PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET"

Transkripsi

1 PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muel Arg) KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH TUGAS AKHIR NAWI NAPOSO HARAHAP PROGRAM STUDI BUDI DAYA PERKEBUNAN SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN MEDAN 2013

2 PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muel Arg) KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH TUGAS AKHIR Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan Diploma IV Pada Program studi Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan NAWI NAPOSO HARAHAP PROGRAM STUDI BUDI DAYA PERKEBUNAN SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN MEDAN 2013

3 Judul Tugas Akhir : PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muel Arg) KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH Nama : NAWI NAPOSO HARAHAP Nim : Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN Menyetujui, Ir. P.Sembiring Pembimbing Mengetahui, Ketua Program Studi Ketua STIPAP Ir. Mardiana Wahyuni, MP Ir. Sukirso, MS

4 TIM PENGUJI TUGAS AKHIR PEMBIMBING PENGUJI : 1. Ir.P. Sembiring : 1.Hardi Wijaya : 2.Saroha Manurung SST Telah diuji pada tangal : 28 Agustus 2013

5 RINGKASAN NAWI NAPOSO HARAHAP. Pengaruh Hari Penyimpanan Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muel Arg) Klon PB 260 di Kebun Petani Desa Kramat Gajah. Dibimbing oleh Bapak Ir. P, Sembiring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hari penyimpanan entres terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet. Hipotesis Lama hari penyimpanan entres berpengaruh posotif terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet. Perlakuan entres disimpan dalam debok pisang selama 4 hari, sementara untuk hari pertama langsung di okulasi. Dari mulai hari ke 2 hingga ke 4 entres juga di okulasi tiap harinya. Kemudian diamati setelah 21 hari pengokulasian. Hasilnya pengokulasian hari pertama hingga ke 3 begitu maksimal, sementara hari ke 4 dan 5 kurang begitu maksimal hasilnya. i

6 RIWAYAT HIDUP Nawi Naposo Harahap lahir pada tanggal 27 juli 1991 di Kotapinang, ayahanda Asri Pudun Harahap dan ibunda Hanna Hayani Nasution, Anak pertama dari 4 bersaudara. Tamat pendidikan sekolah dasar pada tahun 2003 dari SD Kotapinang, kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama di MTs Islamiyah Kotapinang, dan tamat pada tahun Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di SMAN 1 Kotapinang dan tamat pada tahun Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan ( STIP-AP ) Medan dengan mengikuti beberapa ujian tes. Dalam masa pendidikan di STIP-AP penulis telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan 1 di kebun Pulau Mandi afdeling 1 PTPN III dan Praktek Kerja Lapangan II di kebun Ajamu afdeling II PT.HPP, dan juga Pengabdian Masyarakat di desa bunga- bunga STM Hulu Kab.Deli Serdang. ii

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul Pengaruh Hari Penyimpanan Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet Klon PB 260 di kebun petani desa kramat gajah, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan Medan. Berkaitan dengan penyelesaian tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Sukirso selaku ketua STIP-AP 2. Ir. Mardiana Wahyuni, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Perkebunan 3. Bapak Ir. P sembiring selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis mulai dari awal hingga penyelesaian Tugas Akhir ini. 4. Teristimewa kepada Ayahanda Asri Pudun Harahap dan Ibunda Hanna Hayani Nst atas doa, restu, cinta kasih, dukungan materil dan moril yang telah diberikan selama ini kepada penulis. 5. Adinda Khoiriah Harahap, Adinda Siti nurhasanah Nst, Ade Tika Sari Harahap, Anggita Amanda Harahap dan seluruh keluarga penulis atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis. iii

8 6. Ucapan senada penulis sampaikan kepada Prananda Ryanza, Tri Mahendra, Pery ardiansyah, Victor ketaren, Setiawan ginting, dan Wahyudi yang turut membantu penulis dalam pelaksanaan segala aktivitas penulis, serta kepada rekan-rekan STIP-AP angkatan BDP B Penulis menyadari Tugas Akhir ini belum sempurna. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam upaya menghasilkan bahan tanam karet yang baik. Medan, September 2013 Penulis iv

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.... i ii iii v vii viii ix I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Hipotesis... 2 D. Tujuan Penelitian... 2 E. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Morfologi Tanaman Karet... 3 B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet... 6 C. Klon Klon Unggulan Yang Disarankan Untuk Kebun Entres... 7 D. Okulasi... 8 E. Persyaratan Okulasi F. Pelaksanaan Okulasi v

