ANALISIS LEVERAGE DAN BEP

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LEVERAGE LATAR BELAKANG II. RUMUSAN MASALAH III. PEMBAHASAN A. Leverage Operasi

ANALISA FINANCIAL LEVERAGE DAN OPERASIONAL LEVERAGE

Efek dari berbagai perimbangan pembelanjaan terhadap EPS.

Masalah Finansial Leverage

Bab 10 Analisa Financial Leverage dan Operating Leverage

ANALISIS LEVERAGE NURAENI, M.AB

MANFAAT LEVERAGE BAGI PERUSAHAAN. Ana Mufidah 1. Abstrak

Analisis Leverage (Bab 9) ANALISIS LEVERAGE

ANALISIS LEVERAGE PADA PERUSAHAAN ROKOK PT. GUDANG GARAM Tbk PERIODE SKRIPSI

Penggunaan Leverage: Struktur Keuangan dan Struktur Modal 1 BAB 6 PENGGUNAAN LEVERAGE : STRUKTUR KEUANGAN DAN STRUKTUR MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga

ANALISIS LEVERAGE ROSANNA WULANDARI, SE,MM ANALISIS LEVERAGE. Pengertian dan pentingnya leverage

Operating leverage: hubungan sales revenue dengan EBIT

Mata Kuliah Keuangan Bisnis I. Analisis Leverage. Nur Imamah. Department of Business Administration

PT. XYZ LAPORAN RUGI LABA PER 31 DESEMBER

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kebijakan financial coorporate. Dalam kebijakan ini perusahaan. modal pinjaman atau kombinasi di antaranya.

KEPUTUSAN STRUKTUR MODAL

KEPUTUSAN STRUKTUR MODAL

BAB VII ANALISIS LEVERAGE

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN (BAB 16 LEVERAGE OPERASIONAL DAN LEVERAGE KEUANGAN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

BAB II LANDASAN TEORI

Saskia Febriani EA01

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang

Struktur Pemodalan Yang Baik Bagi Perusahaan

Struktur Permodalan Yang Baik Bagi Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

Struktur Modal (Capital Structure)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan membutuhkan

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. PT Jaya merencanakan untuk mendirikan pabrik. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:

Analisa Leverage. Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Manutu (2004) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peralatan lainnya yan mempunyai masa manfaat jangka panjang atau lebih dari satu

(Manajemen Keuangan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BREAK EVEN POINT

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN. Universitas Gunadarma Jakarta. Struktur Modal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Maharani Ritonga, Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu (2014)

BAB I PENDAHULUAN. dana dari dalam perusahaan (internal financing) atau dari luar perusahaan

ANALISA EBIT-EPS TERHADAP STRUKTUR MODAL OPTIMAL PADA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk RUNIK PUJI RAHAYU. Universitas Madura

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

ANALISIS KEUANGAN. o o

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

JURNAL. Oleh: LILIK RAHAYU Dibimbing Oleh : 1. Dr. M. Muchson, S.E., M.M 2. Hestin Sri Widiawati, S.Pd., M.Si.

ANALISIS PENERAPAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PENINGKATAN EARNING PER SHARE

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

Leverage dapat diartikan penggunaan sumber dana oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektorsektor

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB I PENDAHULUAN. besar. Bagi perusahaan, modal merupakan salah satu faktor penunjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

MODUL PERKULIAHAN. Manajemen Keuangan PERENCANAAN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I. kemakmuran. Dalam hal ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha, perusahaan membutuhkan dana yang biasanya berupa modal, modal

