HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA KLIEN HALUSINASI INTISARI

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

Universitas Sumatera Utara

Lembar Persetujuan Responden

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :


BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA STROKE ABSTRACT

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD ULIN BANJARMASIN

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan Rumah Sakit rujukan milik pemerintah. dijl. Osamaliki No. 19 Salatiga. RSUD Kota Salatiga ini memiliki

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

KUESIONER. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di IGD RSAB Harapan Kita

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Taroenadhibrata yang dilakukan pada bulan Juni 2017 dengan jumlah. sampel 57 responden didapatkan hasil sebagai berikut:

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Transkripsi:

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin iloveiche@gmail.com, imeldaladjar@gmail.com, ABSTRAK Masalah yang sering muncul pada pasien gangguan kardiovaskuler adalah kecemasan. Kecemasan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.sedangkan komunikasi terapeutik dianggap sebagai salah satu yang dapat menurunkan kecemasan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan metode komunikasi yang dilakukan perawat untuk membantu penyembuhan pasien, melalui teknik komunikasi yang terencana sehingga terbentuknya rasa saling percaya antara perawat dan pasien. Komunikasi terapeutik bertujuan agar kecemasan dapat terkendali, dan pasien dapat mengembangkan konsep diri dengan baik, sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan perawatan. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular yang dirawat diruangan Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien yang dirawat diruangan Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, Menggunakan teknik purposive sampling dan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil menunjukan komunikasi terapeutik perawat di ruangan Alamanda sebesar 52,6% baik. Kecemasan Pasien diruangan Alamanda sebesar 63,2 cemas sedang, Hasil statistik menunjukan hasil adanya korelasi lemah (rs=0,330) dengan nilai probabilitas p= 0,043, yang berarti terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada pasien kardiovaskular dengan korelasi lemah. Sehingga disarankan kepada Perawat untuk mempertahankan komunikasi terapeutik yang efektif kepada pasien. Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik Perawat, Tingkat Kecemasan Pasien, Gangguan Kardiovaskular. Jumlah : 195 Kata 1

PENDAHULUAN Kemajuan Perekonomian dan perubahan pola hidup pada negara-negara berkembang menyebabkan pola penyakit berubah dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit - penyakit degenerative, diataranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskular). Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara maju dan berkembang. Penyakit kardiovaskular dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu gangguan fungsi jantung, gangguan struktur jantung, infeksi dan non inflamasi, serta gangguan system vascular (Smeltzer, 2006). Menurut WHO (2011) bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu didunia dan 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular (Sumarti, 2010). Secara umum, perawatan pasien gangguan kardiovaskular bertujuan untuk memperbaiki hemodinamik, meningkatkan konsep diri, menghilangkan rasa nyeri, mencukupi kebutuhan oksigen, menjaga kenormalan pola eliminasi, mengurangi kecemasan, dan mencegah kematian. Pada pasien dengan diagnosa penyakit jantung yang menjadi pembunuh nomor satu sudah merupakan beban berat bagi pasien itu sendiri. Perasaan takut dengan penyakit, dijauhi keluarga, merasa tidak berharga dan takut akan kematian dirasakan pasien menjadi suatu beban psikologis bagi diri pasien tersebut. Apalagi ditambah dengan masalah tindakan medis dan keperawatan yang menurut pasien sangat asing tanpa adanya informasi yang jelas dari perawat maupun dokter, sehingga komunikasi sangat diperlukan antara tenaga kesehatan dengan pasien. Komunikasi perawat pasien yang terapeutik menjadikan suatu kewajiban, berkaitan dengan petugas perawat itu sendiri, agar interaksi tersebut memfasilitasi proses penyembuhan Pasien (Nurjannah, 2005). Komunikasi yang baik diantara tenaga kesehatan dan pasien akan menentukan tahap tindakan medis selanjutnya dan meningkatkan keberhasilan dari proses perawatan pasien. Kelemahan dalam komunikasi merupakan masalah serius bagi perawat maupun bagi pasien. Perawat yang enggan berkomunikasi dengan pasien biasanya hanya menunjukkan bahasa tubuh yang berdampak sangat serius bagi pasien misalnya dengan menunjukkan raut wajah yang tegang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung di RSUD Ulin Banjarmasin mengemukakan bahwa untuk komunikasi terapeutik pada tahap orientasi perawat tidak mengucapkan salam saat masuk ruangan dan tidak memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu pasien. Pada tahap terminasi mengemukakan perawat ketika pergi tidak memberitahu kapan akan kembali. Pada tahap kerja pasien mengemukakan perawat menanyakan keluhan yang dialami pasien dan pembicaraan mudah dipahami. Untuk kecemasannya sebagian besar pasien mengemukakan susah tidur dan merasa cemas, takut mati, mudah tersinggung, kepikiran keluarga yang dirumah, selama di rumah sakit tidak bisa melakukan apa-apa, merasa sendiri karena pasien sering ditinggalkan, sedangkan pasien lainnya mengemukakan merasa tenang karena sudah sering keluar masuk rumah sakit, sehingga sudah mulai menerima kondisi yang dialami. Dampak bagi pasien apabila komunikasi tidak dilaksanakan dengan baik yaitu pasien menjadi kurang percaya dengan perawat, pasien menolak untuk dilakukan tindakan yang berkaitan dengan proses 2