10 III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat C. Metode Penelitian D. Rancangan Penelitian E. Aplikasi F. Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian B. Perlakuan H C. Perlakuan H D. Perlakuan H E. Perlakuan H F. Perlakuan H G. Hari Mulai Terlihat Hiudup dan Matinya Okulasi V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

11 DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 1. Hari Mulai Terlihat Hidup Dan Matinya Okulasi vii

12 DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 1. Batang Bawah Untuk Okulasi Batang Atas Untuk Okulasi Batang Entres Yang Dicelup Kedalam Lilin Batang Entres Disimpan Dalam Debok Pisang Perlakuan H Perlakuan H Perlakuan H Perlakuan H Perlakuan H Grafik Hidup dan Matinya Okulasi Okulasi Mati Okulasi Hidup viii

13 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Tabel tanggal kegiatan pelaksanaan penelitian ix

14 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas didunia, meskipun tanaman karet sendiri baru di introduksi pada tahun Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas perkebunan karet di Indonesia telah mencapai hektar. (Setiawan dan Agus, 2008) Perkebunan-perkebunan karet banyak tersebar diberbagai propinsi di Indonesia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta, sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam sekala kecil dimiliki oleh rakyat. Namun, jumlah perkebunan karet rakyat ini bila dihimpun akan menghasilkan jumlah yang besar. Dengan demikian, perkebunan rakyat mempunyai peranan yang cukup menentukan bagi dunia perkaretan nasional. Agar tanaman karet dapat menghasilkan produktivitas yang di inginkan maka sudah seharusnya sejak saat ini para petani karet Indonesia berbenah diri. Teknik budidaya, perawatan tanaman, pengolahan panen, harus ditingkatkan sehingga produksi dan kualitasnya meningkat. (Setiawan dan Agus, 2008) Dalam pelaksanaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet. Budidaya tanaman karet mulai dari awal pembibitan hingga penanaman ke areal kebun perlu diperhatikan seperti penyediaan batang atas dan batang bawah untuk diokulasi agar dapat memenuhi kebutuhan yang diingikan. Dalam hal tersebut waktu dalam pelaksanaanya dapat dilakukan semaksimal mungkin agar 1

15 mendapatkan tanaman yang sesuai dengan yang diinginkan. (Lasminingsih, 2012) B. Perumusan Masalah Upaya memenuhi kebutuhan entres tanaman karet yang akan diokulasi. Entres yang telah diambil dari kebun entres agar dapat digunakan untuk pengiriman entres ke daerah yang wilayahnya jauh, hingga sampai berhari-hari entres disimpan untuk pengiriman. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penyimpanan entres terhadap kesuksesan okulasi tanaman karet. C. Hipotesis Lama hari penyimpanan entres berpengaruh posotif terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet. D. Tujuan Penelitian tanaman karet. Mengetahui pengaruh penyimpanan entres terhadap keberhasilan okulasi E. Kegunaan Penelitian Hasil dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu rekomendasi dalam upaya mempersiapkan entres dalam okulasi karet yang baik. 2

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar Tanaman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan terhadap kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam. (Ali, 2007) 2. Batang Batang tanaman karet merupakan batang sejati. Batang tanaman karet berkayu, memiliki cabang-cabang atau ranting. Tanaman karet dapat tumbuh mencapai 28 m atau lebih. Cabang-cabang batang tumbuh menyudut dan beranting banyak dengan daun-daun cukup lebat. Batang tanaman berukuran besar dengan lingkar batang dapat mencapai 120 cm. Kulit batang tanaman karet menempel kuat pada kayunya, berwarna coklat sampai coklat tua, tergantung pada klonnya, dan cukup tebal. Pertumbuhan batang lurus sampai jagur. Bentuk batang silindris, pipih lurus, pipih spiral, dan ketegakan batang tegak, lurus, bengkok, dan lengkung, tergantung pada klonnya. (Ali, 2007) 3