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini. 1. Maharani Ritonga, Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu (2014)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar. Pertumbuhan menggambarkan sesuatu yang hidup dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS LEVERAGE DAN BEP BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pendekatanan manajerial, aktivitas pengelolaan keuangan perusahaan terkategori ke dalam tiga aspek, yaitu aspek pendanaan, aspek investasi, dan aspek operasional. Aspek pendanaan (financing) meliputi pengelolaan sumbersumber dana dan upaya-upaya perusahaan untuk mendapatkan dana yang berasal dari sumbersumber dana tersebut. Perusahaan dapat memperoleh dana dari sumber modal sendiri melalui penerbitan saham atau penahanan sebagian keuntungan perusahaan dalam bentuk laba ditahan (retained earning)sebagai alternatif sumber dana internal. Perusahaan dapat pula mencari dana yang berasal dari sumber modal asing melalui permohonan kredit kepada bank, menerbitkan obligasi, atau meminjam kepada kreditor lainnya. Sebagaikonsekuensinya,perusahaan terkena kewajiban membayar kompensasi kepada pada para penyedia dana dalam bentuk return. Return yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham berupa dividend atau pembagian keuntungan perusahaan dan berupacapital gain atau pertumbuhan positif harga saham yang merefleksi nilai perusahaan. Adapun kepada para kreditur dan pemegang obligasi, perusahaan berkewajiban membayar kompensasi dalam bentuk bunga atau kupon obligasi pada tingkat persentase tertentu atas total pinjaman sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dan pihak kreditur. Besarnya proporsi modal asing atas total modal perusahaan disebut sebagai tingkat leverage factor. 1.2 Rumusan Masalah 1. Definisi Financial Leverage dan Operasional Leverage 2. Pengertian Analisa Break Even Point 3. Degree of Operating Leverage 4. Degree of Financial Leverage 5. Degree of Total Leverage 6. Penggunaan analisis Break Even Point 7. Penentuan Degree of Operating Leverage, Degree of Financial Leverage, Degree of Total Leverage 1.3 Tujuan penulisan 1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan 2 2. Memberikan Informasi kepada pembaca mengenai Analisis Leverage dan Break Even Point 3. Mengetahui cara perhitungan tentang Financial Leverage, Operasional Leverage dan Break Even Point 4. Memahami penentuan Degree of Operating Leverage, Degree of Financial Leverage, Degree of Total Leverage dan penggunaan Break Even Point

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Financial Leverage dan Operasional Leverage Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban. Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Kalau pada operating leverage penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada financial leverage penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar saham biasa. (EPS = Earning Per Share). Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Kalau perusahaan dalam menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS-nya, dikatakan perusahaan itu menjalankan trading on the eqity Dengan demikian trading on the equity dapat didefinisikan sebagai penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap dimana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada beban tetap tersebut. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternative metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri atau pemegang saham biasa. Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa, atau sebagian dengan saham biasa dan sebagian lain dengan saham preferen atau obligasi, dimana dua sumber dana yang terakhir adalah disertai dengan beban tetap (dividen saham preferen dan bunga). Untuk menentukan income effect dari berbagai pembayaran (mix) atau berbagai alternafif metode pembelanjaan terhadap pendapatan pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) perlulah diketahui tingkat EBIT (Earning Before Interest & Tax) yang dapat menghasilkan EPS (Earning Per Share) yang sama besarnya antara berbagai pertimbangan atau alternative pemenuhan dana tersebut. Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya pada berbagai perimbangan pembelanjaan (financing mix) dinamakan Indifference Point atau Break-event point (dalam financial leverage).

2.2 Pengertian Analisa Break Even Point Banyak perencanaan kegiatan dalam perusahaan yang didasarkan atas perkiraan tingkat output. Pemahaman hubungan antara skala perusahaan, biaya operasi dan EBIT pada berbagai tingkat output disebut analisis volume biaya laba atau cost profit volume analisis yang sering disebut juga dengan break event analysis atau analisis break event. Suatu perusahaan mencapai kondisi keuangan yang break even ketika hasil penjualannya sama dengan biaya operasinya. 2.3 Analisis Leverage Operasi dan Leverage Keuangan Konsep operating dan financial Leverage sangat bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan, Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika semua biaya bersifat variabel, maka akan memberikan kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlukan tingkat penjualan minimum tertentu. Biaya tetap adalah biaya yang tidak terkait dengan operasi perusahaan, sehingga tidak ada kaitannya dengan penjualan perusahaan. Karena biaya tetap tidak terkait dengan penjulan perusahaan, maka biaya ini menjadi risiko yang hasus ditanggung oleh perusahaan. Biaya tetap perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Biaya tetap operasi Adalah biaya tetap dari aktivitas operasional perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini disebut risiko operasional. Biaya ini seperti biaya sewa gudang, biaya tenaga kerja bagian administrasi, dan lain-lain. 2. Biaya tetap keuangan Adalah biaya tetap karena perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini disebut risiko keuangan. Biaya ini berupa biaya bunga. 3. Biaya tetap total Adalah penjumlahan dari biaya tetap operasi dan keuangan. Risiko yang ditimblkan dari biaya ini disebut risiko bisnis atau perusahaan. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga menigkatkan variabilitas (risko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