penyembuhan, pasien menjadi enggan untuk bertemu perawat, dan masa perawatan pasien menjadi bertambah karena terhambatnya proses penyembuhan. Dampak bagi perawat apabila komunikasi tidak dilaksanakan dengan baik yaitu asuhan keperawatan yang sudah disusun patut dipertanyakan, dan perawat dinilai menjadi tidak berkualitas dan tidak bertanggungjawab atas kewajiban yang seharusnya perawat lakukan. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gangguan Kardiovaskular yang Dirawat Diruangan Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk melihat korelasi antara variabel bebas dan terikat, data akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan atau (point time approach). Variabel Penelitian Variabel Independent Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu Komunikasi Terapeutik Perawat Variabel Dependent Variabel Dependen dalam penelitian yaitu Kecemasan Pasien Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat diruang Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin diambil dari 3 bulan terakhir jumlah populasi sebanyak 115 pasien. Penelitian dilakukan satu bulan saja sehingga rata-rata pasien dalam satu bulan ± 42 pasien. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien di Ruangan Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 38 responden. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 1 Juli di ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuisioner dengan metode checklist ( ) untuk mengumpulkan data mengenai komunikasi terapeutik perawat, dan untuk variabel kecemasan menggunakan Instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afktif. Uji Validitas dan Reliabilitias Penelitian ini instrument untuk variabel komunikasi terapeutik perawat telah melalui validitas dan reliabilitas dengan hasil uji valid untuk komunikasi terapeutik perawat > 0.468 dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) adalah instrument yang sudah baku. Teknik Analisa Data Analisis Univariat, pada penelitian ini dilakukan pada semua variabel penelitian yaitu komunikasi terapeutik perawat dan kecemasan dengan menggunakan distribusi frekuensi Analisis Bivariat, pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kecemasan menggunakan rumus Spearman Rank. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Distribusi frekuensi karakteristik responden sebagai berikut: Distribusi frekuensi variabel penelitian sebagai berikut: 3

Komunikasi Terapeutik Perawat Komunikasi Terapeutik F % Sangat Baik 11 28,9 Baik 20 52,6 Kurang Baik 7 18,4 Tidak Baik 0 0 Total 38 100 Dari hasil penelitian diatas sebagian besar komunikasi terapeutih perawat di ruang alamnda dalam kategori Baik yaitu sebanyak 20 orang (52,6%). Apabila dikaitkan dengan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diruangan alamanda terbanyak adalah laki-laki sebanyak 21 (55,3%) responden. Laki-laki lebih menggunakan akal dan berpikir rasional dari pada perempuan sehingga lakilaki lebih mudah untuk memahami komunikasi yang dilakukan perawat. Karakteristik responden berdasarkan lama perawatan 3-5 hari sebanyak 33 (86,8%) juga mempengaruhi, Hal ini dikarenakan komunikasi terapeutik terjadi selama perawatan yang dijalani pasien, responden banyak memberikan penilaian yang baik pada perawat yang ada diruangan. Komunikasi terapeutik merupakan sarana berkomunikasi yang dilakukan perawat untuk membantu penyembuhan pasien, melalui teknik yang terencana sehingga terbentuknya rasa saling percaya antara perawat dengan pasien. Pada saat dilakukan penelitian diruangan alamanda khusus perawatan penyakit jantung, perawat yang bertugas saat itu dinilai telah menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik. Perawat yang bertugas saat itu mampu membina hubungan saling percaya, sehingga pasien dapat bekerjasama dengan perawat untuk proses penyembuhan. Perawat bersikap ramah, sopan santun dan caring kepada pasien. Hasil penelitian didukung teori Ramses Lalongkoe (2014) yang mengatakan tahap orientasi merupakan tahap awal pertama kali bertemu dengan pasien untuk mulai membina hubungan saling percaya melalui penunjukan sikap positif, komunikasi terbuka, sikap jujur, ikhlas, menerima pasien apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien. Tingkat Kecemasan Pasien Gangguan Kerdiovaskular Tingkat Kecemasan F % Ringan 9 23,7 Sedang 24 63,2 Berat 5 13,2 Total 38 100 Berdasarkan hasil pelitian diatas didapatkan sebagian besar Tingkat Kecemasan Pasien Gangguan Kardiovaskular dalam kategori kecemasan sedang sebanyak 24 orang (63,2%). Perasaan cemas yang dialami pasien dengan gangguan kardiovaskular banyak pada kecemasan sedang hal ini dikarenakan penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor satu yang sudah merupakan beban berat bagi pasien itu sendiri, yang menimbulkan Perasaan takut dengan penyakit, dijauhi keluarga, merasa tidak berharga dan takut akan kematian dirasakan pasien menjadi suatu beban psikologis bagi diri pasien tersebut. Apalagi ditambah dengan masalah tindakan medis dan keperawatan yang menurut pasien sangat asing tanpa adanya informasi yang jelas dari perawat maupun dokter. Pasien yang memiliki kecemasan sedang mempunyai gejala seperti cemas mudah tersinggung, merasa tegang, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, ketakutan ditinggal sendiri, sukar masuk tidur, terbangun malam hari, daya ingat menurun, kurangnya kesenangan pada hobi, terasa nyeri pada otot, kaku, telinga berdenging, nyeri dada, jantung berdebar-debar, sering menarik napas panjang, susah buang air besar, sering kencing, mudah berkeringat serta napas pendek dan cepat. Pada saat berkomunikasi pasien nampak pucat, muka 4