17 3. Daun Daun merupakan satu organ tumbuhan yang penting, daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan Klorofil, oleh karena itu dau berwarna hijau. Fungsi utama daun ialah menjalankan sintesis senyawasenyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal dengan Fotosintesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel khusus yang disebut khloroplas. Tempat penyimpanan pigmen klorofil. Fungsi daun lainnya adalah: a) Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi) b) Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi) c) Penguapan air (transpirasi) d) Pernapasan (respirasi) Daun karet berwarna hijau, apabila akan gugur berubah warna menjadi warna kuning atau merah, biasanya daun karet mempunyai jadwal gugur daun pada musim kemarau yang disebut wintering. (Ali, 2007) 4. Bunga Bunga tanaman karet tergolong bunga berumah dua (monoecious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan bungan dapat terjadi secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang dibantu oleh serangga. Bunga betina hanya mengandung putik (pistillum) saja yang merupakan alat kelamin betina yang mempunyai bakal buah (ovarium) 4

18 yang berisi bakal biji (ovulum) dan sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari (stamen) saja, yang merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti sperma untuk penyerbukan. Putik yang telah diserbuki benang sari, akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji. (Ali, 2007) 5. Buah Buah karet memilki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya 3 sampai 6 ruang. Garis tengah buah berukuran 3-5 cm, bila buah sudah masak maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya, biji yang terlontar kadang terlempar sampai jauh. (Ali, 2007) 6. Biji Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jumlah biji biasanya 3 sampai 6 sesuai dengan ruangnya. Ukuran biji besar dengan berat sekitar 3,5 sampai 6 gr, bidang pada permukaan perut sedikit agak rata dengan lapisan pelindung biji/testa keras dan berkilat, warna coklat kehitaman dengan bercak berpola yang khas pada bagian punggung, tiap klon biji karet mempunyai corak/pola batik yang berbeda sehingga menjadi alat untuk mengidentifikasi setiap klon. (Ali, 2007) 5

19 B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet 1. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. 2. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2500 mm sampai 4000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. (Bayu, 2010) 3. Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 0 C sampai 35 0 C. 4. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. 5. Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. 6

20 Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimanya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetap sifat fisikanya terutama draeinase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara ph 3,5 6 ph. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umunya antara lain: 1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas 2. Aerase dan drainase baik 3. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air 4. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir dan 35% debu 5. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm 6. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro 7. Reaksi tanah dengan ph 4,5 ph 6,5 8. Kemiringan tanah < 16% dan 9. Permukaan air tanah < 100 cm. C. Klon-klon Unggulan Yang Disarankan Untuk Kebun Entres Berdasarkan hasil rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan karet, yang diselenggarakan pada tanggal Nopember 2005 di Medan, telah disusun daftar Klon Karet Anjuran priode sebagai berikut : 1. Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260 7

21 2. Klon penghasil lateks- kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78 (Sumarmadji,2006) D. Okulasi Dalam pelaksaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet. Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ketanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Menurut sejarahnya, pertama kali okulasi berhasil dibuat di perkebunan Pasir Waringin pada tahun 1913, di tempat ini terdapat pohon hasil okulasi tertua yang ditanam tahun Pohon-pohon yang ditaman itu hingga kini masih tetap disadap dan berproduksi normal dengan keadaan pemulihan kulit yang normal pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam okulasi 1. Batang bawah Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon induksinya, yaitu mata tunas. Mata tunas yang sudah dipisahkan dari induknya 8

22 tidak akan dapat hidup tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata tunas ini disebut batang bawah. Syarat batang bawah yang baik : a) Sistem perakaran yang kuat dan baik. b) Mempunyai daya gabung yang bagus dengan beberapa klon. c) Cepat tumbuh. Biji yang digunakan hendaknya berupa biji karet yang minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi kalau kedua induknya diketahui. Biji yang dianjurkan yaitu : a) PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, PB 330, PB 340 dan masih banyak yang lainnya (Nurhawaty, 2006) Bibit yang sudah dapat di okulasi, batang yang sudah berwarna coklat dan diameternya > 1 cm Gambar 1. Batang Bawah Untuk Okulasi 9

23 3. Batang Atas Berbeda dengan batang bawah yang harus dari biji, batang atas diambil dari kebun entres. Tanaman batang atas harus diketahui klonnya untuk mempermudah menetukan hasil dari okulasi. Dari batang atas inilah akan dihasilkan sadapan yang baik. Gambar 2. Batang Atas Untuk Okulasi 4. Kebun Entres Kebun entres disebut juga dengan kebun kayu okulasi. Kebun entres adalah merupakan kebun penghasil mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi. Di kebun entres ditanam klon-klon unggul karet anjuran komersial maupun klon harapan. Untuk mengadakan pemuliaan klon tanaman karet, setiap kebun harus memiliki kebun entres sendiri. Bahan klon dapat diambil dari kebun seinduk dengan klon terpilih atau dari balai penelitian. (Bolot, 2010) 10

24 Areal kebun entres harus memenuhi syarat : a) Tanahnya subur, rata atau sedikit miring b) Dekat sumber air, bebas dari cendawan akar putih (JAP) c) Dibuat khusus untuk kebun entres. Untuk menghasilkan kayu okulasi coklat jarak tanam entresnya (100 x 100) cm setiap bedengan terdiri atas lima baris dan setiap baris terdiri dari 20 batang. Bila akan dihasilkan kayu okulasi hijau, jarak tanamannya (100x50)cm, tiap bedengan terdiri dari 20 batang. Diantara bedengan dibuatkan jalan selebar 150 cm termasuk parit. Satu tanaman berumur satu tahun akan menghasilkan beberapa kayu entres dengan mata tunas terpakai. Untuk tanaman yang sudah dua kali dipotong sebanyak 6-8 tajuk hijau, Maka masing-masing tajuk akan menghasilkan 3-4 mata tunas atau sekitar 20 mata tunas terpakai. Okulasi yang bisa diperoleh rata-rata 80%. Untuk entres yang berwarna coklat, penanganan entres setelah dipotong sangat penting diperhatikan. Tujuannya adalah agar entres tidak layu, okulasinya masih segar. Segera setelah entres dipotong, ujungnya dicelup sekejap pada lilin cair. Lilin cair diperoleh dengan cara memanaskan lilin batangan. Pencelupan ujung entres tidak boleh terlalu lama karena dapat merusak jaringan akibat panas. Sesudah dililin kemudian di bungkus dengan debok pisang. (Siagian, 2006) 11

25 Gambar 3. Batang Entres Yang Dicelup Kedalam Lilin Gambar 4. Batang Entres Disimpan Dalam Debok Pisang 12

26 5. Mata Tunas Mata tunas terdapat pada kulit, semakin muda bagian entres, semakin tampak mata tunasnya. Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada tanaman karet: mata daun, mata sisik, dan mata bunga. Mata daun dan mata sisik dapat dipakai untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena mata daun dan mata sisik bisa menghasilkan cabang baru yang akhirnya akan digunakan sebagai kayu okulasi, sedangkan mata bunga hanya akan menghasilkan bunga dan akhirnya gugur setelah beberapa waktu. Tanda dari mata daun dan mata sisik adalah letak matanya jauh dari bekas kaki daun yang telah gugur. Untuk mata bunga ditandai dengan letaknya yang berdekatan dengan bekas kaki daun dan banyak terdapat didahan. Kayu okulasi yang baik biasanya terdapat mata tunas setiap meternya. 6. Perisai dan Jiwa Perisai adalah bagian kayu okulasi yang diiris dan akan ditempelkan pada batang bawah. Pada perisai ini terdapat mata tunas sehingga perisai terdiri dari mata tunas bersama sedikit kulit. Sedangkan jiwa merupakan sebuah bintil yang terdapat disebelah dalam kulit dan merupakan inti dari mata tunas. Jika jiwa ini rusak atau terkena kotoran, maka okulasi tidak akan berhasil. Pemotongan dilakukan agak dalam pada kayu okulasi agar kayu ikut teriris, Hal ini dimaksudkan agar jiwa tidak rusak terkena pisau. Potongan kayu yang teriris kemudian dikeluarkan secara perlahan karena tidak akan ikut ditempelkan pada batang bawah. (Bolot,2010) 13

