( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB IV ANALISIS DATA. Pengetahuan tentang peran wanita. Oleh karena perbedaan fisik dan psikis, maka

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

(a) Apakah tujuan Nabi Muhammad membuka semula kota Makkah? ( 4 markah ) (b) Jelaskan kepentingan pembukaan semula kota Makkah?

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

Pendidikan Agama Islam

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berupa ajakan, seruan dan sebagai pemberi peringatan dengan

STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN MENURUT RADEN AJENG KARTINI DAN PENDIDIKAN ISLAM

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

EFEK KESEHARIAN TAKWA

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

KEUTAMAAN MEMPELAJARI SIRAH NABAWIYAH. Fais al-fatih #KajianSirahNabawiyah01

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Jakarta, 30 Juni 2011 Kamis, 30 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid

SAMBUTAN PADA ACARA PERESMIAN MUSDA III PD. BKMM-DMI KOTA BANDUNG HARI/TANGGAL : SELASA, 26 APRIL 2016 : PUKUL WIB

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BUPATI BURU. Bismilahirahmanirahim Assalamualaikum Wr. Wb dan salam sejahtera

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

Untuk Para Feminis, Islam Bukan Pengekang!

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BUPATI BURU. Bismilahirahmanirahim Assalamualaikum Wr. Wb dan salam sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

Hikmah Perkawinan Nabi Muhammad salallahu alaihiwassalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi.

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

BAB VI ANALISIS PEREMPUAN MENURUT HAMKA. perempuan dalam al-quran telah banyak, disebutlah dalam surat an-nisa masalah

BAB IV ANALISIS KONFLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

Assalamualaikum Wr. Wb

BAB IV ANALISA. Berdasarkan pembahasan pada bab II dan III, maka dapat diperoleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh orang-orang dewasa, bahkan anak-anak usia sekolah dasar. Belum

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru. indah dan tanda tanya (Basri, 1995:4).

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

pemanfaatan kulit binatang buas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN. kuncinya yakni dibutuhkan kerjasama dan saling tolong-menolong antara satu

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

Transkripsi:

130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZA<LI< MENGENAI POSISI WANITA DI DALAM ISLAM Sosok Shaikh Muhammad al-ghaza>li> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena selain sumbangsihnya dengan melahirkan puluhan buku, ia juga rutin mengisi beberapa acara, bahkan ia memiliki banyak murid di berbagai penjuru durnia, yang sempat ia didik selama ia mengajar di Universitas al-azhar, dan beberapa Universitas lainnya. Ia sangat dikenal sebagai seorang ulama yang moderat. Keseimbangan antara akal ( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada murid-muridnya. Penulis melihat banyak hal yang mempengaruhi kemoderatannya tersebut. Diantaranya adalah karena sosok guru yang berpengaruh dalam hidupnya yaitu Shaikh Hasan al-bana>. Selain itu, pendidikannya semasa S1 di bidang da wah sedikit banyak juga mempengaruhi pemikirannya, hingga lebih memilih untuk moderat dalam metode da wahnya. Juga kondisi umat Islam saat itu yang terkotak-kotak, sehingga memerlukan satu solusi yang dapat menyatukan umat Islam. Kemoderatan Shaikh Muhammad al-ghaza>li> terlihat saat ia mencoba untuk tidak condong pada satu mazhab mana pun. Selama pandangan mazhab tersebut sejalan dengan semangat al-qur an dan memperhatikan kemaslahatan umat Islam, maka ia tidak ragu untuk menerimanya. Dalam menilai hadis pun ia membuat metode yang sedikit berbeda dari beberapa ulama sebelumnya. Yaitu adanya kesesuaian antara hadis dan al-qur an, sejarah (si>rah alnaba>wiyah) dan perkembangan ilmu pengetahuan. Walaupun ada sebagian

