TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyuapi para murid dengan begitu melimpahnya informasi serta kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rata diberi tugas untuk membantu kesulitan temannya untuk membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan berupa seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

Vol.1, No.1, Maret 2017 ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. diukur menggunakan instrumen yang relevan. Banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

Belajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

Kata Kunci: student facilitator and explaining, hasil belajar PKn

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI TUGAS KERJA KELOMPOK

PENGARUH PEMBERIAN PRE-TEST DAN RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

Pengaruh Penggunaan Media Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Terong (Solanum melongena) Fahruddin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II KAJIAN TEORI. Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Rohanah, 2013

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Oleh: YULIANI 57617/2010

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Hampir semua pakar bidang psikologi dan pendidikan menyepakati bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Menurut Oemar Hamalik (2001:37) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sesuai dengan pendapat tersebut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

11 Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu: a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Dari pengertian di atas, jelas bahwa belajar adalah suatu proses dari yang tidak tahu menjadi tahu suatu hal. 2. Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar Konstruktivisme merupakan pengelompokan atas teori-teori baru dalam psikologi pendidikan, walau demikian teori konstruktivisme berkaitan dengan teori perkembangan mental peaget. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak begitu saja. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam pandangan kontruktivitas, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan

12 seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, 2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, 3. Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar. Dengan demikian, kaitannya terhadap penelitian ini adalah bahwa dari variabel penelitian yang akan diteliti bisa saja hasil yang didapat berbeda dengan kondisi siswa dalam kebiasaan belajar, dengan lingkungan belajar, terhadap prestasi belajar IPS. 3. Kebiasaan Belajar Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi, perhatian, dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain. Hal ini sejalan dengan pendapat slameto, (2003:53) bahwa banyak siswa dan mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang tidak efektif. Mereka hanya mencoba untuk menghafal pelajaran. Selain itu juga, bagaimana kebiasaan belajar seseorang dapat ditentukan dari kondisi atau situasi yang sedang dihadapi, seperti yang dikemukakan oleh Wasty Soemanto, (2006,109) bahwa meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memiliki set yang tepat untuk merealisasi tujuan itu,

13 namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi ciri manapun dan kapan saja memberi kesempatan kebiasaan belajar kepada seseorang. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. (Djaali, 2008:128). Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit, sekalipun ia tahu bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Kebiasaan belajar yang teratur akan berdampak pada prestasi belajar yang baik. Sesuai dengan law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulangi, yang paling penting adalah siswa mempraktekannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama kelamaan menjadi kebiasaan. a. Perencanaan jadwal belajar IPS dan pelaksanaannya Merupakan suatu rancangan waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka seseorang siswa perlu mempunyai jadwal belajar dan melaksanakannya dengan teratur.

14 Adapun cara membuat jadwal yang baik menurut Slameto (2003:82) sebagai berikut: 1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olah raga, dan lain-lain. 2) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari. 3) Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari. 4) Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. Sesudah waktu itu diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam belajar lain. 5) Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu untuk memulai pekerjaan, termasuk juga belajar. Supaya berhasil dalam belajar, jadwal yang sudah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur, disiplin dan efisien. Dengan demikian, perencanaan jadwal merupakan hal yang termaksuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Membaca Buku Pelajaran IPS Kegiatan membaca merupakan bagian yang tak terpisahkan dari belajar, karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah dengan membaca. Dengan membaca teratur, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang luas. Akhirnya, hasil belajar yang dicapai menjadi lebih baik. Agar siswa dapat membaca dengan efisien perlu memiliki cara-cara yang baik. Menurut Surya Hendra (2004:87) pembaca yang baik adalah:

15 1) Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam membaca, artinya memperhatikan kesehatan membaca dan memberi tanda-tanda pada buku pelajaran. 2) Mengerti betul buku yang dibaca. 3) Sehabis membaca dapat mengingat sebagian besar dari pokok-pokok apa yang dibacanya. 4) Dapat membaca dengan cepat. Lebih lanjut Surya Hendra mengatakan bahwa ada hubungan yang pasti dan penting antara kesanggupan membaca dengan angka hasil ujian para siswa di sekolah. Siswa yang sanggup secara efisien dan teratur membaca buku-buku yang diwajibkan biasanya memperoleh angka yang baik dan akhirnya sukses dalam studinya. c. Mengulangi Bahan Pelajaran IPS Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan akan tetap tertanam dalam otak seseorang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca tetapi juga mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh. Menghafal dapat dengan cara diam tapi otaknya berusaha mengingat-ingat, dapat dengan membaca keras atau mendengarkan dan juga dengan cara menulisnya.

16 d. Mengerjakan Tugas IPS Salah satu prinsip dalam belajar adalah ulangan atau latihan-latiahan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes, ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat atau mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku atau soal-soal buatan sendiri. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas secara teratur. Tugas ini mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan, tes atau ulangan harian, ulangan umum dan ujian. 4. Lingkungan Belajar di Rumah Lingkungan menurut Ngalim Purwanto (1990:28) adalah semua kondisi dalam dunia ini dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai studinya. Seorang siswa hidup di dalam lingkungan masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan fisik dan sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas maka dapat diduga lingkungan belajar sangat berkaitan dengan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Lingkungan merupakan suatu keadaan yang dapat memberikan pengaruh besar kepada suatu individu baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Menurut Slameto (2003:57) lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini juga dipertegas dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah dalam buku yang berjudul Psikolog Belajar tahun 2008, lingkungan merupakan

17 bagian penting dari kehidupan anak didik, karna baik buruknya lingkungan akan berpengaruh pada anak didik. Jadi yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah kesatuan ruang atau kondisi yang dipergunakan oleh perubahan tingkah laku dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Lingkungan belajar ini merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang baik. Dengan adanya lingkungan yang baik, tentu akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar. Agar siswa mengalami proses belajar yang berhasil, harus sesuai dengan tujuan yang mesti dicapainya salah satunya yaitu harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan belajarnya. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang keberhasilan siswa. Lingkungan belajar yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor eksternal yang ada di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar. Siswa hidup dalam masyarakat tidak akan lepas dari lingkungan baik fisik maupun sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas diduga lingkungan belajar sangat berkaitan bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkannya. Untuk itu lingkungan belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang ada di rumah yang dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Lingkungan belajar di rumah menurut Bimo Walgito (1987:25) adalah Semua kondisi atau keadaan tempat belajar seseorang yang ada di sekitar rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Lingkungan di rumah khususnya lingkungan keluarga merupakan lingkungan

18 yang pertama kali bagi siswa dalam kehidupanya. Keadaan keluarga akan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya siswa mencapai prestasi yang diinginkannya di sekolah. Menurut Hutabarat (1986:21) lingkungan rumah adalah Keadaan keluarga dan suasana tempat belajar seseorang yang ada di rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga. Hubungan yang kurang serasi dengan keluarga dapat mengganggu konsentrasi pikiran dalam belajar. Siswa dengan latar belakang kehidupan yang harmonis, hubungan anggota keluarga sangat terbuka satu dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap maupun pribadi siswa, kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari di rumah dan cara mendidik orang tua akan memberi corak kepada keadaan pribadi siswa yang kemudian berinteraksi dengan siswa lain yang mungkin keadaannya berlainan, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar di rumah adalah semua keadaan dan suasana tempat belajar siswa di rumah tempat tinggal termasuk hubungan antar anggota keluarga. Lingkungan belajar di rumah dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut: a. Pengawasan orang tua Oemar Hamalik menyatakan bahwa: Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Pengawasan yang kurang bisa menimbulkan kecendrungan adanya bebas mutlak pada sekelompok siswa dan hal ini sangat tidak menguntungkan bagi siswa itu sendiri. Pengawasan itu tidak berarti menghambat atau menekan akan tetapi mendorong ke arah kesadaran diri. Karena itu pengawasan akan berkurang apabila kita telah menunjukan rasa tanggung jawab terhadap belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thamrin Nasution bahwa:

19 Orang tua harus bersedia mendampingi anak-anak pada waktu yang demikian kepada mereka yang diberikan nasehat, bertujuan agar mereka meningkatkan kegairahan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Anak-anak haruslah diberi motivasi untuk belajar lebih giat, lebih semangat. Dengan demikian si anak lebih percaya diri, di samping rasa bangga karena mendapat perhatian dari orang tua. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan orang tua ini adalah suasana hubungan antar anggota keluarga di rumah. Dalam hal pengawasan yang dilakukan orang tua terhadap anak di rumah. b. Hubungan dengan keluarga Roestiyah (1994:155) menyatakan bahwa: Hubungan antara keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga dan menyebabkan seseorang kurang semangat dalam belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang akan memberi semangat yang mendalam pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Aziz Hastari hubungan antarsaudara (kakak-adik) yang harmonis menunjukan: 1. Adanya perasaan saling menyayangi dan saling mengasihi antaranak. 2. Adanya keinginan dan kebutuhan untuk saling melindungi diantara anak 3. Munculnya perasaan saling menghormati dan menghargai kewajiban dan hak antarsaudara 4. Saling membantu satu sama lain (kakak-adik) yang diwujudkan melalui pemberian bimbingan dari kakak kepada adik dan sebaliknya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antaranggota keluarga yang harmonis akan memberikan motivasi yang mendalam pada siswa. Sedangkan hubungan antaranggota keluarga yang kurang intim akan

