KARAKTERISASI MATERIAL BALL MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN DENGAN METODA PENGUJIAN KEKERASAN, MIKROGRAFI DAN SEM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

STUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020

PENGARUH JENIS BAHAN DAN PROSES PENGERASAN TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN PISAU TEMPA MANUAL

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

STUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

PENGARUH VISKOSITAS MEDIA CELUP TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO MARTENSITIC WHITE CAST IRON ASTM A532. Oleh :

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

BAB I PENDAHULUAN. karbon, dimana suhu cairnya yang rendah (1200 ). Besi cor. biasanya mengandung silicon sekitar 1% - 3%. Hal ini disebabkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

Available online at Website

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

Karakterisasi Material Sprocket

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Transkripsi:

KARAKTERISASI MATERIAL BALL MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN DENGAN METODA PENGUJIAN KEKERASAN, MIKROGRAFI DAN SEM Budi Setiyana 1), Revelino Putra Perdana 2) Abstrak Dalam proses pembuatan semen yang berawal dari bahan baku hingga menjadi semen yang siap pakai terdiri atas berbagai macam proses, salah satunya adalah proses finish mill dengan menggunakan bola-bola baja(ball mill) yang merupakan tahap akhir dalam proses pembuatan semen. Dalam suatu industri diperlukan suatu efisiensi untuk dapat memaksimalkan keuntungan. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini maka dapat dilakukan pengembangan, salah satunya dengan mengembangkan material ball mill yang digunakan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk dapat mengetahui karakteristik dari material ball mill tersebut diantaranya dengan melakukan pengujian kekerasan, metalografi dan Scanning Electron Microscope(SEM). Diperoleh nilai kekerasan dari ball mill berkisar antara 80,75 83,58 HR A, struktur mikro yang terbentuk dari ball mill tersebut didominasi adanya karbida krom (Cr 23 C 3 ) yang menyebabkan meningkatnya kekerasan, kekuatan, titik lelah dan elastisitas dari ball mill tersebut dan komposisi kimia ball mill pada suatu area terdiri dari unsur utama besi (Fe) sebesar 87.25% dan karbon (C) sebesar 0.22%, jadi ball mill termasuk baja karbon rendah yang sifatnya mudah ditempa dan mudah untuk dilakukan proses permesinan. Terdapat unsur paduan lainnya dalam baja ini yaitu silikon (Si) sebesar 0.58% dan krom (Cr) sebesar 11.96%. Berdasarkan unsur paduan yang terdapat pada area ini maka baja ini termasuk High alloy steel. Kandungan silikon sebesar 0.58% pada area ini dapat meningkatkan kekuatan tarik baja. Sedangkan kandungan krom sebesar 11.96% dapat meningkatkan kekerasan baja dan membuat baja menjadi lebih tahan terhadap oksidasi dan korosi. Kata kunci : Ball mill, kekerasan, komposisi kimia PENDAHULUAN Pada proses finish mill, umpan yang berupa klinker dan gypsum akan masuk ke finish mill melalui feed cute. Karena perputaran mill maka akan menyebabkan gerakan pada bola-bola baja(ball mill) dan material. Oleh karena adanya tumbukan dan gesekan antara bola-bola baja(ball mill) dan material maka material akan mengalami penghancuran dan penghalusan. Semen akan mengalami size reduction yang pada tahap sebelumnya mempunyai ukuran sekitar 0,9 mm akan menjadi 100 mesh pada proses finish mill ini. Ball mill yang digunakan merupakan type ball mill yang terbuat dari baja dan berbentuk bola. Prinsip kerja dari ball mill tersebut adalah dengan adanya tumbukan dan gesekan antara ball mill dan material sehingga material akan mengalami penghancuran dan penghalusan. Dilakukan pengujian untuk dapat mengetahui sifat karakteristik dari ball mill, diantaranya pengujian kekerasan, mikrografi dan Scanning Electron Microscope(SEM). Karena dengan mengetahui karakteristik dari ball mill ini maka akan dapat dilakukan pengembangan dari material ball mill untuk mendapatkan alternatif material pengganti yang lebih efisien. 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin FT-UNDIP 2) Alumni Jurusan Teknik Mesin FT-UNDIP TINJAUAN PUSTAKA Callister (1994), menerangkan fasa-fasa yang terbentuk berdasarkan kandungan karbon pada temperatur tertentu. Berdasarkan diagram fasa Fe- Fe 3 C, fasa bentuk stabil pada temperatur ruang disebut ferrite, atau besi-α, memiliki struktur kristal BCC (The Body Centered Cubic). Pada suhu 912 o C (1674 o F) ferrite mengalami transformasi polymorphic menjadi austenite FCC (The Face Centered Cubic) atau besi-γ. Austenite ini tetap berlangsung hingga 1394 o C (2541 o F) yaitu temperatur dimana austenite FCC kembali menjadi BCC yang disebut dengan besi-δ dan akhirnya meleleh pada suhu 1538 o C (2800 o F). Perubahanperubahan ini terjadi disepanjang sumbu vertikal sebelah kiri dari diagram fasa. Sumbu komposisi C pada Gambar 2.6 hanya sampai 6,70 % berat C; pada konsentrasi ini karbida besi atau sementite terbentuk (Fe 3 C) yang ditandai dengan garis vertikal pada diagram fasa Dieter (1987) menjelaskan tentang uji kekerasan rockwell, pada pengujian kekerasan ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan. Mula-mula diterapkan beban kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah preparasi permukaan yang dibutuhkan dan juga memperkecil kecenderungan untuk terjadi penumbukan keatas atau penurunan yang disebabkan oleh penumbuk. Kemudaian diterapkan beban yang besar dan secara otomatis kedalaman lekukan akan terekam pula gage penunjuk yang menyatakan angka kekerasan. ROTASI Volume 9 Nomor 4 Oktober 2007 27

