rata skor masing-masing dimensi adalah environmental mastery (29.46), personal growth (30.61), positive relations with others (30.32), dan purpose in life (31.27) yang termasuk ke dalam kategori Cukup Tinggi, dan autonomy (25.36) dan selfacceptance (26.40) yang termasuk ke dalam kategori Sedang. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor kebahagiaan yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.986. 2. Rata-rata skor total kebahagiaan tertinggi secara yang diperoleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan latar belakang budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dari tertinggi ke terendah adalah Minang (174.40), Batak (173.76), Jawa (173.40), dan Sunda (172.89). 3. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Autonomy secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Batak (27.00), Sunda (25.39), Jawa (25.34), dan Minang

(23.96). Semuanya berada pada kategori Sedang. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Autonomy yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.203. 4. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Environmental Master secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Minang (29.72), Jawa (29.68), Sunda (29.47), dan Batak (28.57). Semuanya berada pada kategori Cukup Tinggi. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Environmental Mastery yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.778. 5. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Personal Growth secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Batak (31.29), Jawa (30.90), Sunda (30.37), dan Minang (30.04). Semuanya berada pada kategori Cukup Tinggi. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Personal Growth yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.605. 6. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Positive Relations With Others secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Minang (31.68), Sunda (30.19), Jawa (30.04), dan Batak (29.71). Semuanya berada pada kategori Cukup Tinggi. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Positive Relations With Others yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.472. 7. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Purpose In Life secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Minang (32.04), Jawa (31.34), Sunda (31.06), dan Batak (30.76). Semuanya berada pada kategori Cukup Tinggi. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Purpose In Life yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.649. 8. Rata-rata skor dimensi kebahagiaan Self-Acceptance secara budaya dari tertinggi ke terendah adalah Minang (26.96), Batak (26.43), Sunda (26.40), dan Jawa (26.10). Semuanya berada pada kategori Sedang. Uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor dimensi Self-Acceptance yang signifikan antara budaya Batak, Jawa, Minang, dan Sunda dengan p-value 0.881.

DAFTAR PUSTAKA. (2010). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Afdalia, Linastri. (2008). Hubungan antara Religiusitas dengan Psychological Well- Being Studi Korelasional terhadap Peserta Tarbiyah (Pembinaan) Partai Keadilan Sejahtera Kecamatan Jatinangor. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Jatinangor: tidak diterbitkan. Anggoro, W. J., & Widhiarso, W. (2010). Konstruksi dan Identifikasi Properti Psikometris Instrumen Pengukuran Kebahagiaan Berbasis Pendekatan Indigenous Psychology: Studi Multitrait-Multimethod. Jurnal Psikologi, 37(2), 176-188. Diener, E. (1984). Subjective Well-Being. Psychological Bulletin, 542-575. Diener, E. (Ed.). (2009). Culture and well-being: The collected works of Ed Diener (Vol. 38). Springer Science & Business Media. Kerlinger, F. N. (1986). Foundations of Behavioral Research (Holt, Rinehart and Winston, New York, NY). Khalisa, Firda, Ika Imelda Dian Oriza, dan Fivi Nurwianti (2010). Hubungan Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan pada Suku Betawi. Jurnal Ilmu Komunikasi. Kitayama, S., & Markus, H. R. (2000). The pursuit of happiness and the realization of sympathy: Cultural patterns of self, social relations, and well-being. Culture and subjective well-being, 113-161. Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Miranti, Asih. (2014). Faktor-Faktor Pembentuk Kebahagiaan dalam Keluarga (Konteks Budaya Jawa dan Pengaruh Islam). Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan. Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual review of psychology, 52(1), 141-166. Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of

psychological well-being. Journal of personality and social psychology, 57(6), 1069. Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of personality and social psychology, 69(4), 719. Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2008). Know thyself and become what you are: A eudaimonic approach to psychological well-being. Journal of happiness studies, 9(1), 13-39. Soelaeman, M. Munandar. (2005). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama. Triandis, H. C. (1993). Collectivism and individualism as cultural syndromes. Cross- Cultural Research, 27(3-4), 155-180. Uchida, Y., Norasakkunkit, V., & Kitayama, S. (2004). Cultural constructions of happiness: theory and emprical evidence. Journal of happiness studies, 5(3), 223-239.