BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

Pemberian ASI Di Fasilitas Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

MENYUSUI SAAT IBU BEKERJA. Dinas Kesehatan Provinsi Bali

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

KEGUNAAN MEMERAH ASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

BAB II TINJAUAN TEORI

Melindungi kesehatan ibu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara Mencuci Tangan yang Benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

Bab VII. Menyusui. Mengapa memberi ASI (Air Susu Ibu) itu penting? Mengapa pemberian makanan lain membahayakan selama periode menyusui?

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

Dr. EVELINE P.N, Sp.A, IBCLC SATGAS ASI PP IDAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

infeksi setempat hanya bila tidak Bila ya, Apakah wajahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

Keuntungan Nonkontrasepsi (cont)

PENGETAHUAN 1. Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. Ya b. Tidak 2. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a.

Menyusu pada kedua payudara di setiap menyusui atau menyusu hanya satu payudara pada setiap menyusui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB II. Tinjauan Pustaka. manusia melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, melalui panca

Puting Lecet. Posisi dan Pelekatan yang Tepat (Lihat lembar informasi Ketika Melekat)

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran dan penglihatan (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu: a. Know (Tahu) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Comprehension (Memahami) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkannya terhadap objek yang telah dipelajarinya. c. Aplication (Aplikasi) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analysis (Analisis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Synthesis (Sintesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluation (Evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur Semakin tua umur seseorang maka proses proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun. Dapat disimpulkan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. b. Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal hal yang baik dan juga hal hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang. d. Sosial budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. e. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya. f. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. g. Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Sikap 2.2.1. Definisi Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap mempunyai 3 komponen pokok : a. Afektif Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi terhadap suatu objek. b. Kognitif Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. c. Konatif Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). 2.2.2. Tingkat Sikap Menurut Notoatmodjo (2003), Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: a. Menerima (receiving) Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon (responding) Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (valuing)

Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. c. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah dipilih. 2.2.3. Ciri-ciri Sikap Menurut Maulana (2009), Sikap memiliki beberapa ciri yaitu: a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakannya dengan pengetahuan. 2.3. ASI eksklusif 2.3.1. Definisi ASI eksklusif ASI eksklusif adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu ibu. Penelitian telah membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan. WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Selama ASI eksklusif pemantauan tumbuh kembang bayi harus dilakukan rutin tiap bulan baik Posyandu atau di rumah sakit (Tjipta, 2009).

2.3.2. Manfaat ASI Adapun kelebihan ASI menurut Kelly (2010) adalah: 1. ASI adalah jenis susu alamiah. Komposisi ASI sangat ideal dengan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 2. Sebelum ASI keluar, payudara ibu menghasilkan kolostrum, cairan berwarna kekuningan, yang mengandung antibodi dan gizi yang dibutuhkan bayi baru lahir. 3. ASI memberikan perlindungan bayi yang menyusu dari penyakit. Bayi yang menyusu ASI juga mengalami lebih sedikit kemungkinan alergi. 4. Ibu tidak akan memberi susu berlebihan karena bayi dapat berhenti sendiri jika sudah merasa kenyang. Ibu tidak perlu merasa khawatir bayi akan mengalami kegemukan. Sedangkan, pemberian susu botol dapat mendorong bayi menghabiskan susunya meskipun lebih dari yang dibutuhkan. 5. ASI sangat cocok untuk bayi, ekonomis, dan menghemat waktu. Ibu tidak perlu direpotkan dengan botol dan susu formula. Bepergian dengan bayi menyusu lebih mudah, karena tidak perlu membawa tas besar yang berisi perlengkapan bayi kemanapun pergi. 6. Feses bayi yang menyusu ASI baunya ringan dan mudah dibersihkan, dan bayi yang menyusu ASI juga jarang terkena diare. 7. Menyusu dengan ASI cara yang menyenangkan untuk memberi bayi kontak manusiawi dan kehangatan yang penting untuk perkembangan awal bayi, dan merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan bayi untuk menghisap kuat. 8. Karena untuk menghasilkan ASI menggunakan kalori ibu, sekitar lima ratus per hari, dan karena menyusu menyebabkan kontraksi uterus (rahim) sehingga cepat mengembalikan rahim ke ukuran sebelum hamil, ibu yang menyusui bayinya akan mengalami penurunan berat badan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak memberi ASI.

