BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENYELIDIKAN GEOLOGI TEKNIK LOKASI BANDARA BARU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Transportasi udara Indonesia saat ini sedang giat untuk berbenah diri. Salah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. BAB I. Pendahuluan 1

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sukajadi dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Bab I Pendahuluan)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya dengan baik. Pengelolaan yang dilakukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI III-1

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter 2

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki wilayah sangat luas dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. prasarana dan sarana kota yang lengkap dan baik serta merupakan pusat utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

Transkripsi:

I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, transportasi memiliki peranan yang penting dalam perkembangan suatu negara, sehingga kegiatan perencanaan dalam pembangunan sarana dan prasarana perlu dilakukan secara matang untuk menghasilkan konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana dalam transportasi udara. Perencanaan lokasi sampai konstruksi bangunan bandara ini perlu dilakukan dengan tepat untuk menghasilkan bangunan yang tahan lama dan efisien. Integrasi dari berbagai bidang ilmu diperlukan untuk menghasilkan perencanaan pembangunan yang baik. Geologi teknik juga menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan konstruksi ini. Geologi teknik yang mencakup aspek morfologi, litologi dan sifat keteknikannya, struktur geologi, dan hidrogeologi adalah hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang ahli geologi untuk menentukan calon lokasi suatu kawasan konstruksi. Beberapa aspek ini berkonstribusi besar terhadap perencanaan konstruksi bandara yang dilakukan oleh ahli sipil, seperti penggalian, penimbunan, dan perkerasan landasan. Aspek kebencanaan juga perlu mendapat perhatian untuk mencegah adanya kerusakan terhadap konstruksi yang telah didirikan. Ahli geologi diperlukan untuk memberikan rekomendasi kemungkinan bencana geologi yang 1

2 akan terjadi berdasarkan kondisi geologi yang menyusun kawasan konstruksi tersebut. Dengan adanya analisis kebencanaan terhadap suatu kawasan konstruksi, diharapkan dapat mengantisipasi bencana tersebut dengan meminimalisasi dampak negatif yang dihasilkan. Menurut PT.Angkasa Pura 1 (2012), salah satu bandara di Yogyakarta, Bandara Adisutjipto, sudah dilakukan evaluasi pembangunannya dan dapat dikatakan kurang aman karena lokasinya sangat dekat dengan pemukiman padat penduduk. Selain itu, bandara ini diperkirakan tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan penerbangan di kawasan Yogyakarta yang merupakan kawasan wisata, yaitu mencapai 2-3 juta penumpang per tahunnya. Oleh karena itu, PT. Angkasa Pura 1 (Persero) bersama Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta berencana untuk memindahkan Bandara Yogyakarta ke tempat yang lebih aman untuk penerbangan. Lokasi yang ditetapkan sebagai pengganti Bandara Adisutjipto yaitu sepanjang Pantai Congot Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Kawasan ini dipilih dengan pertimbangan yang menyangkut aspek keamanan dalam operasi penerbangan karena daerah tersebut memiliki kemiringan lereng yang kecil dan akses yang mudah dijangkau dari dan ke Kota Yogyakarta. Pemukiman yang belum padat penduduk juga menjadi pertimbangan pemilihan kawasan tersebut. Studi geologi masih menjadi penentu lokasi ini untuk dikembangkan sebagai kawasan bandara. Sejauh ini, pra studi kelayakan sedang dilakukan oleh Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, yaitu penyelidikan tanah yang meliputi pemboran, uji CPT (Cone Penetration Test), dan uji CBR (California

3 Bearing Ratio). Namun, penyelidikan aspek geologi teknik pada kawasan tersebut belum dievaluasi secara detil dan belum ada rekomendasi lebih lanjut untuk calon lokasi pembangunan bandara dari aspek tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi geologi teknik lokasi bandara dengan melakukan pemetaan geologi teknik yang terdiri dari aspek morfologi, litologi dan sifat keteknikannya, struktur geologi, dan tata guna lahan. Data kebencanaan geologi seperti peta landaan tsunami kawasan Kulon Progo oleh BPDP-BPPT, peta potensi banjir Yogyakarta Maret - Mei 2015 oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta peta percepatan maksimum tanah (Peak Ground Acceleration / PGA) Indonesia yang difokuskan terhadap lokasi penelitian oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 dianalisis dalam penelitian ini. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis, pemerintah, dan peneliti selanjutnya. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu geologi dalam menyelesaikan permasalahan geologi terapan, terutama dalam perencanaan pembangunan konstruksi berdasarkan aspek geologi teknik dan bermanfaat sebagai kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan terkait perencanaan pembangunan konstruksi bandara di kawasan tersebut.