27 E. Persyaratan Okulasi Setelah batang atas dan batang bawah siap, kegiatan okulasi bisa segera dilaksanakan. Beberapa prinsip dasar yang harus dimengerti agar kegiatan okulasi berhasil sebagai berikut : 1. Kedua lapisan kambium, yaitu kambium batang bawah dan perisai harus menyatu dan tak boleh teraba jari, terkena kotoran atau keringat, serta terbuka terlalu lama. Ketika keduanya ditempel tidak boleh mengalami geseran sedikitpun. 2. Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada batang bawah dalam keadaan basah. 3. Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan bersih. 4. Pekerja yang melaksanakan kegiatan ini juga harus dalam keadaan bersih 5. Pekerja harus teliti dan sabar. F. Pelaksanaan Okulasi Berikut ini tahap-tahap okulasi untuk jenis okulasi coklat : 1. Bersihkan batang bawah dari tanah atau kotoran yang menempel. Setelah bersih, buat jendela okulasi berjarak 10 cm dari permukaan tanah. Sentuhkan ujung pisau okulasi ke kayu dengan arah irisan dari bawah ke atas. Sisi atas jendela diiris miring, sedangkan sisi bawah tidak. 2. Sambil menunggu getah jendela okulasi mengering, ambil mata tunas beserta perisainya dari kayu okulasi. Sertakan sedikit kayu yang menutupi jiwa dan usahakan jiwa tidak sampai rusak dalam kegiatan ini. 14

28 3. Cara memegang perisai adalah dibagian tepinya dan usahakan bagian dalam tidak sampai teraba oleh jari. Jika perisai harus diletakkan di tanah, letakkan dengan punggung dibawah dan bagian dalamnya menghadap keatas. Ratakan bagian tepi perisai, sehingga ukurannya sama dengan jendela okulasi. Potong sisi bawah perisai tegak lurus di bagian yang belum pernah tersentuh jari. 4. Keluarkan lapisan kayu dari perisai dengan cara menahan bagian punggung dengan jari dan pisau menahan bagian dalamnya. Lakukan dengan hati-hati supaya kulit perisai tidak bengkok. Lihatlah jiwanya, jika sudah sudah tidak ada, perisai tidak dapat digunakan. 5. Potong bagian atas perisai dengan kemiringan sama dengan kemiringan bagian atas jendela okulasi. 6. Kulit jendela okulasi yang sudah kering selanjutnya dikupas dengan hatihati menggunakan ujung pisau, dimulai dari bagian ujung jendela sampai seluruh kulit dijendela terkelupas. Dalam kegiatan ini kulit kambium lapisan luar boleh dipegang, tetapi kulit kambium yang ada di batang bawah jangan sampai tersentuh. 7. Jika perisai dan jendela siap, segera tempelkan perisai ke jendela okulasi, Jika keduanya sudah menempel jangan digeser-geser karena bisa merusak lapisan kambium jendela okulasi dan bakal tunas. Saat penempelan perisai usahakan posisinya benar, yaitu bekas kaki daun dibawah mata tunas, sehingga tunas akan tumbuh keatas. Jika posisinya terbalik, tunas akan tumbuh kebawah dan kemudian membelok keatas. 15

29 8. Setelah tertempel, daun jendela okulasi ditutupkan dipunggung perisai dan dibalut menggunakan tali plastik. Saat pembalutan, jendela okulasi ditekan kearah batang sehingga tidak akan bergeser. Arah pembalut dari bawah keatas, kemudian dari atas ke bawah, dan diulangi beberapa kali sampai balutan cukup kuat atau 3 mingu kemudian balutan dilepaskan menggunakan pisau tajam untuk melihat hasilnya. Toreh perisa dengan ujung pisau. Jika torehan berwarna hijau berarti okulasi berhasil, tetapi jika berwarna coklat berarti okulasi gagal.( Didit dan Heru, 2008) 16

30 III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di desa Keramat Gajah. Mulai melakukan pada bulan Mei sampai Juni B. Bahan dan Alat Bahan : 1. Batang bawah PB Entres klon PB 260 Alat : 1. Pisau Okulasi 2. Plastik okulasi 3. Gunting 4. Kertas 5. Pulpen 6. Kain lap 7. Debok pisang C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan menganalisa hasil dari okulasi dengan cara menyimpan entres dalam debok pisang. 17

