BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ICAO (International Civil Aviation Organization)

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

PA U PESAW PESA AT A T TER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

Physical Characteristics of Aerodromes

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ukuran Bandar Udara

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

PENGARUH LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG PADA PERENCANAAN PANJANG LANDASAN DENGAN STANDAR A.R.F.L. Oleh : Dwi Sri Wiyanti. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

[[PERANCANGAN INTERIOR BANDARA INTERNASIONAL KERTAJATI MAJALENGKA]] BAB I PENDAHULUAN

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KULIAH LAPANGAN TERBANG I (Airport Engineering)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Berangkat Transit Total % Pertumbuhan

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG

1.1. Latar Belakang Masalah 1

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Variabel-variabel Pesawat

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DESAIN KEBERANGKATAN AREAL CURBSIDE PADA BANDAR UDARA SULTAN HASANUDDIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN

ABSTRAK. Kata kunci : runway, taxiway dan apron I. PENDAHULUAN

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menambah peluang menurunnya jaminan kualitas keselamatan transportasi.

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB I LATAR BELAKANG

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang ada yaitu pada tahun 2028 perkiraan jumlah penumpang

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

TUGAS AKHIR BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

BAB II BATASAN DAN PENGERTIAN TENTANG BANDAR UDARA

1.1 Latar Belakang 1.2 Pengertian Penerbangan dan Bandar Udara serta Keberadaannya dalam Masyarakat yang Berkembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. LU dan antara 133,5-133,5 BT dengan luas wilayah 6,269 km 2 yang terbagi. dalam dua kelurahan 117 Desa dan 7 Kecamatan.

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

STUDI PENGEMBANGAN SISI UDARA BANDAR UDARA MALI KABUPATEN ALOR UNTUK JENIS PESAWAT BOEING

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization), Bandar Udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Menurut Undang-undang No.15 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2001, Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan / atau bongkar muat kargo dan / atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. 2.2. Pengertian Landasan Pacu ( Runway ), Taxyway dan Apron a. Landasan Pacu ( Runway ) Menurut SKEP 161 IX (Petunjuk Perencanaan Runway, Taxiway dan Apron, 2003, Runway) adalah jalur perkerasan yang dipergunakan 10

11 oleh pesawat terbang untuk mendarat (landing) atau lepas landas (take off). Menurut Horonjeff sistem runway di suatu Bandara terdiri dari perkerasan struktur, bahu landasan (shoulder), bantal hembusan (blast pad), dan daerah aman runway (runway end safety area). Uraian dari sistem runway (dapat dilihat pada gambar 2.1 ) adalah sebagai berikut. 1. Perkerasan struktur mendukung pesawat sehubungan dengan beban struktur, kemampuan manuver, kendali, stabilitas dan kriteria dimensi dan operasi lainnya. 2. Bahu landasan (shoulder) yang terletak berdekatan dengan pinggir perkerasan struktur menahan erosi hembusan jet dan menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat. 3. Bantal hembusan (blast pad) adalah suatu daerah yang dirancang untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan dengan ujungujung runway yang menerima hembusan jet yang terus-menerus atau yang berulang. ICAO menetapkan panjang bantal hembusan 100 feet (30 m), namun dari pengalaman untuk pesawat-pesawat transport sebaiknya 200 feet (60 m), kecuali untuk pesawat berbadan lebar panjang bantal hembusan yang dibutuhkan 400 feet (120 m). Lebar bantal hembusan harus mencakup baik lebar runway maupun bahu landasan. 4. Daerah aman runway (runway end safety area) adalah daerah yang bersih tanpa benda-benda yang mengganggu, diberi drainase, rata dan mencakup perkerasan struktur, bahu landasan, bantal hembusan dan

12 daerah perhentian, apabila disediakan. Daerah ini selain harus mampu untuk mendukung peralatan pemeliharaan dan dalam keadaan darurat juga harus mampu mendukung pesawat seandainya pesawat karena sesuatu hal keluar dari landasan. Gambar 2.1 Tampak Atas Unsur Unsur Runway Sumber : Ari Sandhyavitri & Hendra Taufik Dalam melakukan analisa lebar landas pacu (runway) baik untuk perencanaan pembangunan baru, maupun untuk perencanaan pengembangan landas pacu (runway) beberapa ketentuan klasifikasi lebar runway harus dipenuhi sebagai standar perencanaan Bandar Udara yaitu ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Lebar landas pacu yang direkomendasikan diperlihatkan dalam tabel 2 1.

13 Tabel 2.1 Lebar Landasan Pacu ( Runway ) Berdasarkan Annex 14 Kode ( No ) Kode ( huruf ) A B C D E F 1 18m 18m 23m - - - 2 23m 23m 30m - - - 3 30m 30m 30m 45m - - 4 - - 45m 45m 45m 60m Sumber : Annex 14, 2004 Keadaan sekeliling Bandara juga mempengaruhi panjang pendeknya runway. Keadaan ( condition ) yang penting diperhatikan adalah seperti di bawah ini : 1. Temperatur Keadaan temperatur Bandara pada masing-masing tempat tidak sama. Makin tinggi temperatur di Bandara makin panjang runwaynya. Sebab semakin tinggi temperatur maka densitynya makin kecil yang mengakibatkan thrust ( kekuatan mendesak ) pesawat ( untuk lari diatas landasan) itu berkurang. Sehingga dengan kondisi seperti ini akan dituntut runway yang panjang.

14 2. Surface wind ( angin yang lewat di atas permukaan landasan ) Gambar 2.2 Surface wind Sumber : Achmad Zainuddin Panjang runway sangat ditentukan oleh angin. Dibedakan atas 3 keadaan. ( lihat gambar 2.2 ) a) Keadaan ( a ) arah angin = arah pesawat, hal ini akan memperpanjang landasan. b) Keadaan ( b ) arah angin berlawanan dengan arah pesawat, hal ini akan memperpendek landasan. c) Keadaan ( c ) arah angin tegak lurus arah pesawat, hal ini tidak mungkin dipakai suatu perencanaan. 3. Runway Gradient ( Kemiringan Landasan ) Kemiringan ini juga mempengaruhi panjang pendek landasan. Tanjakan landasan akan menyebabkan tuntutan panjang yang lebih jika dibandingkan apabila panjang landasan itu datar ( rata ). Landasan yang menurun juga mempengaruhi panjang runway dimana panjang runway

15 akan menjadi lebih pendek ( memperpendek panjang runway yang dituntut ). Hubungan kemiringan dan pertambahan panjang mendekati linear, sebagai perbandingan panjang, maka : a). untuk runway yang melayani jenis pesawat turbo jet maka tiap 1 % dari kemiringan akan menuntut 7 10 % pertambahan panjang, b). pada peraturan peraturan penerbangan maka kemiringan yang dipakai pada ummnya kemiringan average uniform gradient ( kemiringan rata rata yang sama ), walaupun kemiringan tanah itu tidak sama ( tidak uniform gradient ). 4. Altitude of the airport ( ketinggian ) Bila Bandara letaknya semakin tinggi dari permukaan laut maka hawanya lebih tipis dari hawa laut ( temperatur semakin kecil ) sehingga pada landasan membutuhkan runway yang lebih panjang. Makin tinggi letak runway dari permukaan laut maka ada perpanjangan runway yaitu setiap naik 1000ft perpanjangannya 7 %. 5. Condition of the runway surface Adanya genangan air akan menyebabkan runway lebih panjang karena pada waktu take off pesawat mengalami hambatan hambatan kecepatan dengan adanya genangan air tersebut. Dengan adanya genangan genangan air tersebut juga menyebabkan percikan percikan air yang membahayakan bagian bagian mesin pesawat.

16 b. Landas hubung/taxiway Menurut Basuki (1984), landas hubung/taxiway berfungsi sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu ke apron dan sebaliknya, atau dari landas pacu ke hanggar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian sehingga pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang sedang taxiing, siap menuju ujung lepas landas. Di banyak lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan landasan sehingga pesawat yang mendarat harus diperlambat sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum berbelok masuk taxiway. Namum sebuah taxiway yang direncanakan untuk pesawat berbelok dengan kecepatan tinggi meninggalkan landasan, akan mengurangi waktu pemakaian landasan. Gambar 2.3. Taxiway

17 c. Apron Menurut SKEP - 161 - IX Petunjuk Perencanaan Runway, Taxiway dan Apron (2003), apron adalah suatu bagian tertentu dari bandar udara yang dipergunakan untuk menaikkan/menurunkan penumpang ke/dari pesawat, bongkar muat barang atau pos, pengisian bahan bakar, parkir dan pemeliharaan pesawat. Apron berada pada sisi udara (air side) yang langsung bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan dengan taxiway yang menuju ke landasan pacu. Geometri apron ditentukan oleh layout parkir, jumlah dan ukuran gates serta geometri pesawat yang dilayani. Gambar 2.4. Apron

18 2.3. Permintaan Transportasi (Transport Demand) Menurut Basuki dan Ervianto dalam Penelitian Perhitungan Kapasitas Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta (2004), transport demand (permintaan akan transport) adalah jenis permintaan tak langsung, berawal dari kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Sarana transportasi adalah barang produsen yang turut berperan dalam proses produksi. Fungsi utamanya adalah menjembatani jarak geografis antara produsen dan konsumen. Berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi permintaan transportasi. Faktor utama yang mempengaruhi permintaan transportasi (Transportation and Road Research Laboratory, 1990) : 1. di bawah kontrol operator, meliputi : tarif, tingkat pelayanan, kenyamanan penumpang, publikasi dan informasi tentang pelayanan yang dilakukan, 2. di luar kontrol operator, meliputi : kepemilikan mobil, biaya perjalanan, lokasi pemukiman, pertokoan, tempat kerja dan pengaturan tata guna lahan lainnya, tingkat kesejahteraan pemakai potensial transportasi umum. 2.4. Kapasitas Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), kapasitas adalah kemampuan memproses pada suatu fasilitas pelayanan dalam jangka waktu tertentu. Kapasitas merupakan suatu ukuran penting untuk mengetahui tingkat keefektifan dari suatu bandara. Untuk perencanaan bandar udara, kapasitas

19 dapat didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat terbang dalam jangka waktu tertentu yang berhubungan dengan tingkat penundaan rata-rata yang dapat diterima. Kapasitas juga dapat didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan pada suatu lapangan udara pada suatu waktu tertentu ketika ada permintaan akan pelayanan yang berkesinambungan. Permintaan akan pelayanan yang berkesinambungan ini berarti selalu terdapat pesawat yang siap untuk lepas landas atau mendarat. Definisi ini dinyatakan sebagai kapasitas ultimit (ultimate capacity) atau maximum troughtput rate. Analisis kapasitas menurut Ashford dan Wright (1992), memungkinkan untuk perencana bandar udara untuk menentukan jumlah landasan pacu yang diperlukan, untuk mengidentifikasi konfigurasi yang sesuai dan untuk membandingkan beberapa alternatif desain. Analisis kapasitas bandar udara dilakukan untuk memenuhi dua tujuan : 1. mengukur secara objektif kemampuan dari berbagai komponen sistem bandar udara untuk penanganan penumpang dan arus pesawat, 2. memperkirakan keterlambatan dalam sistem pada berbagai tingkat permintaan. Menurut Ashford dan Wright (1992), ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kapasitas dari suatu sistem landasan pacu. Faktor - faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu yang berhubungan dengan :

20 1. Kontrol lalu lintas udara 2. Karakteristik permintaan 3. Kondisi lingkungan di sekitar bandar udara 4. Layout dan desain dari sistem landasan pacu