4 I.2. Rumusan Masalah Calon lokasi bandara baru Yogyakarta diusulkan oleh PT.Angkasa Pura 1 (Lampiran 1) dengan pertimbangan keamanan penerbangan pada kawasan tersebut. Calon lokasi ini sedang dilakukan pra studi kelayakan oleh Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM, yaitu penyelidikan tanah yang meliputi pemboran, uji CPT (Cone Penetration Test), dan uji CBR (California Bearing Ratio). Pada calon lokasi bandara tersebut, belum dilakukan pemetaan geologi teknik yang terdiri dari aspek morfologi, litologi dan sifat keteknikannya, struktur geologi, tata guna lahan, serta analisis kapasitas dukung tanah terhadap konstruksi oleh PUSTRAL UGM. Padahal analisis ini merupakan analisis yang penting untuk pembangunan bandara. Sejauh ini, pihak PUSTRAL UGM hanya memberi gambaran kemungkinan akan dilakukan perkerasan pada landasan pacu. Namun, belum dilakukan analisis perkerasan dengan tipe tertentu menggunakan data CBR yang sudah dihasilkan. Aspek kebencanaan geologi kemungkinan belum sepenuhnya menjadi perhatian bagi pengambil keputusan. Maka dari itu, penelitian ini juga akan mempertimbangkan pembangunan dari aspek kebencanaan geologi. I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Melakukan evaluasi kondisi geologi teknik calon lokasi pembangunan bandara baru Yogyakarta melalui pemetaan geologi teknik yang meliputi

5 pemetaan morfologi, litologi, dan sifat keteknikannya, struktur geologi, dan tata guna lahan; 2. Melakukan analisis daya dukung tanah untuk penentuan tipe tanah dan kedalaman fondasi bangunan terminal bandara; 3. Menentukan tipe perkerasan yang akan diterapkan pada landasan pacu dan kecocokan dengan pesawat terbesar rencana yang akan melintasi landasan tersebut; 4. Melakukan evaluasi bencana geologi yang berpengaruh terhadap pembangunan konstruksi di kawasan tersebut. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberi manfaat baik bagi penulis, pemerintah, dan peneliti selanjutnya. Bagi penulis, penelitian ini dijadikan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu geologi dalam mengkaji dan menyelesaikan permasalahan geologi terapan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan konstruksi berdasarkan aspek geologi teknik. Ini bermanfaat sebagai kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, baik lokasi yang diteliti maupun topik penelitian. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan terkait perencanaan pembangunan konstruksi bandara di sepanjang Pantai Congot Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

6 I.5. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian ini berada di sepanjang Pantai Congot - Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dimana bandara baru direncanakan akan dibangun (Gambar 1.1.). Gambar 1.1. Lokasi Penelitian

7 I.6. Peneliti Terdahulu 1. Van Bemmelen (1949) Penelitian ini membahas mengenai kawasan Kulon Progo yang terletak di zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu jalur Pegunungan Serayu Selatan paling timur. Bentuk tinggian ini termasuk Oblong Dome yang dicirikan oleh komplek gunungapi purba di atas batuan Paleogen dan ditutupi oleh batuan karbonat Neogen. Kubah ini memiliki orientasi Utara Timur Laut Selatan Barat Daya (NNE-SSW). Inti kubah ini yaitu tiga gunungapi andesit (Three Old Andesite Volcanoes) yang sudah mengalami erosi kuat, yaitu Gunung Menoreh (utara), Gunung Gadjah (tengah), dan Gunung Idjo (selatan). Tektonik di kawasan ini terdiri dari 3 fase dan dimulai setelah pengendapan Formasi Nanggulan. Lokasi penelitian penulis berada di sebelah selatan penelitian van Bemmelen ini. Hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui litologi yang menyusun dan fase tektonik yang terjadi di kawasan tersebut. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan cara pemetaan di kawasan tersebut dengan skala yang lebih detil. 2. Rahardjo, Sukadarrumidi, Rosidi (1995) Penelitian ini berupa pemetaan geologi regional Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Penelitian ini menghasilkan peta geologi lembar Yogyakarta 1408-2 dan 1407-5 berskala 1:100000. Penyelidikan geologi teknik untuk pembangunan bandara membutuhkan pemetaan dengan skala lebih detil seperti yang dilakukan dalam penelitian ini (skala 1:25000).

8 3. Badan Pengembangan dan Investasi Daerah (BAPEKOINDA) Daerah Istimewa Yogyakarta dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (2003) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang meliputi kuantitas dan kualitas air bawah tanah sebagai dasar untuk optimalisasi pengambilan atau pemanfaatan air bawah tanah di Cekungan Wates. Penelitian ini dilakukan dengan survei geolistrik dan analisis curah hujan. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa penyebaran Cekungan Wates mencakup satu kabupaten, yaitu Kulon Progo dengan 4 jenis akuifer, yaitu akuifer berpotensi sedang, akuifer berpotensi kecil, akuifer berpotensi sedang terbatas, dan akuifer tidak berpotensi; kuantitas air di kawasan tersebut dapat digolongkan besar, tetapi kualitasnya tergolong sedangrendah. 4. Siregar (2005) Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pertimbangan dalam pemenuhan kebutuhan air untuk mendukung pengembangan dan budidaya pertanian di area gumuk pasir Pantai Glagah agar airtanah tersedia dengan cukup di daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan geologi di lapangan, pengukuran kedalaman airtanah, uji pemompaan sumur, pengukuran luas lahan dan pemakaian air, dan pengambian sampel tanah. Secara umum, kualitas air di area ini tergolong baik. Cadangan dinamis dan optimal di kawasan ini tergolong besar untuk pemanfaatan pemukiman dan pertanian. Sumber air yang dapat dimanfaatkan adalah pengambilan air dari Sungai Serang yang berada

9 di timur daerah penelitian. Namun, penelitian ini hanya dibatasi di kawasan Desa Glagah dan Desa Palihan yang menghasilkan peta geologi. Peta geologi yang dihasilkan hanya merupakan sebagian dari daerah penelitian ini. 5. Tim Revisi Gempa Indonesia (2010) Penelitian ini mengkaji ulang SNI-03-1726-2002 yang dikoordinasikan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan bekerjasama dengan BNPB, ITB, BMKG, LIPI, KESDM, MENRISTEK, dan Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction. Penelitian ini menghasilkan peta PGA (Peak Ground Acceleration) Indonesia berdasarkan metode probabilitas total dan menggunakan model sumber gempa tiga dimensi serta spektra percepatan untuk periode pendek (0,2 detik) dan periode 1 detik dengan kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (gempa 475 tahun) dan 2% dalam 50 tahun (2475 tahun). Peta ini masih menggunakan skala kecil sehingga perlu analisis lebih lanjut dari data ini, terutama di lokasi penelitian. 6. Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM (2012) PUSTRAL UGM sedang melakukan pra studi kelayakan untuk mendukung pembangunan bandara baru Yogyakarta di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Investigasi sifat keteknikan tanah meliputi pengukuran laboratorium California Bearing Ratio di kawasan Temon, pemboran di Pantai Glagah, Temon, dan Jalan Daendels, serta uji sondir yaitu Cone Penetration Test di kawasan Temon. Namun, analisis lebih lanjut belum dilakukan terhadap data yang sudah dihasilkan. Dengan kata lain,

10 data yang ada masih belum diolah untuk mendapatkan hasil berupa kapasitas dukung tanah kawasan tersebut. Pra studi kelayakan ini kemungkinan belum mempertimbangkan aspek potensi bencana geologi, seperti banjir, tsunami, dan gempa. 7. Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT) (2012) Penelitian ini mengkaji kawasan Bantul dan Kulon Progo mengenai potensi landaan tsunami di kawasan tersebut dan menghasilkan peta bahaya tsunami di pantai selatan Yogyakarta. Peta landaan tsunami di kawasan Glagah yang dihasilkan dalam skala 1:25000 sudah diterbitkan BPBD Bantul dan pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta membagi kawasan Kulon Progo menjadi 3 zona inundasi tsunami, yaitu zona inundasi 1 dengan ketinggian air maksimum lebih dari 3 meter, zona inundasi 2 dengan ketinggian air maksimum antara 0,5-3 meter, dan zona inundasi 3 dengan ketinggian air maksimum antara 0-0,5 meter. Namun, peta ini belum sepenuhnya menjadi dasar tata ruang daerah, rencana proyek bandara baru Yogyakarta serta jalan lintas selatan Jawa. 8. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, dan Badan Informasi Geospasial (BIG) (2015) Ketiga instansi ini membuat prakiraan potensi banjir di kawasan Yogyakarta. BMKG berperan sebagai penyedia informasi prakiraan hujan

11 bulanan, PSDA PU berperan memprakirakan daerah rawan banjir, dan BIG mempersiapkan peta dasar (RBI, sistem lahan, dan land cover). Prakiraan potensi banjir tergolong menjadi 3, yaitu potensi banjir tinggi, menengah, dan aman dari kejadian banjir (Lampiran 5).