II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Perbanyakan Bahan Tanam melalui Okulasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

PROSPEK PERBANYAKAN BIBIT KARET UNGGUL DENGAN TEKNIK OKULASI DINI Prospect of Rubber Planting Material Propagation with Early Budding Technique

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

Joko Supriyanto 1 dan Yardha 1

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet berbentuk pohon, tinggi m, bercabang dan

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 314/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS/KLON IRR.104 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

Copyright:

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH TERHADAP PERSENTASE KEBERHASILAN OKULASI HIJAU PADA TIGA KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Agr.)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

KOMPATIBILITAS BATANG BAWAH KARET KLON GT 1 DENGAN MATA ENTRES BEBERAPA KARET KLON GENERASI V

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.

Untuk keberhasilan okulasi perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET

Tujuan. Mewariskan sifat-sifat baik/unggul tanaman induk ke tanaman generasi berikutnya

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

responpertumbuhan stump karet terhadap pemberian asam asetik naftalen 3,0% dengan cara pengolesan di luka pemotongan akar tunggang pada beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

PENGARUH JENIS MATA ENTRES DAN KLON TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN TUNAS PADA OKULASI HIJAU DI POLIBEG

BISNIS BUDIDAYA KARET

STRATEGI PENYEDIAAN BENIH KARET UNGGUL BERMUTU DAN POTENSI IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KARET NASIONAL

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS KARET MELALUI PENGGUNAAN BAHAN TANAM, PEMELIHARAAN, SISTEM EKSPLOITASI, DAN PEREMAJAAN TANAMAN

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

PENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

Oleh : Ulfah J. Siregar

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

KAJIAN OKULASI BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DENGAN PERBEDAAN MATA TUNAS (ENTRES) DAN KLON

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

KAJIAN PROSPEK BISNIS PEMBIBITAN KARET DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit

Subdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg.

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

KAJIAN OKULASI BENIH KARET. (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DENGAN PERBEDAAN MATA TUNAS (ENTRES) DAN KLON. Tesis

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR BEBERAPA KLON ENTRES TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell.) PADA BATANG BAWAH PB 260 DI LAPANGAN

PERCEPATAN PENINGKATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PROGRAM PRIMA TANI DESA SEBAPO, PROVINSI JAMBI 1)

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENGARUH BATANG BAWAH DAN CARA SAMBUNG TERHADAP. KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DURIAN (Durio zibethinus Murray) SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

ABSTRACT. Keywords: budding shoot, rootstock stumped, benzilaminopurine (BAP) ABSTRAK

Charloq 1) Hot Setiado 2)

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

Warta Perkaretan 2016, 35 (2), KEUNGGULAN KLON KARET IRR 220 dan IRR 230. The Superiority of IRR 220 and IRR 230 Rubber Clone

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

I. PENDAHULUAN perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan tanaman secara

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan

Jurnal TRIAGRO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG. Dewan Redaksi

PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

KARYA ILMIAH BUDIDAYA KARET

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan

BUDIDAYA TANAMAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan tanaman. Pertanaman karet di Indonesia pada awalnya dikembangkan dengan biji, tanpa melakukan seleksi. Pertanaman yang dihasilkan dengan bahan tanam tersebut ternyata mempunyai pertumbuhan dan produksi yang sangat beragam. Dengan kenyataan tersebut maka pada pertanaman selanjutnya sudah menggunakan bahan tanam yang terseleksi, walaupun masih berasal dari biji. Teknik okulasi yang ditemukan pada periode tahu 1914-1917, membawa perubahan yang sangat berarti dalam teknik perbanyakan pada tanaman karet dan masih digunakan hingga saat ini. Melalui perbanyakan secara vegetatif ini akan diperoleh tanaman yang mempunyai sifat relatif sama dengan induknya. Dengan perbanyakan secara okulasi tersebut maka pengertian benih pada tanaman karet ada beberapa bentuk (kelompok) yaitu biji untuk batang bawah, entres untuk sumber mata dan bibit hasil okulasi. 1. Benih untuk batang Bawah Benih untuk batang bawah adalah biji karet propeligitim yang berasal dari klon tertentu yang berupa anjuran batang bawah yang akan disemai dan ditumbuhkan sebagai bibit untuk batang bawah. Bibit yang berasal dari biji ini tidak langsung ditanam sebagai pertanaman, tetapi harus diokulasikan dengan klon unggul tertentu untuk mendapatkan bahan tanam yang siap ditanam. Tidak semua klon karet, bijinya dapat digunakan untuk 1