31 D. Rancangan Penelitian Perlakuan yang diberikan adalah penyimpanan batang entres: H0 : Hari pertama (Langsung di okulasi) H1 : Hari ke 2 (Entres disimpan 1 hari) H2 : Hari ke 3 (Entres disimpan 2 hari) H3 : Hari ke 4 (Entres disimpan 3 hari) H4 : Hari ke 5 (Entres disimpan 4 hari) E. Aplikasi Okulasi dilakukan pada batang bawah tanaman karet berumur 6 bulan di ground nursery dengan seketsa : Pohon okulasi dibuat dalam 5 baris dalam tiap barisnya terdapat 4 pohon, sehingga lebih mudah dalam pengamatannya. F. Pengamatan Pengambilan data dilakukan pada setiap tanaman, pengamatan dilaksanakan setelah 21 hari pengokulasian. Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Cara pengamatan dilihat pada pertautan okulasi, plastik okulasi dibuka jika sudah tampak kulitnya mulai berwarna coklat dan mata entres berwarna hijau maka okulasi berhasil. 2. Kemudian jika tampak kulitnya berwarna coklat dan mata entres berwarna coklat maka okulasi gagal. 18

32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Petani Desa Kramat Gajah, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. B. Perlakuan H0 Pada perlakuan H0 okulasi dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2013 dengan hasil : 1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 18 bibit 3. Gagal = 2 bibit Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut. Gambar 5. Perlakuan H0 19

33 Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 18 bibit, okulasi yang mati sebanyak 2 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon pertama dan baris ke 5 pohon ke 3. C. Perlakuan H1 Pada perlakuan H1 okulasi dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2013 dengan hasil : 1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 17 bibit 3. Gagal = 3 bibit Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut. Gambar 6. Perlakuan H1 Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 17 bibit, okulasi yang mati 3 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon ke 2, baris ke 3 pohon ke 3, baris ke 5 pohon ke 2. 20

34 D. Perlakuan H2 Pada perlakuan H2 okulasi dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2013 dengan hasil : 1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 17 bibit 3. Gagal = 3 bibit Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut. Gambar 7. Perlakuan H2 Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 17, okulasi yang mati sebanyak 3 bibit, yaitu pada baris pertama pohon ke 2, baris pertama pohon ke 4, baris ke 3 pohon ke 3. 21

35 E. Perlakuan H3 Pada perlakuan H3 okulasi dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2013 dengan hasil : 1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 16 bibit 3. Gagal = 4 bibit Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut. Gambar 8. Perlakuan H3 Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 16, okulasi yang mati sebanyak 4 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon pertama, baris ke 4 pohon ke 3, baris ke 4 pohon ke 4, dan baris ke 5 pohon ke 2. 22

36 F. Perlakuan H4 Pada perlakuan H4 okulasi dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013 dengan hasil : 1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 15 bibit 3. Gagal = 5 bibit Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut. Gambar 9. Perlakuan H4 Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 15 bibit, okulasi yang mati 5 bibit, yaitu pada baris pertama pohon ke 3, baris ke 2 pohon ke 4, baris ke 3 pohon ke 3, baris ke 3 pohon ke 4, baris ke 5 pohon ke 4. 23

37 G. Hari Mulai Terlihat Hidup dan Matinya Okulasi Dilakukan pengamat setelah 21 hari di okulasi, jadi jarak hari pertama di okulasi sampai kepada pengamatan okulasi 21 hari. Hasil pengamatan terhadap hidup dan matinya okulasi dengan penyimpanan entres disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Hari Mulai Terlihat Hidup Dan Matinya Okulasi Perlakuan Tanggal Jumlah Bibit Pengamatan Diokulasi Berhasil Gagal % H0 13 Juni % H1 14 Juni % H2 15 Juni % H3 16 Juni % H4 17 Juni % Keterangan : H0= Hari pertama, H1= Hari ke 2, H2= Hari ke 3, H3= Hari 4, H4= Hari ke 5 Berdasarkan dari pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 1, semakin lama penyimpanan kayu entres maka hasil dari okulasi kayu entres semakin rendah. Pada hari pertama (H0) dapat dilihat okulasi yang hidup 18 bibit dan yang mati 2, hasil pada hari ke 2 (H1) 17 bibit dan yang mati 3, kemudian pada hari ke 3 (H2) 17 bibit yang hidup dan yang mati 3, pada hari ke 4 (H3) 16 bibit yang hidup dan yang mati 4, dan hari ke 5 (H4) sangat terlihat penurunan dari hasil penyimpanan kayu entres sebanyak 15 bibit yang hidup dan yang mati 5. 24

