BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan.

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, meskipun sebagai bahan makanan pokok,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman dari suku rumput-rumputan yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, Produksi, Padi. ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

Sumber : Nurman S.P. (

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penggunaan Bactoplus Seri Padi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu, kelompok, atau masyarakat untuk memecahkan masalah dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik (Setiana, 2005). Metode dan teknik penyuluhan pertanian dapat dibagi menjadi tiga yaitu penggolongan berdasarkan teknik komunikasi, penggolongan berdasarkan jumlah sasaran, penggolongan berdasarkan indera penerima. Dilain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. 2.2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor dalam adopsi inovasi (Sormin, 2012). Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani dalam penentuan sikap petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan secara umum antara lain pendidikan, media

massa/informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Pengetahuan lebih mudah diterima ketika sumber informasi dan cara penyampaiannya baik. Sumber informasi atau ketersediaan informasi yang memadai namun tidak dibarengi dengan cara penyampaian yang tepat akan menghambat masuknya informasi ke petani. Sebagai salah satu aspek dari perilaku, pengetahuan menjadi suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi. Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku pada diri individu, dimana pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut, demikian pula sebaliknya. Pengetahuan menjadi dasar sebuah adopsi dapat dilakukan dengan baik atau tidak (Welson, 2011). Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betulbetul dilakukan. Cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Cara Tradisional 1). Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran. 2). Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu. Cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. 3). Melalui Jalan Pikiran. Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran. b. Cara Modern Cara dalam memperoleh pengetahuan dengan cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkat yaitu : a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2005) 2.3. Sikap Sikap merupakan pandangan terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, kedua hal tersebut dipadukan sehingga menghasilkan suatu kecenderungan tindakan menerima atau menolak sesuai dengan sikap objek itu (Gerungan, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap secara umum antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, nedia massa, institusi pendidikan dan agama, serta faktor emosi dalam diri. Sikap senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek dan suatu keadaan. Tidak ada sikap tanpa ada objek. Sikap dibedakan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif akan terjadi apabila terdapat suatu kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan sebaliknya sikap negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang

menolak terhadap suatu objek tertentu (Sarwono, 2005). Pengetahuan dan sikap tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena suatu sikap akan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki. Tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu : a). Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Hal tersebut representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial. b). Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. c). Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapi. Adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Triadic Scheme)( Yusuf, 2006 ). Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yakni ; 1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terusterusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. 2) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Hal mengenai objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. 3) Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu. 4) Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007 ). 2.4. Keterampilan Keterampilan petani merupakan proses komunikasi pengetahuan untuk mengubah perilaku petani menjadi efektif, efisien dan cepat melalui pengembangan

teknologi (Padmowihardjo, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan secara umum antara lain bakat, pengalaman, sifat fisik, jenis kelamin, dan usia. Bakat merupakan berasal dari lahir atau kebiasaan yang membentuk menjadi sebuah keahlian atau keterampilan. Pengalaman membentuk seseorang dalam menentukan keterampilan dimana hal yang pernah dilakukan menjadikannya pelajaran untuk meningkatkan diri. Sifat fisik berarti kemampuan fisik seseorang dalam melaksanakan pekerjaan dimana dalam pertanian diperlukan fisik yang mumpuni untuk menjalan usahatani dengan baik. Jenis kelamin antara pria dan wanita memiliki karakteristik tersendiri dalam usahatani. Usia berkaitan erat dengan usia produktif seseorang dimana seseorang berada pada usia produktif akan memiliki kemampuan yang maksimal. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam pengembangan pertanian dalam hal budidaya dan pengolahan tanaman hingga mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja psychomotoric-skill (Setiana, 2005). 2.5. Sistem Agribisnis Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Dalam arti luas agribisnis adalah kegiatan usaha yang

menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Sistem agribisnis terdiri dari beberapa subsistem, diantaranya subsistem hulu, subsistem proses usahatani, subsistem hilir dan subsistem penunjang. Subsitem hulu meliputi pengolahan lahan dan pemilihan benih yang baik. Subsistem proses usahatani meliputi penanaman benih, pemupukan anorganik dan organik, pemberian air, penyiangan, pengendalian hama (Mutakin, 2008). Subsistem hilir meliputi proses panen, pengolahan pascapanen dan pemasaran produk. Subsistem penunjang meliputi kelembagaan pertanian. Sistem agribisnis menghasilkan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan. 2.6. Padi (Oryza sativa) Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras yang menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman budidaya semusim terpenting di dunia. Morfologi padi adalah berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai. Akarnya serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga

lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Padi merupakan tanaman yang dapat ditemukan dimana-mana namun tanaman padi tidak dapat tumbuh disembarang tempat. Ada beberapa syarat tumbuh untuk tanaman padi antara lain : Tanaman padi dapat tumbuh optimal di iklim yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, dan sinar matahari (Ina, 2007). 1. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200mm/buln atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang baik akan akan mencukupi kebutuhan tumbuh optimal padi. 2. Tanaman padi dapat tumbuh optimal pada suhu 23 o C- 32 o C. Pengaruh suhu terhadap tanaman padi ialah kehampaan pada biji 3. Tinggi tempat yang optimal untuk tanaman padi antara 0-650 mdpl. 4. Tanaman padi membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis terutama proses penggembungan dan kemasakan buah padi. Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, pasca panen (Suratiah, 2008). Tanaman padi dapat dibudidayakan dilahan kering atau lahan basah (sawah). Namun di Indonesia budidaya padi lebih dominan dilakukan di lahan sawah. Berdasarkan proses budidaya, padi dibedakan menjadi dua yaitu padi organik dan padi konvensional. Perbedaan untuk bertani padi organik dan konvensional terletak pada input yang digunakan pada pertanian padi organik memanfaatkan hasil alam

sebagai pupuk dan pestisida alami, sehingga menghasilkan output yang alami, sehat dan ramah. Pemberian pupuk organik berupa pupuk jerami padi memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Kondisi pengairan yang tidak selalu tergenang akan memberikan lingkungan aerob yang menguntungkan mikroorganisme tanah dan pertumbuhan serta perkembangan perakaran tanaman (Suardi, 2002). 2.7. Produksi Produksi adalah kemampuan luas lahan menghasilkan produksi padi sawah dengan kata lain jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan dibagi dengan luas lahan dihasilkan dengan satuan ton (Hasyim, 2006). Produksi padi yang ada sekarang ini di Indonesia berkisar antara 6-7 GKP ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2015) Faktor yang mempengaruhi produksi meliputi antara lain luas lahan, modal, sistem usahatani secara komprehensif, dan tenaga kerja (Murdiantoro, 2011). Luas lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani padi. Semakin luas lahan, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut (Rahim dan Hastuti, 2007). Lahan yang luas perlu didukung oleh kesuburan tanah tersebut sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Peningkatan produksi teknologi memang sangat diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi baru (Slamet, 2003). Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju.