BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

dokumen-dokumen yang mirip
Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban


BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

POLA HIDUP SEHAT. Oleh : Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

Kesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai perioritas utama

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

Transkripsi:

global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk BAB 1 PENDAHULUAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara kematian global (6%) dari kematian secara global, setelah tekanan darah tinggi (13%), penggunaan tembakau (9%) dan glukosa darah tinggi (6%). Kegemukan dan obesitas juga menyumbang 5% dari angka kematian global. Tingkat aktivitas fisik meningkat di banyak negara dengan implikasi yang besar bagi kesehatan orang di seluruh dunia dan menurunkan angka prevalensi penyakit jantung, diabetes dan kanker. Aktivitas fisik diperkirakan sebagai penyebab terbesar sekitar 21-25% dari kanker payudara dan beban kanker usus besar, 27% diabetes dan sekitar 30% dari beban penyakit jantung iskemik. Telah terbukti bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan stroke, diabetes, hipertensi, kanker usus besar, kanker payudara dan depresi. Aktivitas fisik merupakan penentu utama dari pengeluaran energi, dan dengan demikian merupakan dasar untuk keseimbangan energi dan kontrol berat badan. 2 Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American Heart Assocciation menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau 1

empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak. 5 Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 2 2

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi. 1 Sidang Kesehatan Dunia pada tahun 2004 telah mengesahkan Global Strategy on Diet, Physical Acitivity and Health sebagai tindak lanjut Laporan Kesehatan Dunia tahun 2002 yang menjabarkan dengan rinci hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM). Dalam kerangka kerja WHO, kedua faktor resiko ini dikenal sebagai faktor resiko umum bersama dengan konsumsi alkohol, merokok, umur dan faktor genetik. Faktor resiko umum ini jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya faktor resiko yaitu hipertensi, kadar lemak darah tinggi, serta obesitas. 2 Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2007, sebanyak 48,2% penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik (54,5%) lebih tinggi daripada kelompok laki-laki (41,4%). Selain itu aktivitas fisik di daerah rural sebesar 42,4% sementara di daerah urban kurang melakukan aktivitas fisik telah mencapai 57,6%. Kurang melakukan aktivitas fisik juga terjadi pada setiap kelompok penduduk dengan tingkat termiskin sampai terkaya. 8 Masyarakat sadar bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. Tetapi masyarakat belum paham bahwa latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. 3

Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka kesakitan. Angka kesakitan anak yang menurun berarti tingkat absensi anak sekolah menurun dan prestasi belajar meningkat. Angka kesakitan pekerja menurun berarti tingkat kehadiran pekerja di tempat kerja meningkat sehingga meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan biaya pengobatan. 2 2.1.1. Tipe-tipe Aktivitas Fisik Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 3 1. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. 2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan baik. 3. Kekuatan (strength) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. 2.1.2. Klasifikasi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik umumnya diklasifikasikan sebagai rendah, sedang, dan intensitas tinggi berdasarkan METs (Metabolic Equivalents) untuk kegiatan tertentu atas dasar rasio aktivitas untuk Resting Energy Expenditure. METs merupakan kelipatan dari Resting Energy Expenditure (misalnya berjalan santai = 3,5 METs, yang berarti bahwa ketika seseorang sedang berjalan, pengeluaran energi tiga kali Resting Energy Expenditure). Juga diasumsikan bahwa 1 METs = 1 kkal/menit, sehingga 60 menit berjalan pada METs dianggap setara 210 kkal, sehingga perhitungan energi yang dikeluarkan pada tingkat 1 kkal per jam per 4

kilogram berat badan per MET, dengan demikian Total Energy Expenditure (TEE) diperoleh dari jumlah METs dalam sehari (METs x 1440 menit) x berat badan (kg). Pengkodean yang mengklasifikasikan aktivitas fisik tertentu pada anak dengan tingkat pengeluaran energi dapat dilihat pada Compendium of Energy Expenditures of Youth. TEE adalah energi rata-rata yang dikeluarkan dalam periode 24 jam oleh seseorang individu atau sekelompok individu. 4 Physical Activity Level (PAL) adalah TEE selama 24 jam dinyatakan sebagai kelipatan BMR, dan dihitung sebagai TEE / REE selama 24 jam. Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan proses vital tubuh, tidak termasuk aktivitas, dan proses pengolahan makanan. BMR diukur dalam posisi berbaring, dalam lingkungan thermo-neutral setelah 12 sampai 18 jam, hanya ketika individu telah bangun dan sebelum memulai kegiatan sehari-hari. Dalm prakteknya, Resting Energy Ependiture biasanya diukur selain BMR. REE yang sama diukur pada saat istirahat di lingkungan thermo-neutral setelah 8-12 jam dan tidak segera setelah bangun. REE tidak lebih dari 10% BMR. 7 Untuk mengetahui aktivitas fisik pad anak, tentukan dahulu nilai BMR. Perhitungan BMR untuk amak perempuan adalah 20, 315 x kgbb + 465,9 dan untuk anak laki-laki adalah 22,706 x kgbb + 504,3. Hasil BMR dibagi dengan jumlah menit dalam satu hari. 8 2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Fisik Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja yang kegemukan atau obesitas, berikut ini beberapa faktor tersebut: 6 1. Umur Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira 0,8-1 % per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. 2. Jenis kelamin 5

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. 3. Pola makan Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah makanan dan porsi lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah dan tidak ingin melakukan kegiatan olahraga atau aktivitas lainnya 4. Penyakit/kelainan pada tubuh Berpengaruh terhadap kapasitas jantung/paru, postur tubuh, obesitas, sel darah dan serat otot. 2.2. Aktivitas Fisik pada Anak Hidup sehat harus didukung dengan aktivitas fisik yang baik. Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American Heart Assocciation menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. 5 Begitu juga menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak membutuhkan sekitar 60 menit berolahraga setiap harinya. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak. AAP juga merekomendasikan bahwa anak usia dibawah 2 tahun sebaiknya tidak dibolehkan menonton televisi, sedangkan anak usia diatas 2 tahun hanya boleh menonton televisi paling lama 2 jam per hari. 10 2.2.1. Manfaat Aktivitas Fisik Pada Anak Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. 6

Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 5 Pada anak-anak usia prasekolah aktivitas fisik dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah faktor fisiologis atau perkembangan (pertumbuhan, kesegaran jasamani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan), faktor psikologis, faktor sosial, dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orangtua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, dan usia). Aktivitas fisik yang teratur memiliki banyak manfaat untuk anak-anak usia prasekolah. Manfaatnya dapat berupa: a. Perkembangan kekuatan dan ketahanan dari otot b. Membangun dan mendorong harga diri c. Meningkatkan stabilitas dari tubuh d. Membangun kekuatan otot, jantung dan tulang e. Mengembangkan keterampilan mengontrol obyek tertentu f. Mengembangkan pengenalan terhadap benda, warna dan bentuk g. Mengembangkan ketahanan dalam sistem kardiovaskular Pada tingkatan umur selanjutnya yaitu remaja (12-18 tahun), aktivitas fisik sangat dibutuhkan karena ada keuntungan bagi mereka terutama dalam tahun-tahun atau masa pertumbuhan sehingga pertumbuhan remaja dapat menjadi optimal. Beberapa manfaat untuk remaja dari aktif secara fisik antara lain: 6 a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati c. Membantu menurunkan kecemasan, stres, dan depresi d. Membantu untuk kualitas tidur yang lebih baik e. Menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan diabetes f. Meningkatkan sirkulasi darah g. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru h. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat badan 2.2.2. Aktivitas Fisik Pada Anak sesuai Kelompok Usia 7

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi aktivitas fisik anak sesuai kelompok usia: 5 Bayi yang dapat tengkurap Ajak bayi tengkurap saat ia sedang terbangun dan ingin bermain. Bermain dalam posisi tengkurap dapat dilakukan setidaknya selama 30 menit sehari, dalam rentang waktu terbagi dan harus selalu diawasi orangtua. Bayi yang belum bisa merangkap Rangsang bayi dengan menaruh mainan yang menarik di hadapannya. Anak yang sudah mampu berjalan Sekitar usia satu hingga dua tahun, bentuk aktivitas dapat lebih bervariasi. Sesekali selipkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam waktu singkat, seperti melompat-lompat, memanjat, dan berlari. Mainkan musik dan ajak anak bergerak sesuai irama. Belajarlah bermain bola dengan cara lempar tangkap dan menendang. Permainan yang didorong dan ditarik seperti kereta-keretaan meningkatkan pemahaman anak tentang kesadaran ruang. Usia pra-sekolah Pada usia ini, banyak sekali pilihan permainan yang dapat dijadikan aktivitas fisik. Selipkan latihan yang membuat anak bernafas lebih cepat dan dalam. Misalnya ajak anak berlomba jarak pendek saat bersepeda. Anak usia prasekolah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas yang bersifat sedentary. Pola aktivitas fisik yang seperti ini menyebabkan angka kejadian obesitas meningkat pada anak usia prasekolah. Sumber data menunjukkan bahwa anak overweight maupun obesitas mempunyai waktu tidur yang lebih lama dibanding anak dengan gizi normal. Pada anak obesitas cenderung malas bergerak aktif dan hanya menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Dengan kebiasaan yang seperti itu, menyebabkan penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh anak. Usia sekolah Kegiatan olahraga sudah mulai dapat dilakukan pada usia ini. Perkenalkan berbagai jenis kegiatan dengan tujuan yang berbeda. Kegiatan aerobik 8

seperti jalan cepat atau lari sebaiknya dilakukan dengan durasi satu jam dalam sehari. Tiga kali dalam semingu, lakukan aktivitas aerobik dengan intensitas cukup berat (vigourus). Sebagai panduan intensitas aktivitas, pada skala 0 hingga 10, ketika duduk tenang bernilai 0 dan aktivitas yang melelahkan bernilai 10, intensitas sedang (moderate) bernilai 5 atau 6. Intensitas cukup berat (vigourus) bernilai 7 atau 8. Pada saat anak melakukan aktivitas yang bersifat vigourus, detak jantung dan pernafasan anak akan jauh lebih meningkat dibanding ketika ia beristirahat. Cara mudah menilai intensitas kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah dengan membandingkannya dengan kemampuan rata-rata anak seusianya. Misalnya apabila anak berjalan kaki ke sekolah tiap pagi, ia mungkin sedang melakukan kegiatan dengan intensitas sedang. Ketika ia lari berkejaran dengan teman di sekolah, intensitas yang dilakukannya cukup berat. 9 BAB 3 KESIMPULAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global. Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. Direkomenasikan 9

bagi anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. DAFTAR PUSTAKA 1. Tyo, M. Physical Activity. [cited 2016 July 24]. Available from: http://www.who.int/topics/physicalactivity/en 2. Kementerian Kesehatan RI.(2011). Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik. Jakarta: Kemenkes RI. 3. Rizky, M.S. (2011). Aktivitas Fisik. Jakarta. 4. Yunita, D. (2013). Konsumsi Zat Gizi dan Aktivitas Fisik pada Anak. Bogor. 5. Sambo, C. (2015). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta: IDAI 10

6. Perma, D. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif. Jakarta. 7. Anggraini, L. (2010). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta. 8. Kementerian Kesehatan RI.(2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. 9. U.S Departement of Health & Human Services. Physical Activity Basics. [cited 2016 July 24]. Available from: www.cdc.gov/physicalactivity/basics 10. Medise, B. (2013). Manfaat Olahraga bagi Kesehatan Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI. 11