Nugraha Budi (2000), menerangkan tentang ball mill, yaitu untuk menjaga hasil yang konstan dan optimum, pemilihan ukuran ball mill yang memadai dan mutu material harus dilakukan secara hati-hati. Pada proses penggilingan, ball mill harus dapat menahan keausan yang disebabkan oleh gaya gesek antara ball mill tersebut dan material abrasive. Ball mill terdiri dari beberapa ukuran dan mutu bahan yang berbeda-beda. Penggilingan kasar biasanya digunakan ball mill dengan ukuran diameter 50 mm sampai 100 mm, dan penggilingan halus dengan ball mill yang ukuran diameternya antara 15 mm sampai 50 mm. Ukuran ball mill maksimum dan minimum dan komposisinya tergantung dari beberapa faktor, antara lain : a. Ukuran maksimum material yang akan digiling b. Kehalusan produk c. Diameter dan panjang mill d. Grindability dan struktur mineral dari umpan material e. Sistem mill, yaitu sirkulasi terbuka/tertutup, banyaknya ruang dan beban sirkulasi. Alat Alat yang digunakan untuk pembuatan spesimen dan pengujian antara lain : a. Mesin gerinda b. Mesin amplas c. Amplas d. Ragum Tergantung pada proses penggilingan, ball mill harus dapat menahan : a. Gaya pikul oleh bola itu sendiri, terutama pada penggilingan kasar dengan ukuran bola besar. b. Keausan disebabkan oleh gaya gesek antara bola dengan liner. c. Keausan yang disebabkan oleh material abrasive d. Korosi pada penggilingan kering Untuk menjaga hasil yang konstan dan optimum, pemilihan ukuran bola yang memadai dan mutu material harus dilakukan secara hati-hati. Mill dapat diisi dengan bola yang mutunya rendah dan murah dengan laju keausan yang tinggi atau dengan yang mutunya tinggi dan harganya mahal dengan laju keausan yang rendah. Bagaimunapun harus dipertimbangkan bahwa bola dengan mutu rendah menyebabkan seringnya penambahan kedalam mill untuk menggantikan yang aus, sehingga menyebabkan tingkat operasi mill menurun. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah material ball mill. Gambar 1. Ball mill Gambar 2. (a) Alat uji kekerasan rockwell, (b) Mikroskop untuk pengambilan gambar struktur mikro, (c) Scanning Electron Microscope Penyiapan Bahan Baku Proses penyiapan bahan baku menggunakan mesin-mesin diantaranya mesin gerinda dan mesin amplas. Material ball mill dipotong dibentuk hingga didapatkan bentuk yang diinginkan untuk dapat dilakukan proses pengujian. Untuk pengujian kekerasan, material ball mill yang awalnya berbentuk bola dipotong pada dua bagian sisi yang saling berseberangan dan diratakan agar permukaanya bisa datar dengan menggunakan mesin gerinda. Setelah itu salah satu permukaan dibuat lebih halus dan rata lagi dengan menggunakan mesin amplas hingga siap untuk dapat dilakukan pengujian kekerasan. Spesimen yang dibuat untuk pengujian kekerasan ini berjumlah empat buah berasal dari ball mill dengan diameter yang berbeda. Untuk pengujian metallografi, material ball mill dipotong-potong hingga mendapatkan ukuran 5 x 5 x 10 mm, kemudian diletakan pada permukaan pipa paralon 0,5 inch yang sudah dipotong-potong dengan panjang 2 cm, dengan menggunakan selotip, potongan ROTASI Volume 9 Nomor 4 Oktober 2007 28