38 HIDUP MATI Gambar 10. Grafik hidup dan matinya okulasi Dari grafik diatas terlihat okulasi yang berhasil lebih tinggi dari pada okulasi yang gagal. Maka pada hari ke 1, 2, 3 dapat digunakan entres yang telah disimpan, karena pada hari tersebut hasil okulasi yang sukses masih bisa maksimal hidupnya. Sementara untuk hari ke 4 dan ke 5 masih bisa dilakukan okulasi tapi hasilnya kurang begitu maksimal. 25

39 Gambar 11. Okulasi Mati Gambar 12. Okulasi Hidup 26

40 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap kesuksesan okulasi tanaman karet. 2. Semakin lama entres disimpan maka mata layu, kambium sudah kering, mata susah dilepaskan dari kayu entres. B. Saran 1. Untuk pengiriman ke lokasi diluar sumatera entres harus disimpan dalam debok pisang agar tidak cepat layu. 2. Pada hari ke 1, 2, 3 dapat digunakan entres yang telah disimpan, karena pada hari tersebut hasil okulasi yang sukses masih bisa maksimal hidupnya. Sementara untuk hari ke4 dan lima masih bisa dilakukan okulasi tapi hasilnya kurang begitu maksimal 27

41 DAFTAR PUSTAKA Ali, Efi Said Botani dan Morfologi Tanaman Karet. STIPAP. Medan. Anonim Panduan Lengkap Tanaman Karet. Penebar Swadaya. Jakarta. Cahyono, Bambang Cara Sukses Berkebun Karet. Pustaka Mina. Jakarta. Pratomo, Bayu Pengaruh Tinggi Titik Penyerongan Terhadap Pertumbuhan Tunas Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muel Arg) Di Pembibitan Polibeg. STIPAP. Medan. Santoso, Bolot Konsep Dasar Manajemen Kultur Teknis Tanaman Karet. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Medan. Setiawan, H Didit dan Andoko Agus Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta Setyamidjaja, Djhoehana Karet Budidaya dan pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. Siagian, Nurhawaty Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan. Sumarmadji, Lukman dan Junaidi Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet. Lasminingsih Mudji, dkk Petunjuk Praktis Pembibitan Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta 28

42 Lampiran 1. Tabel tanggal kegiatan pelaksanaan penelitian Perlakuan Tanggal Mengokulasi Tanggal Membuka Okulasi H0 23 Mei Juni 2013 H1 24 Mei Juni 2013 H2 25 Mei Juni 2013 H3 26 Mei Juni 2013 H4 27 Mei Juni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet Sendiri baru di introduksikan pada tahun 1864. Dalam waktu kurun sekitar 150 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran. tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Ali, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran. tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Ali, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar (radix) Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar (radix) Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Class: Dicotyledonae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Okulasi Cokelat Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Pelaksanaan okulasi untuk jenis okulasi cokelat agak berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut divisi Spermatophyta dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Kompetensi Dasar :2.1 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Tumbuhan Dapat Berkembang Biak Secara Generatif Maupun Vegetatif 1. Tumbuhan Berkembang Biak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENYADAPAN TANAMAN KARET PENYADAPAN TANAMAN KARET OLEH SYUKUR, SP, MP WIDYAISWARA MUDA BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2015 ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2014. Penyadapan tanaman karet. Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN MENGETAHUI PENGARUH KUALITAS KULIT PULIHAN KLON GT1, PR 300, DAN PR 303 TEHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis.l) DI KEBUN GETAS SALATIGA Galuh Banowati Pengajar PS Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia, yang berasal dari Brasil Amerika Selatan. Karet merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Perbanyakan Bahan Tanam melalui Okulasi

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Perbanyakan Bahan Tanam melalui Okulasi 17 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Program pengembangan karet melalui peremajaan atau penanaman baru bila berjalan baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke TINJAUAN PUSTAKA Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Karet Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada

Lebih terperinci

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN iptek hortikultura PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN Sebagai buah subtropis yang telah lama beradaptasi di Indonesia, Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu buah yang banyak digemari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I.

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. KARYA TULIS Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. PENDAHULUAN Durian (Durio zibethinus Murray) adalah buah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat memberikan kontribusi dalam devisa negara dari sektor non migas. Karet juga merupakan sumber penghasilan

Lebih terperinci

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Yang dimaksud dengan bahan tanaman karet adalah biji karet (calon

Lebih terperinci