2.3.3. Komposisi ASI Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu. Menurut Supariasa (2001), diantara faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu: 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai empat hari setelah ASI pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik yaitu cairan ASI lebih kental dan berwarna lebih kuning daripada ASI matur. Lebih banyak mengandung protein dimana protein pada umumnya adalah gamma globulin. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI matur dan dapat memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah daripada ASI matur. Lebih tinggi mengandung mineral terutama sodium dibandingkan ASI matur. Ph lebih alkali. Total energinya hanya 58 kalori/100 ml kolostrum.vitamin yang larut lemak lebih banyak dibanding ASI mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih tinggi atau rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin dibandingkan ASI matur. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam. 2. ASI Peralihan Air susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan berlangsung dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa karakteristik ASI peralihan meliputi kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandingkan kolostrum. 3. ASI Matur ASI Matur adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh atau setelah minggu ketiga sampai minggu keempat dan seterusnya. Komposisi ASI dimasa ini relatif konstan. Karakteristik dari ASI matur ini adalah cairan berwarna kekuningkuningan. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9, terdapat anti microbial

factor. Kadar air dalam ASI matur 88 gram/100 ml. Volume ASI mature antara 300-850 ml/24 jam. 2.4. Manajemen Pemberian ASI 2.4.1. Frekuensi Menyusui Sulit diprediksi berapa kali sehari bayi harus disusui, saat pemberian ASI dilakukan berdasarkan permintaan bayi. Sebagian ibu berharap agar mereka dapat mengetahui berapa lama bayi mereka dapat menyusu. Menurut Cadwell (2011), terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusu: a. Ibu memiliki kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka. Kapasitas penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang dapat terakumulasi sebelum memberikan sel-sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang memungkinkan payudara menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan dengan ibu yang lain. b. Bayi memiliki kisaran keterampilan dalam melekat dan mengisap ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin terampil bayi dalam melekat dan menghisap ASI. c. Bayi yang kekurangan kalori biasanya tampak mengantuk dan enggan menyusu. Kadang kala, ibu dan pengasuh tidak dapat membedakan bayi yang mengantuk, kekurangan nutrisi, dan kekurangan kalori dengan bayi yang kenyang. d. ASI sangat sempurna bagi bayi; ASI sangat mudah dicerna. Hal ini berarti bahwa ASI harus lebih sering diberikan dibandingkan makanan yang bukan berasal dari manusia, seperti susu formula. Bayi baru lahir menyusu 10 sampai 12 kali sehari. e. Banyak orang yang mengira bahwa tangisan bayi sebagai isyarat untuk mulai menyusui. Tangisan sebenarnya merupakan isyarat menyusui paling lambat. Pada saat bayi menangis, bayi menjadi sangat tidak dapat diatur dan tidak mau makan dengan baik.

2.4.2. Isyarat Bayi ingin Menyusu Isyarat bayi ingin menyusu adalah tanda bahwa bayi dalam keadaan yang baik untuk diberi makan (disusui). Tanda ini dimulai saat fase tidur aktif (diidentifikasikan dengan adanya REM pada bayi). Saat bayi menjadi lebih lapar dan semakin sering terbangun, isyarat bayi ingin menyusu menjadi lebih jelas: a. Rooting, menggerakkan kepala terutama dengan gerakan mulut mencari-cari. b. Semakin sering terbangun, khususnya REM (Rapid Eye Movement) dengan kelopak mata tertutup. c. Memfleksikan tungkai dan lengan. d. Berupaya mendekatkan tangan ke mulut. e. Mengisap jari atau kepalan tangan. f. Gerakan mouthing (gerakan menghisap) pada bibir dan lidah. g. Tangisan dianggap sebagai isyarat paling akhir bayi ingin menyusu karena tangisan pada bayi cukup bulan biasanya tidak dimulai dari tangisan yang nyata sampai isyarat bayi ingin menyusu yang lebih samar telah gagal mendapatkan perhatian ibu. 2.4.3. Teknik Menyusui Menurut Suradi (2010) dalam IDAI (2010), teknik menyusui yang baik dan benar adalah: 1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir 2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola dan sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu 3. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung 4. Posisikan bayi dengan benar: a. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