terlihat tegang. Pasien yang memiliki kecemasan sedang rata-rata pasien yang sudah dirawat 3 hari. Berdasarkan Teori Singgih D. Gunarsa (2008) Kecemasan yang berlarut-larut dan tidak terkendali dapat mendorong terjadinya respon defensif sehingga menghambat mekanisme koping yang adaptif, sehingga bisa menurunkan kondisi kesehatan pasien jantung. Respon pasien yang tidak kooperatif dapat menghambat rencana tindakan keperawatan. Analisa Bivariat Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gangguan Kardiovaskular Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dari 11 (28,9%) responden dengan penilaian komunikasi terapeutik kategori sangat baik terdapat 3 (7,9%) responden yang mengalami cemas ringan, 7 (18,4%) responden yang mengalami cemas sedang, 1 (2,6%) responden yang mengalami cemas berat. Hal ini menunjukan bahwa apabila dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat menerapkan dengan sangat baik maka tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular bisa menurun dan sebaliknya apabila perawat tidak menerapkan komunikasi terapeutik dengan sangat baik maka tingkat kecemasan pasien akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Perry dan Potter (2005) yang menyatakan bahwa tujuan komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien agar kecemasan dapat terkendali, dan pasien dapat mengembangkan konsep diri dengan baik, sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan perawatan. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular yang dirawat diruangan alamanda Rumah Sakit Ulin Banjarmasin tahun 2015 dengan menggunakan perhitungan korelasi Spearman rank, diperoleh hasil untuk tingkat significancy pada penelitian ini dapat dilihat dari ρ Value pada tingkat significancy 5% maka diperoleh hasil statistik 0,043. Bila dibandingkan dengan nilai alpha (α) yaitu 0,05 maka diketahui bahwa nilai ρ 0,05 artinya H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular yang dirawat diruangan alamanda tahun 2015. Korelasi ini terjadi apabila terdapat komunikasi terapeutik perawat yang baik maka tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular akan menurun. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rakhmat (2007) bahwa komunikasi yang terjalin baik dapat membuat pasien mempercayai perawat, menurunkan kecemasan serta menciptakan kenyamanan dengan keberadaan perawat yang akan melakukan tindakan, kenyamanan, kepercayaan merupakan point penting dalam menyamakan suatu persepsi. Pernyataan ini juga sejalan dengan pendapat Kaplan dan Sadock (1997) bahwa komunikasi terapeutik yang baik diantara perawat dan pasien akan menentukan tahap tindakan medis selanjutnya dan keberhasilan dari proses perawatan pasien penyakit jantung. Berdasarkan nilai coefficient corelation menunjukan nilai sebesar 0,330, angka ini menunjukan tingkat hubungan lemah. Artinya bahwa masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu faktor intrinsik yang meliputi usia pasien, pengalaman pasien menjalani 5

pengobatan, konsep diri dan peran, faktor ekstrinsik yang meliputi kondisi medis, tingkat pendidikan, akses informasi, proses adaptasi, tingkat sosial ekonomi, jenis tindakan, dan komunikasi terapeutik (Kaplan dan Sadock, 1997). Smeltzer,S.C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Komunikasi terapeutik perawat di ruangan alamanda sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 52,6 %. b. Kecemasan Pasien diruangan alamanda sebagian besar termasuk dalam ketegori sedang sebanyak 63,2% c. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular yang dirawat diruangan alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasi tahun 2015 dengan tingkat hubungan lemah. DAFTAR PUSTAKA Gunarsa, Singgih. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. Lalongkoe.R.M, Thomas.A.E. (2014). Komunikasi Terapeutik Pendekatan Praktis Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurjannah, I. (2005). Komunikasi Keperawatan Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Yogyakarta: Moco Medika. Potter, A. P & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Volume I Edisi 4. Jakarta: EGC Rakhmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 6