BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penilaian kelayakan sistem Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam pengamatan di lapangan penelitian akan mengamati kondisi eksisting infrastruktur sistem KRB letusan Gunung Merapi. Kemudian berdasarkan peraturan yang berlaku serta teori yang berkaitan dengan sistem bencana letusan Gunung Merapi, peneliti akan menggali data dan fenomena di lapangan terkait sistem dengan pengamatan secara langsung dan persepsi masyarakat KRB mengenai infrastruktur dalam sistem KRB letusan Gunung Merapi. Jenis penelitian yang dipakai yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data yang sudah diolah dengan kuantitatif selanjutnya akan diperkuat dengan kualitatif. Penelitian kuantitatif yaitu metode-metode yang digunakan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel penelitian akan diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang berupa skor dianalisis berdasarkan prosedur statistika. Penelitian kualitatif yaitu metode-metode yang mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari data partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data (Creswell, 2007). Peneliti memaparkan hasil penelitian dengan teknik menggunakan teknik deskriptif eksploratif dengan tujuan mendeskripsikan fenomena yang ada terkait sistem bencana letusan Gunung Merapi. Dilakukan dengan survey atau pengukuran yang menjadi dasar untuk mendeskripsikan fenomena yang ada di wilayah penelitian. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan prosentae dan statistik deskriptif menggunakan kalimat-kalimat. teknik ini untuk memaparkan mengenai kondisi infrastruktur sistem bencana letusan Gunung Merapi yang ada di lapangan. 3.2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan induktif dan deduktif, commit to user menurut (Masyhuri dan Zainuddin, 2008) pendekatan deduktif dan induktif, yaitu: 32
1. Pendekatan induktif Pendekatan induktif adalah pendekatan mengenai kondisi, fenomena, dan karakteristik wilayah kajian dengan melakukan pengamatan terhadap isu dan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Pendekatan ini untuk membuat latar belakang penelitian dan analisis kelayakan sistem KRB letusan Gunung Merapi. 2. Pendekatan deduktif Pendekatan deduktif adalah pendekatan terhadap teori, kasus dan studi literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Pendekatan ini digunakan dalam proses pengumpulan data, interpretasi data dan analisis kelayakan sistem KRB letusan Gunung Merapi. 3.3. Lingkup dan Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil studi kasus di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Letusan Gunung Merapi. Kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman mencakup 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah masyarakatnya saja yang dirasa paling prioritas saat terjadinya bencana letusan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian dibatasi sampai proses skenario radius 15 km dalam sistem bencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada enam variabel, yaitu peringatan, titik kumpul, jalur, rute dan penampungan. Agar variabel tersebut dapat diteliti, maka suatu variabel perlu didefinisikan batasan dan pengertiannya secara operasional untuk menghindari salah tafsir (Sekaringtyas, 2010). Berikut adalah tabel operasionalisasi variable penelitian Perencanaan kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. commit to user 33
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian No Variabel Sub variabel Tidak Layak Indikator Layak 1. Peringatan (Ema, Jarak/Jangkauan Ada beberapa dusun yang Seluruh dusun terjangkau EWS yang 2005) tidak terjangkau EWS memiliki radius 2 km yangmemiliki radius 2km 2. Titik kumpul Tempat putar balik kendaraan Tidak ada tempat/jalan Ada tempat/jalan manuver kendaraan (Blong, 1984) manuver kendaraan ( berupa pertigaan/perempatan ( berupa jalan) pertigaan/perempatan jalan) Ketersediaan tanah lapang/ tempat Tidak ada titik kumpul setiap Ada titik kumpul setiap dusun berkumpul dusun 3. Jalur Keamanan Jarak jalan dari sungai kurang Jarak dari sungai lebih dari 300 m (Blong, 1984) dari sama dengan 300m Melalui jembatan sungai Tidak melalui jembatan sungai Tidak dapat dilalui 2 truk Dapat dilalui 2 truk bersimpangan Waktu/Kelancaran bersimpangan (kurang dari 5 (lebih dari sama dengan 5 meter) m) Kondisi jalan Kondisi jalan aspal/ perkerasan rata aspal/perkerasan tidak rata 4. Rute Evakuasi Pemahaman rute Tidak ada plang/penanda Ada plang/penanda menuju arah barak (Blong, 1984) menuju arah barak 34