LEVERAGE DAN LAPORAN RUGI LABA PT ASDB Laporan Rugi Laba 1 Januari 31 Desember 1989 ( dalam Rp 000,- ) A. BIAYA TETAP DAN VARIABEL Biaya variable adalah biaya yang dalam jangka pendek berubah karena perubahan operasi persuahaan. Biaya variable tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pemasaran langsung. Biaya tetap adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah karena variabilitas operasi (tingkat output yang dihasilkan) maupun penjualan. Biaya-biaya tersebut meliputi depresiasi bangunan kantor dan pabrik, kendaraan, peralatan kantor, asuransi kecelakaan, kesehatan dan gaji manajer. Dengan adanya biaya tetap pada struktur biaya perusahaan, maka untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu, perusahaan harus mampu menghasilkan penjualan inimum tertentu. Jika sebua biaya perusahaan bersifat variable, maka tidak ada risiko bagi perusahaan. Biaya tetap itu dapat diklasivikasikan menjadi: 1. Biaya tetap operasi 2. Biaya tetap keuangan 3. Biaya tetap total Biaya tetap operasi menimbulkan risiko operasi bagi perusahaan. Biaya ini timbul dari kegiatan operasi keuangan. Biaya tetap keuangan menimbulkan risiko keuangan. Biaya ini timbul karena penggunaan hutang sebagai sumber dana perusahaan. Biata tetap total adalah penjumlahan dari biaya tetap operasi dengan biaya tetap keuangan. Seluruh biaya tetap itu menimbulkan risiko bagi perusahaan. Risiko yang ditimbulkan oleh biaya tetap operasi disebut risiko operasi. Tingkat risiko tersebut secara kuantitaif dapat diukur dengan leverage operasi. Risiko yang ditimbulkan dari biaya tetap keuangan disebut risiko keuangan. Tingkat risiko tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage keuangan. Secara keseluruhan risiko operasi dan risiko keuangan disebut risiko bisnis atau risiko perusahaan. Tingkat risiko tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage total. 2.4 Operating Leverage Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage atau disingkat menjadi DOL. Sementara itu perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana denga biaya tetap ini disebut dengan degree of financial leverage (DFL). DOL PADA X = % PERUBAHAN EBIT % PERUBAHAN PENJUALAN

Setelah menghitung nilai DOL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DOL. DOL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah searan sebesar m% x DOL. Jadi DOL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap laba operasinya. 2.5 Financial Leverage Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial leverage dengan demikian menunjukan perubahan lab per lembar saham (earning per share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT. Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun) sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar 2.6 Combined Leverage Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Degree combined leverage adalah multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage adalah rasio antara persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan. Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS. Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of combined leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam hubungannya untuk menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karean penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai perusahaan juga kemakmuran pemegang saham menurun. Contoh Soal : The Corciva Inc. mempunyai data penjualan payung sebagai berikut : - Harga jual payung $50/unit. - Harga variabel sebesar 10% dari harga jual dan biaya tetap sebesar $3000. Hitunglah : a. Jika pada tahun 2004 terjual 1000 unit payung, berapakah DOL?