material tersebut ditempelkan. Melalui lubang paralon yang satunya, dimasukan campuran dari cairan resin, katalis dan kobalt, kemudian tunggu sampai cairannya membeku. Setelah cairan membeku, kemudian permukaannya dihaluskan dengan menggunakan mesin amplas, dengan abrasive paper kekasaran 120, 400, 800, 1000 dan 1500. Setelah itu melakukan proses polis dengan menggunakan autosol dan kemudian spesimen dietza untuk mengetahui lebih jelas strukturstruktur pada logam. Untuk pengujian dengan menggunakan Scanning Electron Microscope, material ball mill dipotong hingga berukuran 5 x 5 x 10 mm. Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan Scanning Electron Microscope di laboratorium Teknik Metalurgi Universitas Indonesia. Pengujian karakteristik mekanik Pengujian kekerasan Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan dari material ball mill yang akan diuji. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan standar kekerasan rockwell. Pembahasan Berdasarkan tabel 1 nilai kekerasan diatas dapat dilihat bahwa kekerasan material ball mill relatif sama walaupun ball mill dalam diameter yang berbeda. Semakin besar diameternya, maka nilai kekerasannya cenderung semakin turun, hal ini mungkin dikarenakan oleh laju pendinginan yang lambat atau waktu solidifikasi lokal yang panjang yang menghasilkan struktur dendrit yang kasar dengan jarak antar lengan dendrit yang panjang. Untuk laju pendinginan yang cepat atau waktu solidifikasi lokal yang singkat, struktur yang dihasilkan lebih halus dengan jarak antar lengan dendrit yang sempit. Struktur yang terbentuk dan ukuran butir yang dihasilkan mempengaruhi sifat-sifat dari coran. Begitu ukuran butir mengecil, maka kekuatan dan keuletan coran meningkat [Ref. 11]. Jadi nilai kekerasan material ball mill relatif sama besarnya yaitu sekitar 80,75 83,58 HR A. Telah dilakukan pengujian SEM (Scanning Electron Microscope) pada material ball mill dengan diameter 70 mm, dan dari pengujian tersebut didapatkan hasil-hasil sebagai berikut: Pengujian Mikrografi Pengujian mikrografi bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari material ball mill yang sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari material yang diuji. Pengujian SEM Pengujian SEM bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dari material ball mill sehingga dapat diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam ball mill tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian kekerasan Dari tabel 1 diketahui bahwa nilai kekerasan dari material ball mill berkisar antara 80,75 83,58 HR A. Tabel 1 Data hasil uji kekerasan dalam HR A Gambar 3 Struktur mikro ball mill diameter 70 mm dengan pembesaran 100 kali Dari gambar struktur mikro diatas dapat dilihat matriks penyusunnya berupa ferit, perlit dan Carbida Chromium(Cr 23 C 6 ). Sedangkan jumlah perlit terlihat lebih banyak dibandingkan jumlah ferit yang ada dan Carbida Chromium(Cr 23 C 6 ) hampir tersebar merata pada struktur mikro secara keseluruhan. Gambar 4 Struktur mikro ball mill diameter 70 mm dengan pembesaran 250 kali Dari gambar struktur mikro ball mill dengan pembesaran 250 kali diatas dapat terlihat matriks ROTASI Volume 9 Nomor 4 Oktober 2007 29