batang bawah, oleh karena itu kebun sumber biji harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. 2. Entres sebagai Sumber Mata Entres adalah sumber mata untuk okulasi yang akan ditempelkan pada bibit batang bawah. Entres digunakan sebagai bahan perbanyakan pada produksi bibit berupa benih bina yang terdiri atas klon-klon anjuran yang ditanam secara khusus berupa kebun entres. Kebun entres umumnya digunakan dalam jangka waktu yang lama, karena yang dimanfaatkan adalah tunas yang tumbuh dari bekas potongan. Tunas yang tumbuh pada bibit ini merupakan batang yang akan disadap untuk diambil lateksnya. Mutu entres yang baik diperoleh dari kebun entres yang dibangun dan dikelola sesuai dengan standar (Lasminingsih dan Oktavia, 2008). 3. Bibit Hasil Okulasi Bibit hasil okulasi adalah bibit siap tanam hasil okulasi mata entres klon anjuran pada bibit batang bawah yang berasal dari biji klon anjuran. Bibit hasil okulasi pada karet ini dapat berupa stum mata tidur, bibit dalam polibeg, stum mini dan stum tinggi. Bibit stum mata tidur adalah bibit okulasi yang mata okulasinya masih belum tumbuh. Keuntungan penggunaan stum mata tidur antara lain : waktu penyiapannya lebih mudah dan cepat, harganya relatif murah, dan biaya angkut lebih murah. Namun bibit ini mempunyai kelemahan antara lain: persentase kematian cukup tinggi (15-20%), kemungkinan tumbuhnya tunas palsu lebih besar dan pertumbuhan tanaman di lapangan kurang seragam (Puslit Karet Balai Penelitian Sembawa, 1998). 2

Kuswanhadi (1994) dalam elisarnis dkk., (2008) menyatakan, seringkali mata okulasi stum mata tidur mengalami dor-mansi sehingga tidak jarang batang bawah mati sebelum tunas berkembang, dalam keadaan normal tunas akan berkembang setelah 21 hari. Selanjutnya Soemomarto dan Pudji Hardjo (1982) menyatakan bahwa mata okulasi tanaman karet memerlukan waktu 23 hari untuk mekar setelah pemotongan batang bawah. B. Okulasi Dini Pada teknik okulasi dini, prinsipnya relatif sama dengan okulasi hijau maupun okulasi coklat. Perbedaanya hanya terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya. Umur batang bawah okulasi dini yaitu 2-3 bulan dengan umur entres 3-4 minggu yang telah mencapai garis tengah 0,5 cm dan berwarna hijau muda (Puslit Karet Balai Penelitian Sembawa, 1998). Metoda okulasi dini bila diterapkan dalam kaitan okulasi hijau dan okulasi coklat akan dapat mengurangi jumlah tenaga okulasi. Dengan urutan pengokulasian 20% okulasi dini, 40% okulasi hijau, dan 40% okulasi coklat, dicapai fluktuasi kebutuhan tenaga harian yang lebih merata untuk pekerjaan-pekerjaan di pembibitan dan lapangan (Santoso dan Lubis, 1982). C. Daya Tahan Bibit Pembongkaran dan pemotongan bibit dapat menimbulkan stres pada bibit karena terputusnya absorsi air oleh akar dan meningkatnya respirasi bibit karena pelukaan. Dengan terputusnya absorbsi air oleh akar, maka untuk transpirasi, bibit hanya menggunakan air yang ada dalam tubuhnya sehingga bibit secara terus menerus mengalami 3

proses pengeringan. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, bibit akan mengering dan mati. Proses kehilangan air akan berlangsung lebih cepat bila bibit tidak terlindung atau tidak diawetkan (Husny dan Sunarwidi, 1987) D. Rekomendasi Bahan Tanam Karet Pada Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2009 menyebutkan rekomendasi bahan tanaman karet periode 2010-2014 disusun dengan memperhatikan kepentingan konsumen untuk mengembangkan agribisnis karet baik dari segi kebutuhan lateks maupun kayu. Rekomendasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok klon penghasil lateks, klon penghasil lateks-kayu dan benih anjuran untuk batang bawah, yang merupakan anjuran komersial untuk penanaman skala luas yang disebut sebagai benih bina, dengan komposisi anjuran sebagai berikut : 1. Klon penghasil lateks terdiri dari IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330 dan PB 340. 2. Klon penghasil lateks-kayu terdiri dari IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119 dan RRIC 100 3. Benih anjuran untuk batang bawah terdiri dari benih yang berasal dari tanaman monoklonal AVROS 2037, GT 1, PB 260, RRIC 100,PB 330 dan BPM 24. Dalam pertemuan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet tahun 2005 juga merekomendasikan beberapa klon unggul, di antaranya adalah klon PB 260 yang telah teruji pada periode sebelumnya memiliki produktivitas mencapai 2,1 ton karet kering per hektar per tahun. Selain itu karet klon PB 260 juga memiliki ketahanan terhadap terpaan angin karena perakarannya yang kuat. 4

Hal ini menjadikan klon PB 260 sangat baik dijadikan, baik sebagai batang atas atau entres, maupun sebagai batang bawah. Sebagai klon yang unggul sebagai batang bawah dan batang atas, perbanyakan secara okulasi sangat penting dilakukan pada klon ini karena dapat mempercepat masa TBM (tanaman belum menghasilkan) dibandingkan perbanyakan melalui biji (Woelan, dkk, 2007). 5