b. Jika interest yang harus dibayar sebesar $5000, berapakah DFL? c. Berapakah DCL perusahaan? Jawab : a. DOL = CM = 1.000($50-$5) = 45.000 = 1,07 EBIT 1.000(45)-3000 45.000-3.000 Artinya : perubahan te rhadap 1% penjualan akan mempengaruhi perubahan sebesar 1,07% pada operating income. b. DFL = EBIT = 42.000 = 1,14 EBIT INTEREST 42.000 5.000 Artinya : perubahan 1% pada EBIT mempengaruhi perubahan EPS sebesar 1,14%. c. DCL = DOL x DFL = 1,07 x 1,14 = 1,22 Artinya : setiap perubahan 1% penjualan akan mempengaruhi perubahan pada EPS sebesar 1,22%. d. Jika ditargetkan penjualan naik 10% pada satu tahun mendatang, maka diperkirakan EBIT perusahaan naik sebesar 10,7% (1,07 x 10%) dan EPSnya diperkirakan naik sebesar 12,2% (1,22 x 10%, atau 1,14 x 10,7%) 2.7 Metode Analisis Metode analisis untuk menghitung finansial leverage pada PT. SEPATU BATA penulis menggunakan metode Degree Finansial Leverage (DFL). Degree Finansial Leverage (DFL) seperti telah di jelaskan sebelumnya adalah perubahan laba perlembar saham (EPS) karena perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Atau rasio antara presentase perubahan EPS dibanding dengan presentase perubahan EBIT. Yang dapat diformulasikan menjadi : Dimana EPS adalah perubahan EPS sedangkan EBIT adalah perubahan EBIT.Karena DFL berbeda untuk setiap EBIT maka perlu diberikan tingkat EBIT tertentu dalam mengukur finansial leverage persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi : Apabila tidak ada deviden saham preferen dan I merupakan pembayaran bunga hutang maka persamaan DFL menjadi : Hasil Analisis

Dibawah ini disajikan data hasil pengolahan yang berupa laporan keuangan rugi/laba PT. SEPATU BATA (tahun 1999-2000) dimulai dari EBIT hingga EPS. Kemudian berdasarkan data tersebut menghitung DFL. PT SEPATU BATA LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 1999 DAN 2000 (Dalam ribuan rupiah, kecuali data persaham) Keterangan 1999 2000 Perubahan Laba usaha (EBIT) 13.125.367 8.868.784 4.256.583 32.4 Pendapatan (Beban) lain-lain : Pendapatan bunga 125.406 101.522 Beban bunga (4.834.580) (6.116.889) Laba (rugi) selisih kurs bersih (5.920) 23.575 Laba penjualan aktiva tetap 41.416 38.153 Jumlah pendapatan (beban) (4.676.887) (5.950.376) lain-lain Laba sebelum pajak 8.448.480 2.918.408 penghasilan Pajak penghasilan : Tahun berjalan 3.586.657 2.697.210 Yang ditangguhkan (987.981) (305.185) Laba bersih (EAT) 3.281.472 1.709.229 1.209.179 Laba usaha perlembar saham Laba bersih perlembar saham 5.167.008 1.101 397 682 93 304 76.6 Pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah EBIT yang sebelumnya sebesar Rp. 13.125.367 (tahun 1999) menjadi Rp. 8.868.784 (tahun 2000), dan juga terjadi perubahan jumlah EPS yang sebelumnya sebesar Rp. 397 perlembar saham (tahun 1999) menjadi Rp. 93 perlembar saham (tahun 2000). Sehingga Degree Finansial Leverage (DFL) dapat dihitung sebagai berikut :

= 2,36 x atau pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah EBIT sebesar 32,4% menyebabkan menurunnya jumlah EPS sebesar 76,6% = 2,36 x 2.8 Penggunaan Analisis Break Even Point a. Indifference Point antara Hutang dengan Saham Biasa Pembedaan tingkat EBIT akan mempunyai income effect yang berbeda terhadap EPS pada berbagai perimbangan pembelanjaan atau financing mix. Pada suatu tingkat EBIT tertentu, suatu peimbangan pembelanjaan Hutang - Saham Biasa 40 60 (atau leverage factor 40%) mempunyai income effect yang paling besar terhadap EPS dibandingkan dengan perimbangan yang lain, misalkan 15 85 (LF 15%). Apabila tingkat EBIT turun misalkan, maka mungkin perimbangan yang lain yang mempunyai efek paling menguntungkan terhadap EPS. Untuk dapat mengetahui perimbangan pembelanjaan yang mana yang mempunya income effect yang terbesar terhadap EPS pada setiap tingkat EBIT, maka perlulah ditentukan lebih dahulu indifference point antara berbagai perimbangan pembelanjaan tersebut. Analisis indifference point ini sering pula disebut analisis EBIT EPS. Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS) nampak pada tabel di bawah ini: Efek dari berbagai perimbangan pembelanjaan terhadap EPS. Alternatif I Hutang 40 % Saham Biasa 60% Alternatif II Hutang 15 % Saham Biasa 85% Alternatif III Hutang 0 % Saham Biasa 100% Jumlah dana yang diperlukan Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Dipenuhi dengan:

Saham Biasa Lembar saham (Rp 100,00 /lembar) 5% Obligasi Alternatif I Hutang 40 % Saham Biasa 60% Rp 1.200.000,00 12.000 lembar Rp 800.000,00 Alternatif II Hutang 15 % Saham Biasa 85% Rp 1.700.000,00 17.000 lembar Rp 300.000,00 Alternatif III Hutang 0 % Saham Biasa 100% Rp 2.000.000,00 20.000 lembar Rp 0,00 EBIT = Rp 60.000,00 EBIT Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 Bunga Obligasi (5%) Rp 40.000,00 Rp 15.000,00 Rp 0,00 Keuntungan Sebelum Pajak (EBT) Rp 20.000,00 Rp 45.000,00 Rp 60.000,00 Pajak Penghasilan (50%) Rp 10.000,00 Rp 22.500,00 Rp 30.000,00 Keuntungan Netto sesudah Pajak (EAT) Rp 10.000,00 Rp 22.500,00 Rp 30.000,00 Pedapatan per lembar saham (EPS) = EAT T Jml lembar saham biasa Rp 0,83 Rp 1,32 Rp 1,50 Alternatif I Hutang 40 % Saham Biasa 60% Alternatif II Hutang 15 % Saham Biasa 85% Alternatif III Hutang 0 % Saham Biasa 100% EBIT = Rp 120.000,00 EBIT Rp 120.000,00 Rp 120.000,00 Rp 120.000,00 Bunga Obligasi (5%) Rp 40.000,00 Rp 15.000,00 Rp 0,00 Keuntungan Sebelum Pajak (EBT) Rp 80.000,00 Rp 105.000,00 Rp 120.000,00 Pajak Penghasilan (50%) Rp 40.000,00 Rp 52.500,00 Rp 60.000,00 Keuntungan Netto sesudah Pajak (EAT) Rp 40.000,00 Rp 52.500,00 Rp 60.000,00 Pedapatan per lembar saham (EPS) = EAT T Jml lembar saham biasa Rp 3,33 Rp 3,09 Rp 3,0

Alternatif I Hutang 40 % Saham Biasa 60% Alternatif II Hutang 15 % Saham Biasa 85% Alternatif III Hutang 0 % Saham Biasa 100% EBIT = Rp 100.000,00 EBIT Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 Bunga Obligasi (5%) Rp 40.000,00 Rp 15.000,00 Rp 0,00 Keuntungan Sebelum Pajak (EBT) Rp 60.000,00 Rp 85.000,00 Rp 100.000,00 Pajak Penghasilan (50%) Rp 30.000,00 Rp 42.500,00 Rp 50.000,00 Keuntungan Netto sesudah Pajak (EAT) Rp 30.000,00 Rp 42.500,00 Rp 50.000,00 Pedapatan per lembar saham (EPS) = EAT T Jml lembar saham biasa Rp 2,50 Rp 2,50 Rp 2,50 Sumber: Munawir, Analisis Laporan Keuangan Dari tabel di atas tampak bahwa pada tingkat EBIT Rp 60.000,00 alternatif yang mempunyai efek pendapatan yang paling besar terhadap EPS adalah alternatif III dimana EPS-nya adalah Rp 1,50, sedangkan alternatif I dan II masing-masing sebesar Rp 0,83 dan Rp 1,32. Selanjutnya pada tingkat EBIT Rp 120.000,00 keadaannya berubah, bukan lagi alternatif iii yang paling besar income effect nya terhadap EPS, melainkan alternatif I yang paling baik dimana EPS nya ebesar Rp 3,33 sedagkan alternatif II dan III masing-masing sebesar Rp 3,09 dan Rp 3,0. Tingkat EBIT Rp 100.000,0 ternyata merupakan indifference point dari Hutang - Saham Biasa, dimana pada tingkat EBIT tersebut EPS pada berbagai alternatif adalah sama yaitu Rp 2,50. Apabila sebelumnya perusahaan tersebut belum mempunyai obligasi, maka besarnya indifference point tersebut dapat dihitung secara langsung dengan menggunakan rumus aljabar sbb.: Saham Biasa versus Obligasi : x (1-t) S1 = (x-c) (1-t) S2 Keterangan: X = EBIT pada indifference point. C = Jumlah bunga obligasi dinyatakan dalam rupiah. t = Tingkat pajak perseroan. S = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa. 1 S 2 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa dan obligasi secara bersama-sama. Berdasarkan rumus tersebut, indifference point dari contoh di atas dengan mengambil alternatif I dan III dapat dihitung sbb.: 0,5 x 0,5 (x - 40.000) Saham Biasa versus Obligasi : = 20.000 12.000