20 menimbulkan suasana yang kaku dalam keluarga, yang menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk belajar di rumah. c. Ruang belajar di rumah Menurut pendapat Surya Hendra (2004:32) bahwa sebuah syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya adalah tersedianya tempat belajar. Selanjutnya Slameto (2003:76) mengungkapkan bahwa untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya: 1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran. 2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata. 3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, bukubuku, dan sebagainya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang belajar erat hubungannya dengan kegiatan belajar siswa, dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan tersedianya ruang belajar yang bersih, memiliki sirkulasi udara yang lancar, tidak ada bau-bauan dalam ruangan yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran maka akan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih baik. d. Sarana belajar IPS di rumah Menurut Hasbullah Tabrani (1994:48) sarana belajar adalah segala kebutuhan logistik tertentu yang dibutuhkan dalam belajar, seperti ruang belajar yang bebas

21 dari gangguan, situasi dan suhu udara yang baik, dan penerangan serta perlengkapan yang baik dan cukup. Selanjutnya menurut pendapat Roestiyah (1994:151) bahwa belajar juga memerlukan sarana secukupnya, jika sarana belajar yang dibutuhkan siswa tidak tercukupi maka siswa tersebut dapat terganggu belajarnya. sebab sarana belajar yang memadai akan dapat mendorong siswa bergairah dalam belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Dari pendapat di atas belajar memerlukan sarana belajar yang lengkap yang akan menunjang keberhasilan dalam belajar. Sarana belajar yang lengkap akan membuat siswa bergairah dalam belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih baik, sebaliknya apabila sarana belajar yang dimiliki siswa tidak lengkap maka siswa akan terganggu dalam belajarnya. Selanjutnya Oemar Hamalik (2001:196) menyebutkan bahwa suatu lingkungan belajar memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Psikologis Stimulus berfungsi dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons dan pada gilirannya menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respons baru demikian seterusnya. Ini berarti lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. 2. Fungsi Pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah dan lembaga latihan. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. 3. Fungsi Instruksional Program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran dari pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, media pengajaran dan kondisi lingkungan kelas merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku kita.

22 Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dan suasana tempat belajar siswa di lingkungan rumah yang mencakup pengawasan orang tua, hubungan dengan keluarga, ruang belajar di rumah, sarana belajar di rumah. Lingkungan belajar merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang baik. Dengan adanya lingkungan belajar yang baik, maka akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar. 5. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Abu Ahmadi (1998:21) adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha kegiatan belajar, dan kegiatan belajar itu sendiri adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya untuk mencapai tujuan. Sedangkan Muhibin (2009:141) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam suatu usaha (kegiatan belajar) dan perwujudan belajar siswa dapat dilihat pada nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes (Abu Ahmadi, 1991:21). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar ialah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dari sejumlah materi yang diberikan guru dalam bentuk nilai atau angka selama waktu tertentu. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sapriya (2009:18) adalah merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama

23 program studi diperguruan tinggi yang identik dengan istilah social studies. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat. Jadi pengertian tentang prestasi belajar dan IPS yang telah dikemukakan di atas maka diperoleh pengertian prestasi belajar IPS adalah nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS setelah seorang siswa selesai mengikuti kegiatan belajar. B. Kerangka Pikir Setiap kebiasaan belajar yang teratur dapat berhubungan dengan prestasi belajar. Adapun indikator dalam menentukan kebiasaan belajar adalah perencanaan jadwal dan pelaksanaannya, membaca buku pelajaran IPS, mengulangi bahan pelajaran IPS, mengerjakan tugas IPS, tetapi pada dasarnya, kemauan dan keteraturan dalam kebiasaan belajar ini, serta lingkungan belajar di rumah yang mendukung menjadi suatu motivasi yang diduga berhubungan terhadap pencapaian prestasi belajar pada setiap siswa. Atas hal tersebut, maka ada ketertarikan dari peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung. Dalam penelitian ini akan terlihat hubungan dari variabel bebas (X), yaitu kebiasaan belajar (X1) dan lingkungan belajar di rumah (X2), terhadap variabel terikat (Y), yaitu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut:

24 Kebiasaan belajar (X 1 ) Lingkungan belajar di rumah (X 2 ) Prestasi belajar IPS (Y) Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa. C. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji adalah: 1. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung. 2. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung. 3. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.