No Variabel Sub variabel Tidak Layak Indikator Layak 5. Komunikasi dan transportasi ( Blong, 1984) Komunikasi saat Tidak ada Handy Talky (HT) Masyarakat KRB tidak mendapatkan perkembangan informasi saat proses Ada Handy Talky (HT) Masyarakat KRB mendapatkan perkembangan informasi saat proses Kendaraan Tidak ada truk dari Ada truk dari pemerintah pemerintah 6. Penampungan/ Daya tampung Tidak bisa menampung Bisa menampung pengungsi barak ( Ema, 2005) Ketersediaan kelengkapan sarana dan prasarana (Toilet, dapur umum, tempat sampah, gudang logistik,dan tanah lapang) pengungsi Tidak tersedia sarana dan prasarana Tersedia sarana dan prasarana Sumber: BPBD dan olahan penulis, 2014 3.5. Kebutuhan Data Tabel 3.2 Kebutuhan Data No Variabel Sub variabel Pengertian Jenis data Bentuk Teknik Sumber data P S data pengumpulan data 1. Peringatan Jangkauan Sebaran EWS V v Peta Survey primer dan survey BPBD dan observasi instansi 2. Titik kumpul Tempat putar Merupakan tempat untuk putar balik kendaraan V Tabel Survey primer Observasi 35
No Variabel Sub variabel Pengertian Jenis data Bentuk Teknik Sumber data P S data pengumpulan data balik kendaraan Ketersediaan Tempat kumpul sementara masyarakat KRB pada setiap V Peta, foto Survey primer Observasi tanah lapang/ tempat berkumpul dusun Lokasi titik kumpul V v Peta, foto Survey instansi, survey primer BPBD, observasi 3. Jalur Keamanan Jalan aman dari potensi lahar melewati sungai (lebih dari V Peta, foto Survey primer Observasi 300 m dari sungai) Jalur tidak melewati jembatan sungai (menghindari V Peta,foto Survey primer Observasi potensi lahar melewati sungai) Kelancaran Jalan bisa untuk dua truk bersimpangan V Tabel Survey primer Observasi Kondisi kerataan jalan V Tabel Survey primer Observasi 4. 4 Rute Pemahaman rute Adanya penanda dari titik kumpul menuju barak v v Tabel Survey primer, Observasi, BPBD. instansi 5. Komunikasi dan Komunikasi saat Komunikasi/pemberian informasi saat proses v Tabel Survey instansi BPBD trasportasi Moda transportasi Kendaraan dari pemerintah v Tabel Survey instansi BPBD 6. Penampungan / Daya tampung Daya tampung v Tabel Survey instansi BPBD barak Ketersediaan Lokasi penampungan v Peta Survey instansi Observasi kebutuhan dasar / Kelengkapan sarana prasarana V v Tabel, Survey instansi BPBD, observasi sarana prasarana deskripsi dan survey primer Sumber: BPBD dan olahan penulis, 2014 36
3.6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data sebagai bahan masukan bagi tahapan analisis. Data-data yang dibutuhkan meliputi data primer dan data sekunder. 3.6.1. Data Primer Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dan kuesioner. a) Observasi Data primer yakni data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya (M. Azis Firdaus, 2012). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi berbagai fenomena karakteristik kondisi wilayah studi untuk memperdalam fakta yang mungkin belum terdata. Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk melihat kondisi eksisting infrastruktur sistem kawasan rawan bencana Gunung Merapi, yaitu sistem peringatan dini/ EWS, titik kumpul, jalur, rute, dan barak. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan observasi berstruktur (Bungin, 2007), aspek-aspek yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis, berupa daftar chek adalah sustu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah kondisi dan karakteristik mengenai infrastruktur dalam sistem bencana letusan Gunung Merapi. Dalam penelitian ini, observasi mengenai infrastruktur sistem dilakukan pada 5 sektor dalam teknis sistem kawasan rawan bencana. Sektor tersebut dibatasi oleh sungai-sungai besar yang dalam sejarah letusan Gunung Merapi sering menjadi jalur lahar panas dan dingin, yaitu Sungai Krasak, Boyong, Kuning, Opak, dan Gendol. Sektor a dibatasi Sungai Krasak dengan Sungai Boyong, sektor b dibatasi Sungai Boyong dengan Sungai Kuning, sektor c dibatasi Sungai Kuning dengan Sungai Opak, sektor d dibatasi Sungai Opak dengan Sungai Gendol, dan sektor e dibatasi Sungai Gendol dengan batas timur Kabupaten Sleman. Pada setiap sektor dilakukan observasi mengenai kondisi eksisting sistem peringatan dini/ EWS, titik kumpul, jalur, rute, komunikasi dan trasportasi, dan barak. 3.6.2. Data Sekunder Data sekunder yakni data yang diperoleh dari buku-buku pendukung, dokumen dan sumber referensi lainnya yang relevan (M. Azis Firdaus, 2012). Diperoleh melalui studi literatur maupun studi pustaka yang berkaitan dengan kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Data yang dicari dalam penelitian ini mengenai infrastruktur sistem di kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Data bisa berupa dokumen dari instansi BPBD, commit to user Bappeda, dan buku literatur berkaitan dengan sistem KRB letusan Gunung Merapi. 37
Berikut ini merupakan peta per sektor dalam skenario kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi yang digunakan dalam pengambilan data primer dan sekunder Gambar 3.1. Peta Pembagian Sektor Sistem Evakuasi Bencana Letusan Gunung Merapi Kab. Sleman 3.7. Teknik Analisis Analisis adalah proses yang membawa bagaimana data diatur, mengorganisasikan data yang ada ke dalam sebuah pola, kategori, dan unit deskripsi dasar (Pattoon, 2006). Setelah dilakukan pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang akan dilakukan dengan beberapa teknik analisis. Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk mencapai sasaran dan tujuan penelitian adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Berikut ini merupakan tahap-tahap analisis dalam penelitian ini: a. Analisis menghitung kapasitas sistem. Analisis ini bertujuan untuk menghitung kapasitas pada sistem kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi. Pada analisis ini dihitung kapasitas pada setiap komponen sistem. Pada analisis commit menggunakan to user peta terrain untuk menghitung area 38
pelayanan sistem. Fungsi pelayanan memberikan indikasi kualitas dan tingkat ketercukupan pelayanan, sehingga semakin baik fungsi pelayanan, kualitas fasilitas juga semakin baik. Sedangkan jika memiliki standart pelayanan minimal tertentu, maka kondisi fungsi pelayanan lebih baik jika nilainya melebihi standart (Lutfi Muta ali, 2015). Kapasitas pelayanan tersebut untuk menemukan kapasitas dari sistem peringatan dini, jalur, rute, komunikasi dan transportasi, dan barak. Analisis pelayanan dengan menghitung skor persentase dari setiap pelayanan komponen sistem. Perhitugan persentase dari kapasitas pelayanan yang dimiliki oleh setiap komponen sistem. Tabel 3.3 Skor kapasitas No. Variabel/komponen Sub variabel Kapasitas Persentase (%) / Skor 1. Sistem peringatan dini / EWS 2. Titik Kumpul 3. Jalur 4. Rute 5. Komunikasi dan transportasi 6. Barak Sumber: olahan penulis, 2014 b. Analisis kelayakan sistem kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi. Analisis ini bertujuan menganalisis kelayakan pada sistem. Dari hasil semua analisis skor kapasitas pada setiap komponen kemudian dihitung secara total. Hasil hitungan skor secara total ini untuk mengetahui kelayakan sistem kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Setiap komponen memiliki nilai perbandingan yang sama karena menyangkut keselamatan jiwa seseorang. Tabel 3.4 skor kelayakan sistem No. Variabel/komponen Sub variabel Persentase (%) / Skor 1. Sistem peringatan dini / EWS 2. Titik Kumpul 3. Jalur 4. Rute 5. Komunikasi dan transportasi 6. Barak Total Rata-rata / Kelayakan sistem Sumber: olahan penulis, 2014 Jika total dari skor komponen 100% sistem dikatakan layak. Namun bila kurang dari 100% maka sistem tidak layak. Tabel 3.5 Kelayakan sistem Sistem KRB Letusan <100 100% Gunung Merapi Kelayakan commit Tidak to layak user Layak Sumber : olahan penulis, 2014 39
3.8. KERANGKA ANALISIS INPUT PROSES OUTPUT Identifikasi kondisi fisik KRB letusan Gunung Merapi Identifikasi infrastruktur sistem KRB letusan Gunung Merapi Analisis infrastruktur sistem KRB letusan Gunung Merapi. a) Analisis sistem peringatan dini/ EWS b) Analisis titik kumpul c) Analisis jalur d) Analisis rute e) Analisis komunikasi dan transportasi f) Analisis barak Karakteristik sistem KRB letusan Gunung Merapi a) Karakteristik sistem peringatan dini/ EWS b) Karakteristik titik kumpul c) Karakteristik jalur d) Karakteristik rute e) Karakteristik komunikasi dan transportasi f) Karakteristik barak - Standart/Ketentuan - Kajian Pustaka - Teori - Analisis Deskriptif Eksploratif Analisis kelayakan sistem KRB Gunung Merapi Kelayakan sistem KRB Gunung Merapi Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 3.2 Kerangka Analisis Sumber: hasil analisis, 2014 commit to user 40