0,5 x (12.000) = 20.000 (0,5 x - 20.000) 6.000 x = 10.000 x 400.000.000 4.000 x = 400.000.000 x = 100.000 x = Rp 100.000,00 Apabila diambil alternatif II dan III, hasilnya pun akan sama, yaitu: Saham Biasa versus Obligasi : 0,5 x 0,5 (x - 15.000) = 20.000 17.000 0,5 x (17.000) = 20.000 (0,5 x - 7.500) 8.500 x = 10.000 x 150.000.000 1.500 x = 150.000.000 x = 100.000 x = Rp 100.000,00

Gambar indifference point dari berbagai alternatif pembelanjaan tersebut nampak pada gambar di bawah ini:

Apabila suatu perusahaan sebelumnya sudah mempunyai obligasi dan akan mengeluarkan obligasi baru, maka rumus perhitungan indifference point di depan perlu diadakan penyesuaian menjadi: Saham Biasa versus Obligasi : (x-c1) (1-t) S1 = (x-c2) (1-t) S2 Keterangan: X = EBIT pada indifference point. C1 = Jumlah bunga dalam rupiah yang dibayarkan dari jumlah pinjaman yang telah ada. C2 = Jumlah bunga dalam rupiah yang dibayarkan baik untuk pinjaman yang telah ada (yang lama) maupun pinjaman baru. T = Tingkat pajak perseroan. S1 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa. S2 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa dan obligasi secara bersama-sama. Contoh: Suatu perusahaan mempunyai modal sebesar Rp 1.000.000,00 yang terdiri dari saham biasa sebesar Rp 800.000,00 (800 lembar) dan 4% Obligasi sebesar Rp 200.000,00. Perusahaan merencanakan mengadakan perluasan usaha dan untuk itu diperlukan tambahan dana sebesar Rp 200.000,00. Tambahan dana itu akan dapat dipenuhi dengan emisi saham baru atau dengan mengeluarkan obligasi baru dengan bunga 6 % per tahun. Tax rate = 50%. Berdasarkan rumus di atas maka besarnya indifference point dapat dihitung sbb.: C1 = Jumlah bunga dari pinjaman yang telah ada. 4% x Rp 200.000,00 = Rp 8.000,00 C2 = Jumlah bunga untuk pinjaman lama dan pinjaman baru. (4% x Rp 200.000,00) + (6% x Rp 200.000,00) pinjaman lama pinjaman baru

kalau tambahan dana sebesar Rp 20.000,00 sepenuhnya dipenuhi dengan obligasi baru S1 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa. a) lembar saham biasa yang telah ada = 800 lembar b) lembar saham baru = 200 lembar + Jumlah = 1.000 lembar S2 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana sepenuhnya dipenuhi dengan menjual obligasi baru yaitu sebanyak 800 lembar. Indifference pointnya dapat dicari sebagai berikut: Saham Biasa versus Obligasi : (x 8.000) (0,5) (x 8.000 12.000) (0,5) = 1.000 800 0,5 x 4.000 0,5x 10.000 = 1.000 800 0,5 x - 4.000 (800) = (0,5 x - 10.000) (1.000) 400 x 3.200.000 = 500 x 10.000.000 100 x = 6.800.000 x = 68.000 x = Rp 68.000,00