131 kalangan yang menyatakan bahwa ía mengingkari sunnah. Namun muridnya Yu>suf al-qard}a>wi> menyatakan bahwa pandangannya tidak pernah keluar dari ijtihad para ulama. Shaikh Muhammad al-ghaza>li> juga sosok ulama yang sangat peduli atas permasalahan umat Islam. Hal ini terlihat dari puluhan tulisannya, yang sangat jelas menggambarkan bentuk keprihatinannya akan kemunduran umat Islam saat itu. Dalam pandangan Shaikh Muhammad al-ghaza>li> faktor penyebab kemunduran umat Islam adalah kejumudan dalam berfikir. Kejumudan ini disebabkan oleh taqlib buta semata terhadap tradisi Timur yang dianggap sebagai ajaran Islam yang bersifat final. Kalangan umat Islam yang dilanda virus jumud ini akan sulit menerima hal yang baru, sementara permasalahan umat semakin kompleks dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Selain itu adanya adopsi yang dilakukan beberapa kalangan umat Islam atas budaya Barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga umat Islam semakin jauh dari ajaran Islam. Diantara permasalahan umat Islam yang menjadi perhatian Shaikh Muhammad al-ghaza>li> adalah permasalahan yang berkaitan dengan wanita Muslimah. Hal ini terbukti dengan terbitnya buku yang ia tulis khusus membahas pemasalahan wanita. Menurutnya posisi wanita adalah tempat yang sangat strategis sebagai penopang kemajuan umat Islam. Namun ia menemukan banyak dari kalangan umat Islam yang tidak memahami akan hal ini dengan baik.

132 Shaikh Muhammad al-ghaza>li> melihat adanya kesalahan dalam menenempatkan posisi wanita Muslimah dalam kehidupan, sehingga berdampak kepada kemunduran umat Islam itu sendiri. Kesalahan ini terjadi menurutnya karena dua faktor, yang pertama adalah taqlid buta terhadap tradisi Timur yang ingin mengubur hak-hak kaum perempuan. Sedangkan yang kedua berbalik seratus derajat dengan tradisi Timur adalah adopsi yang dilakukan sebagian umat Islam terhadap budaya Barat modern yang menginginkan kebebaskan wanita tanpa batas, hingga melampaui batas fitrahnya sebagai perempuan. Bagi Shaikh Muhammad al-ghaza>li> budaya Timur yang oleh sebagian umat Islam disalahartikan sebagai ajaran Islam, banyak mengenyampingkan hak-hak perempuan. Padahal di dalam al-si>rah al-naba>wiyah yakni pada masa Rasulullah Saw perempuan memiliki peran aktif dalam setiap ranah kehidupan, baik dalam keluarga, dunia pendidikan juga dunia sosial. Dari sini, maka tidak heran jika Shaikh Muhammad al-ghaza>li> memasukkan sejarah sebagai alat untuk menilai keabsahan sebuah hadis. Karena sejarah adalah suatu rekaman kehidupan, sedangkan hadis adalah gambaran kehidupan Nabi, yaitu semua apa yang diucapkan, diperbuat, dan ditakrirkan oleh Nabi. Jika terdapat ketidaksinambungan antara keduanya, maka hal ini menunjukkan adanya kesalahan yang harus ditelaah ulang. Ia juga sosok yang menjunjung tinggi posisi wanita sebagai seorang ibu, karena darinya lah lahir generasi Islam. Oleh karena itu ia sangat mendukung agar kaum wanita mendapatkan pendidikan selayaknya kaum laki-laki. Karena

133 Ibu yang cerdas, yang memiliki pengetahuan yang cukup akan dapat mendidik anaknya dengan maksimal. Namun walau begitu ia tetap mendukung kaum wanita untuk tetap aktif di luar kegiatan sebagai seorang ibu. Pada masa Rasulullah kaum wanita juga aktif ikutserta dalam jihad membela agama Islam, selama ia mampu melakukannya. Baik dalam da wah, dalam peperangan, dan politik. Hal ini pula yang di gaungkan kembali oleh Shaikh Muhammad al-ghaza>li>. Karena ia banyak membaca sejarah sebuah perjuangan yang berakhir dengan kemenangan, yang disana perempuan ikut andil dalam memperjuangkannya. Walaupun Shaikh Muhammad al-ghaza>li> cukup gencar dalam menyerukan emansipasi wanita. Namun tidak lantas ia kilap mata dengan bentuk kebebasan wanita yang ditawarkan oleh budaya Barat, yang justru digandrungi oleh beberapa feminis Muslim. Menurutnya kebebasan wanita yang ditawarkan oleh budaya Barat tanpa batasan tertentu, mengakibatkan banyak kaum wanita lupa akan fitrahnya sebagai seorang wanita. Sementara Islam adalah agama yang sangat menjaga fitrah manusia baik laki-laki maupun perempuan. Penolakan Shaikh Muhammad al-ghaza>li atas kebebasan yang ditawarkan budaya Barat tidak berarti bahwa ia adalah sosok yang anti Barat, mengharamkan apa pun yang datang dari Barat. Baginya selama apa yang diambil dari Barat masih sejalan dengan inti dari ajaran Islam, maka hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan. Terbukti dalam menegaskan

134 pandangannya, terkadang ia mengambil hasil riset bahkan sejarah dari negara Eropa. Untuk menengahi tradisi Timur dan budaya Barat ini, Shaikh Muhammad al-ghaza>li> menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Karena prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia. Yang membedakan antara keduanya adalah nilai dari pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah. Menurutnya perempuan juga memiliki kebebasan dalam menentukan apapun dalam hidupnya. Namun kebebasan yang dimaksudkan olehnya tidaklah seperti kebebasan yang diinginkan dari budaya Barat. Ia melihat ada fitrah seorang perempuan yang harus tetap terjaga dan tidak boleh dirusak oleh kepentingan apapun. Fitrah yang ia maksudkan adalah bahwa seorang perempuan telah diciptakan oleh Allah SWT sedemikian rupa. Bentuk tubuh perempuan dan sifatnya sangat jauh berbeda dengan laki-laki. Perbedaan ini menurutnya memiliki hikmah tersendiri, yaitu pembagian tugas dan peran sesuai dengan porsinya masing-masing. Jelas pandangan Shaikh Muhammad al-ghaza>li> ini sangat berbeda dengan mereka dari kalangan atau tokoh-tokoh yang menggadang-gadangkan kesetaraan gender di berbagai lini kehidupan. Banyak ketentuan dalam Islam mengenai perempuan yang jika tidak dipahami dengan baik, seseorang akan mengatakan bahwa ada bias gender di dalam Islam. Seperti yang dikatakan oleh para feminis Muslim yang mayoritas sudah terkontaminasi oleh budaya Barat, bahwa terjadinya bias gender dalam Islam dikarenakan para ulama terdahulu didominasi oleh kaum laki-laki yang

135 berbudaya partiarkhi. Menanggapi masalah ini Shaikh Muhammad al-ghaza>li> memberikan alasan yang sangat mudah diterima oleh nalar, yaitu kelebihan hak bagi laki-laki tidak lah didapatkan dengan cuma-cuma, namun juga diiringi dengan kewajiban yang sangat berat. Hal ini yang tidak dipahami dengan baik oleh para pengusung gender, karena pemahaman mereka yang parsial. Kepemimpinan laki-laki dalam keluarga juga sering diartikan sebagai penindasan. Padahal tanggung jawab ini bagi Shaikh Muhammad al-ghaza>li> tidak menghilangkan persamaan yang sebenarnya. Seperti halnya ketundukan rakyat kepada pemerintahan, bukan berarti suatu kezaliman atau pelecehan. Bentuk kepemimpinan disini menurutnya lebih kepada tanggung jawab dari pada kedudukan, dan sebuah pengorbanan bukan kehormatan. Dalam kepemimpinan ini pun laki-laki tidak dibenarkan mengambil keputusan sendiri, musyawarah adalah jalan yang Islam tawarkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kepemimpinan ini juga tidak melegalkan laki-laki untuk berlaku seenaknya terhadap perempuan (istri). Bahkan ia kurang setuju dengan pemukulan yang membabi buta terhadap istri yang nushu>z, selama masih ada cara yang lebih baik dalam mendidiknya. Untuk menengahi permasalahan poligami yang sangat kontroversial ini, ia menyatakan bahwa poligami bukanlah suatu anjuran dalam Islam. Ia hanya diperbolehkan bagi mereka yang mampu melaksanakan syarat yang telah ditentukan dan bukan dengan suatu alasan duniawi. Hanya saja tidak semua laki-laki Muslim yang berpoligami dalam Islam memahami hal ini dengan baik. Di sisi lain, Shaikh Muhammad al-ghaza>li> juga mengajukan hasil analisanya,

136 bahwa poligami dalam Islam jauh lebih mulia dan suci dari pada hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan yang terjadi dalam budaya Barat. Dari keseluruhan pandangan Shaikh Muhammad al-ghaza>li> mengenai wanita, dapat ditarik kesimpulan bahwa baginya perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki. Hanya bentuk hak dan kewajibannya saja yang berbeda. Wanita juga punya hak dalam menentukan langkah dalam kehidupannya asal fitrahnya sebagai wanita tetap ia jaga.