BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia memiliki prevalensi yang tinggi hampir di seluruh negara. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol total serum melebihi 240 mg/dl. Sebanyak 69% penduduknya memiliki kadar LDL diatas 100 mg/dl (Jellinger PS et al, 2012). Penelitian Huang et al (2014) menyimpulkan bahwa prevalensi dislipidemia pada penduduk dewasa di China sebesar 41,9%, dengan rincian hipertrigliseridemia sebanyak 17,7%, kadar HDL rendah sebesar 11%, hiperkolesterolemia sebesar 10,1%, serta kadar LDL tinggi sebanyak 8,8%. Prevalensi dislipidemia di Indonesia masih cukup tinggi. Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi kolesterol total tinggi secara nasional sebesar 44,9%, LDL tinggi 73,1%, dan HDL rendah 35% (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh, Sumatera Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi dislipidemia 50% (Erwinanto et al, 2013). Beberapa studi menyatakan bahwa dislipidemia berkaitan erat dengan beberapa penyakit, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan kolelitiasis (Malik AA et al, 2011). Peningkatan prevalensi dislipidemia beresiko meningkatkan prevalensi penyakit-penyakit tersebut. Stinton et al (2012) menyatakan dislipidemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kolelitiasis.

Kolelitiasis merupakan masalah kesehatan penting di negara maju, dimana 10% sampai 15% penduduk dewasanya mengalami kolelitiasis (Stinton LM et al, 2012). Diperkirakan lebih dari 20.000.000 penduduk Amerika Serikat memiliki batu empedu. Beban biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat akibat kolelitiasis dan komplikasinya adalah sekitar 6 milyar sampai 8 milyar US$ tiap tahun, yaitu 1% dari anggaran pelayanan kesehatan nasional (Kumar V et al, 2010). Kasus kolelitiasis di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis. Ketersediaan data dan publikasi penelitian tentang kolelitiasis di Indonesia masih terbatas (Lesmana LA, 2009). Berbagai data mengenai faktor resiko kolelitiasis di Indonesia menunjukan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kejadian kolelitiasis di Indonesia. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi berbagai faktor resiko kolelitiasis (Purnomo HD et al, 2009). Beberapa faktor resiko terjadinya kolelitiasis diantaranya: obesitas, diabetes mellitus, dislipidemia, diet tinggi kolesterol, dan kurangnya aktifitas fisik (Stinton LM et al, 2012). Penelitian Banut et al (2009) menyimpulkan bahwa obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya kolelitiasis. Prevalensi obesitas berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) pada laki-laki dewasa pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Sedangkan obesitas pada perempuan tahun 2013 sebanyak 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas sentral secara nasional pada tahun 2013 sebesar 26,6 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (18,8%). Prevalensi obesitas sentral di Sumatera Barat pada tahun 2007 sebanyak 18,2 persen, kemudian meningkat pada tahun 2013 diatas 2

prevalensi nasional (>26,6%) (Kementrian Kesehatan RI, 2008; Kementrian Kesehatan RI, 2010 ; Kementrian Kesehatan RI, 2013). Penelitian Chen et al (2012) di China memperoleh perbedaan yang signifikan prevalensi diabetes mellitus antara pasien kolelitiasis dengan pasien tanpa kolelitiasis. Prevalensi diabetes mellitus nasional mengalami peningkatan dari 1,1 persen pada tahun 2007 menjadi 2,4 persen pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi penyakit diabetes mellitus diatas prevalensi nasional, yaitu sebesar 1,2 persen (Kementrian Kesehatan RI, 2008). Prevalensi penduduk Sumatera Barat yang sering mengkonsumsi makanan jeroan sebanyak 1,9 persen. Hal ini mendekati prevalensi nasional yaitu sebanyak 2 persen. Proporsi penduduk Indonesia yang sering mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol sebesar 40,7 persen. Sedangkan proporsi penduduk Sumatera Barat yang sering mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol sebesar 34,3 persen (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Proporsi aktivitas fisik penduduk Indonesia yang tergolong kurang aktif sebanyak 26,1 persen. Sumatera Barat merupakan provinsi dengan proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif diatas rata-rata nasional. Sebanyak 54,8 persen penduduk Sumatera Barat tergolong kurang aktivitas fisik, dimana Kota Padang memiliki prevalensi tertinggi diantara kabupaten/kota lainya di Sumatera Barat yaitu sebesar 83,4 persen (Kementrian Kesehatan RI, 2008; Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kolelitiasis memiliki angka morbiditas tinggi. Diperkirakan satu dari enam pasien simtomatik sudah mengalami komplikasi dan memerlukan operasi segera 3

pengangkatan kandung empedu (Cooper JJ, 2008). Kolesistektomi merupakan prosedur bedah abdomen elektif yang paling sering dilakukan di Amerika Serikat. Kolelitiasis juga menyebabkan 5000 sampai 10.000 kematian tiap tahun. Hal ini berkaitan erat dengan komplikasi kolelitiasis seperti kolesistitis akut, kolestasis, kolangitis, pankreatitis akut, dan adenokarsinoma kandung empedu (Cooper JJ, 2008). Perubahan komposisi empedu berkaitan erat dengan metabolisme lipid oleh hati. Akan tetapi hubungan antara dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis masih belum jelas. Beberapa penelitian terdahulu memperoleh hasil yang berbeda mengenai hal ini (Sanches NM et al, 2005; Rao PJ et al, 2012). Ketersediaan data rekam medik pasien kolelitiasis yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat digunakan untuk mengetahui hal tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2. Rumusan Masalah Angka kejadian dislipidemia cukup tinggi di Indonesia. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia berperan penting terhadap tingginya angka kejadian tersebut. Hal ini beresiko meningkatkan kejadian penyakit akibat gangguan metabolisme lipid seperti kolelitiasis. Berbagai data mengenai faktor resiko kolelitiasis di Indonesia menunjukan peningkatan tiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014? 4

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total plasma dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol LDL plasma dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 4. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol HDL plasma dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 5. Untuk mengetahui hubungan kadar trigliserida plasma dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 6. Untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2010-2014. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor resiko dan pencegahan terhadap dislipidemia dan kolelitiasis. 2. Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan untuk melakukan tatalaksana kolelitiasis secara komprehensif. 5

3. Memperluas pengetahuan mengenai hubungan dislipidemia dengan kejadian kolelitiasis. 4. Sebagai bahan informasi penelitian mengenai dislipidemia dan kolelitiasis di masa yang akan datang. 6