penyusunnya berupa ferit, perlit dan Carbida Chromium(Cr 23 C 6 ). Sedangkan jumlah perlit terlihat lebih banyak dibandingkan jumlah ferit yang ada dan Carbida Chromium(Cr 23 C 6 ) hampir tersebar merata pada struktur mikro secara keseluruhan. Tetapi pada pembesaran ini juga terlihat adanya porositas, hal ini mungkin dikarenakan karena adanya cacat pada saat proses pengecoran, dimana pada saat proses pendinginan, gas yang dihasilkan akibat adanya perbedaan temperatur yang tinggi antara cetakan dan material dan terdapatnya waktu tunda saat proses solidifikasi, sehingga gas terjebak tidak dapat meninggalkan material yang mengakibatkan terjadinya porositas. Gambar 5. Struktur mikro ball mill diameter 70 mm dengan pembesaran 500 kali Pada pembesaran 500 kali ini akan dijelaskan unsur-unsur yang terdapat pada material ball mill pada beberapa area seperti pada gambar. Pada area 1 diketahui unsur yang terkandung pada material ini diantaranya: kekerasan baja dan membuat baja menjadi lebih tahan terhadap oksidasi dan korosi. Sedangkan pada area 2 diketahui unsur yang terkandung pada material ini diantaranya: Tabel 3 Komposisi kimia ball mill diameter 70 mm pada area 2 Pada area 2 unsur utamanya adalah besi sebesar 47.01%. Sedangkan kandungan karbon sebesar 0.62% jadi baja ini termasuk baja karbon tinggi yang sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Unsur krom yang cukup besar pada area ini dikarenakan unsur krom merupakan unsur bebas tidak membentuk senyawa dengan unsur lainnya. Baja paduan apabila ditambahkan unsur krom maka dapat meningkatkan kekerasan dan ketahanannya terhadap oksidasi dan korosi. Namun apabila unsur krom berdiri bebas pada suatu material maka justru akan menurunkan kekerasan dari material tersebut. Sedangkan pada area 3 diketahui unsur yang terkandung pada material ini diantaranya: Tabel 4 Komposisi kimia ball mill diameter 70 mm pada area 3 Tabel 2. Komposisi kimia ball mill diameter 70 mm pada area 1 Berdasarkan kandungan unsur yang terdapat pada area 1 ini, maka material ball mill ini merupakan suatu paduan baja karbon rendah yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) sebesar 87.25% dan karbon (C) sebesar 0.22%. Termasuk baja karbon rendah yang sifatnya mudah ditempa dan mudah untuk dilakukan proses permesinan. Terdapat unsur paduan lainnya dalam baja ini yaitu silikon (Si) sebesar 0.58% dan krom (Cr) sebesar 11.96%. Berdasarkan unsur paduan yang terdapat pada area ini maka baja ini termasuk High alloy steel. Kandungan silikon sebesar 0.58% pada area ini dapat meningkatkan kekuatan tarik baja. Sedangkan kandungan krom sebesar 11.96% dapat meningkatkan Pada area 3 unsur utama berupa besi (Fe) sebesar 91.05% dengan kandungan karbon (C) sebesar 0.10%, jadi termasuk ke dalam baja karbon rendah yang sifatnya mudah ditempa dan mudah untuk dilakukan proses permesinan. Dengan unsur paduan yang terdapat pada area ini maka material termasuk high alloy steel. Unsur paduannya diantaranya adalah silikon (Si) yang dikandung sebesar 0.69% sehingga dapat meningkatkan kekuatan tarik dari material tersebut. Unsur krom (Cr) yang terkandung sebesar 8.16% yang mempunyai efek dapat membuat material menjadi meningkat kekerasannya dan membuat material menjadi lebih tahan terhadap oksidasi dan korosi. ROTASI Volume 9 Nomor 4 Oktober 2007 30

1. Secara keseluruhan, struktur mikronya di dominasi oleh struktur dendrit yang berwarna hitam keabuabuan (karbida krom (Cr 23 C 6 ) sehingga dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan, titik lelah dan elastisitas dari baja [Khodorovsky]. 2. Adanya kandungan silikon pada materiall ball mill tersebut dapat meningkatkan kekerasan dan ketangguhannya. Gambar 6. Struktur mikro ball mill diameter 70 mm dengan pembesaran 500 kali Tabel 5 Komposisi kimia ball mill diameter 70 mm pada area 4 Pada area 4 ini unsur utama berupa besi (Fe) sebesar 47.42% dan kandungan karbon (C) sebesar 0.65%, jadi material ini termasuk ke dalam baja karbon tinggi yang sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan unsur krom (Cr) pada area ini sebesar 51.93% merupakan unsur bebas dan tidak membentuk senyawa dengan unsur lain. Baja paduan apabila ditambahkan unsur krom maka dapat meningkatkan kekerasan dan ketahanannya terhadap oksidasi dan korosi. Tapi dengan adanya unsur bebas pada material ini sifatnya akan merugikan, kekerasan dari material ini akan berkurang. Unsur bebas ini terbentuk karena pada saat proses pengecoran, solidifikasi tidak terjadi secara langsung, namun secara bertahap dimana material disebelah luar akan mengeras terlebih dahulu tetapi yang disebelah dalam masih dapat berupa cairan. Dan suatu unsur mempunyai titik beku yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengujian SEM (Scanning Electron Microscopy) pada material ball mill tersebut, pada area 1 khususnya pada daerah yang berbentuk dendrit didapatkan komposisi 0,22% C dan 11,96% Cr, dapat diketahui bahwa daerah tersebut termasuk daerah karbida krom (Cr 23 C 6 ). Dari hasil pengujian struktur mikro material ball mill seperti diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Struktur matriks yang terbentuk antara lain adalah perlit, ferit dan karbida krom yang strukturnya dendritik. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan pengujian terhadap material ball mill diantaranya adalah: 1. Nilai kekerasan dari material ball mill berkisar antara 80,75 83,58 HR A. 2. Karbida krom(cr 23 C 6 ) mendominasi struktur mikro yang terbentuk pada material ball mill dimana menyebabkan meningkatnya kekerasan, kekuatan lelah dan elastisitas dari ball mill tersebut. 3. Berdasarkan komposisi kimianya sering terdapat unsur krom berdiri bebas yang mengakibatkan menurunnya kekerasan dari material tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1) Abdurroziq anton. Pengaruh austemper Temperatur Quech 3500C Variasi Holding Time 1,5 Jam, 2 Jam dan 2,5 Jam Terhadap Kekerasan dan Keausan Besi Cor Kelabu Blok Rem Kereta Api. Teknik Mesin UNDIP, Semarang 2) Callister, William D. 1994, Material Science and Engineering. John Willey & Sons, Inc. USA, 3) Dieter, George E. 1987, Metalurgi Mekanik. Erlangga. Jakarta. 4) Kalpakjian, Serope, Manufacturing Engineering And Technology, Addison-Wesley Publishing Company Inc 5) Kurniawan, Agus. 2001, Perencanaan dan Pembuatan Alat Uji Keausan Abrasi Dua Benda Tipe Pin-on-Disc. Teknik Mesin UNDIP, Semarang 6) Nugraha Budi, Ir. 2000, Pemeliharaan Crusher dan Mill. Institut Semen dan Beton Indonesia. Bogor 7) Riss A dan Khodorovsky Y. Production of Ferroalloys. Foreign Languages Publishing House. Moscow ROTASI Volume 9 Nomor 4 Oktober 2007 31