b. Perut bayi menempel ke tubuh ibu c. Mulut bayi berada di depan puting ibu d. Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu. e. Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus. 5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi. 6. Cek apakah perlekatan sudah benar a. Dagu menempel ke payudara ibu b. Mulut terbuka lebar c. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi. d. Bibir bayi terlipat keluar e. Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI ) f. Ibu tidak kesakitan g. Bayi tenang 2.5. Cara menyimpan ASI Menurut Suradi (2008) dalam IDAI (2008), cara menyimpan ASI yang diperah adalah sebagai berikut: 1. ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya disimpan dalam lemari es. 2. ASI dapat disimpan selama 24-48 jam dalam lemari es dengan menggunakan kontainer yang bersih, misalnya plastik. 3. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa transportasi. 4. ASI yang tidak digunakan selama 48 jam, sebaiknya didinginkan di freezer dan dapat disimpan selama 3 bulan.

5. sebaiknya diberi label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila akan digunakan, ASI yang awal disimpan digunakan terlebih dahulu. 6. Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair baru dihangatkan. 2.6. Kendala Pemberian ASI eksklusif : Menurut Partiwi (2008) dalam IDAI (2008), beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu: 2.6.1. Produksi ASI kurang Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak. Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu: a. Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 bulan. b. Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam/menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu: 1. Faktor menyusui Hal hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah: a. Tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini b. Menjadwalkan pemberian ASI

c. Memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot d. Kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu e. Tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui 2. Faktor psikologis ibu Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stress, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. 3. Faktor fisik ibu Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI. Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat antikanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita HIV memerlukan pendekatan khusus. 4. Faktor bayi Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan. 2.6.2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar Ibu sering kurang memahami tata laktasi yang benar, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya. Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASI nya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot, karena dapat mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung

puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tatalaksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif. 2.6.3. Ibu ingin melakukan relaktasi Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, dapat digunakan alat yang disebut suplementer. Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Suplementer berupa cangkir dan slang plastik. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapat susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI. 2.6.4. Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebakan reaksi intoleransi atau alergi. 2.6.5. Kelainan Ibu Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah sebagai berikut: 1. Puting lecet/puting luka Penyebab paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting.

Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan perlekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan di bawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie). 2. Payudara penuh dan/atau bengkak Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh: a. Terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi b. Payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar c. Ibu tidak merasa demam. Payudara bengkak (engorgement): a. Payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri b. Terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe c. Sekresi ASI sudah mulai banyak d. ASI tidak dikeluarkan sempurna Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI. 3. Mastitis dan abses Mastitis merupakan reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara. Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau

hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit. Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat. ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres/ minum obat pengurang rasa sakit. 2.6.6. Ibu hamil saat masih menyusui Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan: 1. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal. 2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama. 3. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih. 2.6.7. Ibu bekerja Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: 1. siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, pembatu, baby sitter) sebelum ibu mulai bekerja kembali. 2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan/ tambahan apabila ibu mulai bekerja.

3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir. 4. Hindari pemakaian dot/ empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi bingung puting. 5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari. 6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. 7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dengan air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. 8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam. 2.6.8. Kelainan bayi Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusu. 2.7. Kontraindikasi Pemberian ASI Menurut Lawrence (2005) dalam buku Prawirohardjo (2008), beberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu: a. Bayi yang menderita galaktosemia. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa tidak dapat dipecah. Bayi demikian tidak boleh meminum susu formula. b. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan PASI yang memenuhi syarat AFASS.

c. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung. d. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu (antikanker). e. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu, bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu, ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi.