BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN RI PADA SURAT KABAR KALTIM POST DAN TRIBUN KALTIM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman. Hasil Pemilu Capres dan Cawapres 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Keberadaan berita yang penting menuntut adanya ketepatan, akurasi, dan fakta yang memiliki kebenaran. Berita merupakan gambaran dari fakta. Sebuah fakta akan tergambarkan dengan jelas, apabila fakta tersebut menjelaskan tentang apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan istilah 5W + 1H. Unsur-unsur tersebut, tak terkecuali berlaku dalam manajemen komunikasi massa. Menurut Joseph A Devito (Hidayatullah, 2010) 1, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual (televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku) yang ditunjukkan kepada massa atau kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Black and Whithey juga mendefinisikan juga komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Dari sudut pandang itu, kemudian yang penting teori jurnalistik sebagai acuan untuk mengelola informasi media massa. Karena, secara teoritik jurnalistik adalah 1 Disadur dalam buku The Interpersonal Communication Book : Pearson/Allyn and Bacon, 2007 1

merupakan aktivitas mencari, mengolah dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk tulisan, suara dan gambar dengan menggunakan media massa (Hidayatullah, 2010:43) Dari definisi konsep komunikasi dan jurnalistik tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang hubungan antara ilmu komunikasi dengan jurnalistik, bahwa dalam komunikasi itu ada yang menggunakan media massa sebagai wadah penyampaian pesannya (disebut dengan komunikasi massa), dan untuk memproduksi pesan yang akan disampaikan kepada khalayak tersebut memerlukan cara atau aktivitas jurnalistik. Dengan kata lain, Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa dan untuk memproduksi media massa memerlukan aktivitas jurnalistik. Dari sisi jurnalistik, berita adalah informasi penting yang diketahui publik. Tidak hanya itu, informasi dapat disebut sebagai berita jika memenuhi nilai-nilai berita, unsur-unsur berita, dan memenuhi prinsip-prinsip jurnalistik. Jurnalistik memodifikasi peristiwa penting menjadi berita yang menarik namun masih dalam koridor etis dan professional. Pada akhirnya berita tersaji pada pembaca dengan kemasan yang menarik, berbobot, namun memiliki nilai-nilai jurnalistik yang dijunjung tinggi. Berita adalah hasil konstruksi sosial yang melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Berita yang kita baca adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik. Menurut pandangan konstruksionis, berita bersifat subjektif. Ini dikarenakan opini tidak bisa dihilangkan karena ketika meliput, 2

wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif (Hidayatullah 2010:47). Penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang penting yang penuh dengan objektivitas. Tapi, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan motif penulis Menurut Dan Nimmo (2004:214-221) berita adalah produk media, yaitu laporan yang bermakna tentang peristiwa, laporan yang menyangkut pilihan beberapa orang (terutama wartawan) yang melakukan p ilihan yang memberi nama, menginterpretasikan, dan memberi bentuk kepada kejadian yang diketahui. Dalam paradigma konstruktivis, sebuah fakta/realita tidak dipandang ada dan tinggal ambil saja, melainkan realitas itu diciptakan oleh manusia. Berbeda dengan paradigma positivistik yang memandang bahwa fakta/realitas itu bersifat objektif dan ada sebelum wartawan datang ke lokasi peristiwa. Media merupakan jembatan bagi keduanya untuk melakukan interaksi. Media menjadikan setiap proses komunikasi semakin nampak menarik. Media sebagai salah satu item proses komunikasi yang mampu menghadirkan audio, visual atau bahkan kombinasi keduanya sebagai penegasan pesan yang disampaikan. Dengan begitu, pesan yang akan disampaikan bisa lebih representatif. Kemudian media dengan semua kelebihan yang dimiliki menjelma menjadi pesona menakjubkan jika ditujukan 3

pada manusia banyak atau massa. Selebihnya, dalam ulasan ini media yang dimaksud peneliti adalah media massa khususnya cetak. Kekuatan yang sering kita sebut dengan media massa ini akhirnya menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Secara dinamis, kebutuhan manusia akan informasi yang up to date menjadi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media dalam sebuah Negara memiliki peranan yang amat penting. Hal ini dikarenakan media digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media dipakai sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Selain itu media massa juga dapat menjadi alat kekuasaan yang sangat berpengaruh pada ideologi Negara. Hal ini seperti yang ditulis Louis Althusser (dalam Sobur, 2002:30) bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Secara tidak langsung media massa merupakan bagian dari alat kekuasaan Negara yang bekerja secara ideologis dalam rangka membangun keutuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological states apparatus) (dalam Sobur, 2002:31). Media massa dalam perkembangannya saat ini merupakan sebuah kekuatan raksasa yang tentu sangat diperhitungkan. Apalagi dengan perkembangan media massa yang amat cepat dalam memberikan informasi kepada khalayak. Jadi tidak heran jika media massa dipandang sebagai faktor yang menentukan dalam sebuah proses perubahan. Media massa yang dibagi dalam media elektronik maupun cetak 4

memiliki perbedaan dalam menyampaikan informasinya. Media elektronik didukung audio dan visual akan mempermudah para khalayak untuk memaknai suatu informasi yang diberikan secara cepat. Hal ini berbeda dengan media cetak yang harus menghimpun berita dan baru diberitakan keesokan harinya. Oleh karenanya, berita dalam media cetak harus memiliki nilai berita yang lebih fokus dan berbeda dalam mengkaji suatu berita agar dapat dinikmati oleh masyarakat (McQuail, 2011:3). Dalam komunikasi, faktor media menduduki peran yang sangat penting dalam proses penyebaran pesan. Bahkan bisa dikatakan, suatu pesan bisa efektif atau tidak, tersebar luas atau tidak sangat bergantung ketepatan dalam memilih media tersebut. Kesalahan memilih media tentu akan mengakibatkan pesan yang disampaikan kurang mengena. Untuk itu, menggunakan banyak media bisa mengurangi kekurangan yang dimaksud. Kekuatan media massa yang mampu menyebarkan informasi ke berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan menjadikan media massa masuk sebagai satu item kebutuhan primer masyarakat. Media massa sangat erat berhubungan dengan segala aktivitas yang dilakukan manusia. Setiap hari, rata-rata manusia menghabiskan lebih banyak waktunya dengan media massa daripada tanpa media. terkadang media massa juga mempengaruhi apa yang dikonsumsi, dibicarakan, dikerjakan, dan dipelajari (Biagi, 2010:5) Karena keberadaan media massa yang kuat dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat, maka apapaun yang ditulis oleh sebuah media massa, baik itu cetak ataupun elektronik tentunya akan mempengaruhi pola pikir dalam menentukan 5

pilihan. Selain kekuatan untuk mempengaruhi opini publik, media juga memiliki peran strategis untuk membentuk realitas sosial. Kontruksi realitas merupakan upaya untuk menentukan gambaran atau citra yang akan ditanamkan kepada publik melalui bahasa yang digunakan oleh media massa tersebut, sehingga bahasa bukan hanya sebagai perangkat dasar dalam mempresentasikan sebuah realitas, tetapi juga sebagai alat untuk menentukan relief seperti apa yang ingin diciptakan terhadap realitas yang telah ada. Setiap media massa tentu tak sama dalam membingkai informasi menjadi sebuah berita sebelum dilempar pada khalayak untuk dikonsumsi. Benturan-benturan kekuasaan dan perbedaan ideologi menyelimuti penyajian berita setiap media massa. Selain itu, unsur ekonomi, politik dan agenda setting yang sengaja diatur juga mempengaruhi isi berita di dalam sebuah media massa. Hal tersebut dilakukan agar pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan pembuat berita, sehingga khalayak sengaja diatur oleh media massa dalam penyajian berita dan tidak dapat memilih berita apa yang diinginkan oleh khalayak. Hal inilah yang disebut dengan konstruksi media massa. Pemilik media massa dan ideologinya juga mempengaruhi kehidupan media massa. Apalagi sudah diketahui bagaimana kerja media massa di Indonesia yang pemiliknya langsung terjun dalam kegiatan politik. Secara terang-terangan mereka memanfaatkan media yang dimilikinya untuk kegiatan politik dan hal tersebut tidak dapat kita sangkal kebenarannya. Pemanfaatan media massa untuk kepentingan pemilik media juga akan perbengaruh pada frame pemberitaan media tersebut 6

Dengan frame atau bingkai dari media massa, pemilik media akan memilih isu-isu tertentu dan menonjolkan isu tersebut untuk mempengaruhi masyarakat. Karena masyarakat melihat sebuah perstiwa melalui media, salah satu tugas media massa adalah untuk menyederhanakan sebuah informasi agar mudah diterima oleh masyarakat. Dalam proses penyederhanaan ini media massa memasukkan ideologi pemilik media dalam mempengaruhi masyarakat. Framing media massa akan mempengaruhi bagaimana sudut pandang masyarakat dalam menilai sebuah peristiwa (Tamburaka, 2012:13). Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitahukan negatif atau positif, melainkan bagaimana pembingkaian berita yang dikembangkan oleh media. Jadi dalam komunikasi, bingkai berita tidak hanya untuk memberikan informasi, tetapi sekaligus mempersuasi pembaca media. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (storytelling) media atas peristiwa. cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas (Eriyanto 2007:7) Paradigma kontruktivis memandang tidak ada fakta/realitas yang tiba-tiba ada. Fakta/realitas adalah buatan manusia. Peristiwa tersebut telah direkam oleh wartawan. Lewat sudut pandangnya, wartawan kemudian menuliskan berita yang diliputnya, setelah dikonstruksi redaksi dengan tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai oleh 7

pemilik media. Berita yang telah dikonstruksi itulah yang akhirnya sampai kepada pembaca. Peneliti berpendapat bahwa kasus Pemilu Presiden ( Pilpres) 2014 yang melibatkan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto (Prabowo) menarik untuk diteliti, dengan alasan sekurang-kurangnya lima hal. Pertama, ketika masa kampanye berlangsung, masyarakat cenderung antusias sekali mengikuti perkembangan berita mengenai Pilpres di televisi. Sebab, dalam Pilpres kali ini kentara sekali ada dua swasta televisi nasional (TV One & Metro TV) nampak saling berlomba memberitakan kelebihan-kelebihan pasangan calon yang diusungnya. Kedua, Pilpres 2014 ternyata melibatkan persaingan antar-lembaga survei yang saling mengklaim tentang kredibilitas lembaganya menyajikan data survei. Ketiga, fenomena Jokowi (sebagai kader PDIP) cenderung unik, sejak dia jadi Walikota Solo sampai kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tidak pernah terjadi sebelumnya, seorang kader biasa dipromosikan menjadi calon Presiden. Keempat, faktor saingan Jokowi, yaitu Prabowo, tidak kalah uniknya, karena sebelumnya adalah teman koalisi Megawati (ketua umum PDIP) ketika bertarung dalam Pilpres 2009. Pada tahun 2014, Prabowo justru berhadapan (head to head) dengan PDIP. Kelima, tingkat elektabilitas Prabowo, sebagai pesaing Jokowi, semula sangat tidak imbang. Tetapi pada akhirnya menjelang hari pemungutan suara tingkat elektabilitas Prabowo hampir menyamai Jokowi. Namun Pilpres harus disandarkan pada realitas politik, bahwa yang penting adalah bagaimana rakyat sebagai kelompok pemilih menjatuhkan pilihan yang tepat 8

kepada salah seorang kandidat. Media massa sebagai pembentuk realitas dan media massa memiliki pengaruh besar kepada masyarakat dalam menentukan kepada siapakah mereka harus memilih. Media massa baik cetak maupun elektronik sama-sama memuat ragam berita sebagai bentuk representasi dari setiap kejadian yang memiliki nilai berita. Namun pada kenyataannya, berita atau informasi yang diterima masyarakat sebenarnya adalah hasil dari konstruksi media massa dan bukanlah realitas sesungguhnya. Perbedaan bingkai berita yang disampaikan ke tengah masyarakat memungkinkan adanya perbedaan pembentukan opini publik sesuai dengan informasi yang dikonsumsi khalayak. Istilah berita pesanan sekiranya bisa menjadi pernyataan yang pas untuk beberapa liputan yang menjadi permintaan para klien untuk tujuan dan motif tertentu. Bisa jadi berita yang seringkali kita yakini kebenarannya itu justru merupakan permintaan publikasi yang dilakukan oleh pemilik media yang sengaja dilakukan untuk mempengaruhi opini publik. Dengan melakukan tiga tindakan sekaligus, seperti penggunaan simbol-simbol politik ( language of politic), strategi pengemasan pesan ( framing strategies), dan melaksanakan fungsi agenda media (agenda setting fungcion) media massa sudah bisa membentuk kerangka opini publik (Hamad, 2004: 2-3) Dari sudut pandang media, penting sekali untuk diketahui bagaimana media membentuk realitas yang terjadi disekitarnya dalam sebuah berita. Salah satu media massa yang berpengaruh di Indonesia adalah Majalah Tempo. Pengambilan berita melalui Majalah Tempo dikarenakan majalah ini merupakan majalah besar yang 9

mengangkat berita secara mendalam (in depth reporting). Selain itu, majalah ini juga menggunakan bahasa yang lugas dan menyajikan fakta-fakta, karena majalah ini memiliki wartawan-wartawan yang profesional dengan jam terbang yang tinggi dalam peliputan berita. Untuk menelaah bagaimana sudut pandang Majalah dalam menyeleksi dan mengemas berita menjadi sebuah informasi, analisis framing dipilih sebagai metode penelitian. Dengan menggunakan analisis framing, kepentingan terselubung dari media massa tersebut akan berita yang mereka sajikan muncul dan terlihat. Oleh karena itu, bagaimana strategi sebuah berita dikemas dapat dilihat dari rutinitas pengolahan dari media massa tersebut. Dalam hal ini, media massa memiliki kuasa untuk membelokkan atau pun menghilangkan sebuah informasi yang didapatkan, sehingga mempengaruhi pemahaman para pembacanya. Analisis framing adalah termasuk dalam pandangan kontruksionis, dimana berita bukan merupakan refleksi dari realitas melainkan konstruksi dari realitas (Eriyanto 2007:24). Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Dengan demikian, pandangan konstruksionis dapat menentukan bagaimana peristiwa atau realitas yang sesungguhnya dibentuk serta dengan sudut pandang yang bagaimana sehingga dapat mempengaruhi khalayak. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih 10

menarik, lebih berarti atau lebih mudah untuk diingat. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Nugroho, Eriya nto, Surdiasis, 1999:21) Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/ dianggap penting oleh pembuat teks. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa hanya isu yang melibatkan dua tokoh saja yaitu Prabowo dan Jokowi yang mendapatkan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu sehingga membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh informasi dari sebuah kejadian, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel. Framing, menurut Entman, secara esensial meliputi penyeleksian dan penonjolan. Memuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atau realitas, dan memuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang 11

dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penangananannya (Siahaan, 2001:80-81) Analisis framing, menurut Robert N. Entman (Sobur 2006:164 ) memiliki implikasi penting bagi komunikasi politik. Framing, menurutnya, menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun pembingkaian berita Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana. Dalam kaitan itu, peneliti menggunakan analisis framing menurut Robert N. Entman (seperti dikutip Eriyanto, 2007) untuk mengetahui konstruksi realitas apa yang digunakan oleh Majalah Tempo dalam membingkai pemberitaan tentang isu Pemilu Presiden baik dari segi pemakaian kata, kalimat, lead, foto dan perangkat lainnya sehingga mampu dipahami oleh khalayak. Selain dapat mengetahui konstruksi realitas, dapat diketahui pula adakah unsur propaganda yang dilakukan Majalah tersebut di dalam konteks Pemilu Presiden 2014 ini. Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas apa maksud tersembunyi dalam pembingkaian yang dilakukan oleh Majalah Tempo tentang 12

pemberitaan pemilu presiden tersebut serta propaganda apa yang ada di dalam Majalah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah pembingkaian berita tentang Prabowo dan Jokowi dalam isu Pemilu Presiden 2014 yang dilakukan oleh majalah Tempo. 2 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, peneliti memformulasikan lebih lanjut ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Majalah Tempo mengambil sudut pandang (Define Problem) dalam isu pencalonan Prabowo dan Jokowi pada pemberitaan pemilu presiden 2014? 2. Bagaimana Majalah Tempo mengidentifikasi penyebab masalah (Problem Identification) dalam isu pencalonan Prabowo dan Jokowi pada pemberitaan pemilu presiden 2014? 3. Bagaimana Majalah Tempo menyusun argumentasi moral (Make Moral Judgement) terhadap isu pencalonan Prabowo dan Jokowi pada pemberitaan pemilu presiden 2014? 4. Rekomendasi apa yang disarankan oleh Majalah Tempo terhadap masalah isu kampanye yang disampaikan oleh pihak Prabowo dan Jokowi? 2 Penyebutan Prabowo lebih dahulu daripada Jokowi mengikuti urutan nomor yang bersangkutan dalam Pilpres 2014, Prabowo mendapat nomor urut 1, sedangkan Jokowi nomor urut 2. 13

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui frame Majalah Tempo terhadap pemberitaan Prabowo dan Jokowi dalam masa kampanye Pemilu Presiden berdasarkan konsepsi framing Robert. N Entman 2. Untuk mengetahui kecenderungan sikap Majalah Tempo terhadap kasus Pemilihan Umum Presiden 2014. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi bagaimana mengaplikasikan analisis framing, dengan mengambil contoh kasus pemberitaan tokoh yang sedang berkontestasi dalam pemilihan Presiden. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan tambahan referensi bagi penelitian-penelitian serupa yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya konsentrasi Jurnalistik. 14