Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika diucapakan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan bertambah jika diberkati. Kata ini juga sering di kemukakan untuk makna thaharah (suci). Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu mereka yang miskin dan terabaikan yang tak mampu menolong dirinya sendiri meskipun dengan semua skema jaminan sosial yang ada, sehingga kemelaratan dan kemiskinan daoat terhapuskan dari masyarakat muslim.
Perkembangan Institusi Zakat Organisasi BAZ dan LAZ pada umumnya memang sudah menyadari akan tantangan dalam aspek manajemen yang bersumber dari dinamika internal, khususnya perubahan kemampuan untuk merancang strategi dalam menjaring sebesar mungkin dana zakat, merekayasa program pemberdayaan, menyelesaikan urusanurusan eksternal secara berkualitas.
Perkembangan Institusi Zakat Prasyarat lainnya yang dibutuhkan bagi proses pengembangan adalah fungsi pengendalian. BAZ dan LAZ juga tidak mempunyai mekanisme kontrol yang ketat sehingga tidak sedikit pula diantara mereka kurang menjalankan amanah (kepercayaan) yang diberikan masyarakat. Empat bentuk kontrol sosial yang utama mencakup yaitu: 1. Kompetisi 2. Peraturan pemerintah 3. Pengaruh dari kelompok luar 4. Pengendalian diri sendiri
Perkembangan Institusi Zakat Dalam konteks pengembangan, hal lain yang perlu ditantang adalah menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam upaya mengembangkan aliansi strategis, yang diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan (objective), misalnya dalam pencarian, penyaluran, dan pendayagunaan dana. Apalagi bila ditinjau dari potensi zakat, pengelolaan dana zakat sesungguhnya merupakan pekerjaan besar yang memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh dan profesional.
Pengelolaan zakat yang baik dan optimal dapat menjadi potensi yang cukup besar bagi umat Islam. Oleh karena itu, cara menghimpun dan mendayagunakan dana zakat merupakan hal terpenting dalam mengelolah zakat.
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat
Prinsip Manajemen Zakat yang harus dimiliki oleh BAZ dan LAZ : 1. Independen 2. Netral 3. Tidak diskriminatif 4. Tidak berpolitik praktis
Kualifikasi umum dari Raulullah saw : 1. Muslim 2. Amanah 3. Jujur 4. Paham fikih zakat Pemimpin para amil zakat : 1. Muslim 2. Amanah 3. Jujur 4. Paham fikih zakat 5. Leadership 6. Kreatif 7. inovatif Cara mengukur kinerja sumber daya manusia BAZ dan LAZ : 1. Amanah 2. Profesional 3. Transparan
Mendayagunakan zakat dapat diartikan bentuk penyaluran zakat bersifat produktif dan memberdayakan mustahiq. Peranan zakat terletak pada bagaimana seorang mampu menghidupi dirinya sendiri dengan kemampuannya. Serta memiliki penghasilan tetap yang mencukupi kehidupannya sehingga ia tak perlu bergantung kepada bantuan orang lain.
Sasaran Pendayagunaan Zakat Orang-orang yang berhak menerima zakat di tentukan dalam Al-qur an surat At-taubah ayat 60 ب ر ا ء ة م ن ٱ ه لل و ر س ول ه ۦ إ ل ى ٱلهذ ين ع ه دت م م ن ٱل م ش ر ك ين Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para mu allaf yang di tunjuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah.
Golongan fakir Golongan miskin Para Amil zakat Golongan muallaf Riqab Gharim Musafir / Ibnu sabil Sabilillah Sasaran Pendayagunaan Zakat Golongan Mustahiq