I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) sebagai produk utama (produk setengah jadi/bahan baku industri hilir). Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman budidaya yang sangat banyak ditanam di perkebunan di Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain menghasilkan CPO dan kernel, PKS juga menghasilkan produk samping. Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, cangkang kelapa sawit (CKS) sebanyak 6,5% atau 65 kg, serabut mesokarp (Palm Press Fiber/PPF) 13% atau 130 kg, lumpur sawit (Palm Oil Solid/POS) 4 % atau 40 kg serta limbah cair sebanyak 50% (Mandirim, 2012). Proses pengolahan di PKS menghasilkan TKKS yang juga di kenal dengan nama lain janjangan kosong (Jangkos). TKKS biasanya hanya di olah menjadi pupuk kompos, mulsa tanaman dan di bakar di incinerator. Sebagian PKS masih membakar TKKS pada alat Incinerator untuk mengurangi volume limbah TKKS, walaupun penggunaan incinerator sudah dilarang sejak tahun 1996 karena mengakibat timbulnya asap dan mencemari udara di sekitar PKS. Selain di manfaatkan menjadi pupuk kompos dan mulsa, TKKS juga dapat di olah menjadi briket arang melalui proses karbonisasi yang sederhana. 1
PKS juga menghasilkan limbah berupa solid/palm oil solid (POS) yang berasal dari ex-decanter. POS adalah limbah padat dari hasil samping proses pengolahan TBS di PKS menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (pada proses presan/pengempaan). Sebelum minyak kasar ditampung ke dalam Crude Oil Tank, dilakukan pemisahan kandungan pasir yang dilakukan di dalam vibrating screen, sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak di kirim ke depericarper (pemisahan ampas dan biji). Dalam proses penyaringan kasar, minyak kasar dipompakan ke dalam decanter untuk memisahkan solid dan liquid. Sedangkan solid hanya di aplikasikan di lahan tanaman kelapa sawit sebagai mulsa. Beberapa perkebunan di Indonesia mengantisipasi limbah tersebut dengan cara pembuatan pipa-pipa instalasi untuk mengalirkan limbah ini ke lahan perkebunan. PKS berkapasitas 45 ton/jam dengan jam oprasional 20 jam/hari, maka PKS tersebut mampu mengolah 900 ton/ TBS/hari. Secara teori PKS ini dapat menghasilkan TKKS sebesar 23% x 900 ton/hari = 207 ton/hari, Sedangkan solid 4% x 900 ton/tbs/hari = 3,6 ton/hari. Produk samping TKKS yang persentasenya lebih besar, sehingga sistem pengaplikasianya sebagai mulsa tidak tertampung oleh luas lahan/area yang di miliki perkebunan, bahkan pengaplikasian TKKS yang salah pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat mengakibatkan munculnya hama orites sebagai hama. Seharusnya dapat di tanggulangi dengan pengelolaan yang efektif dan efisien sehingga memiliki nilai tambah. Pemanfaatan TKKS dan Solid sebagai sumber energi berupa briket arang dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan dan juga dapat membantu 2
masalah pengelolaan limbah perkebunan. Sebagai biomasa lignoselolusik, TKKS dapat di buat arang dengan proses karbonisasi sederhana dan di kombinasikan dengan solid ex-decanter yang bertujuan untuk menaikan nilai kalor briket. Solid adalah limbah padat hasil samping prosesing pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) bentuk dan konsistensinya seperti ampas tahu namun berwarna coklat gelap, berbau asam asam manis, masih mengandung minyak CPO sekitar 1,5%(Direktorat Jenderal Peternakan 2008). Tujuan dari pemanfaatan TKKS dan Solid menjadi arang perlu di proses lebih lanjut menjadi briket arang untuk menaikan densitasnya serta untuk memberikan bentuk yang beraturan (Guritno, 1997). Briket arang adalah arang yang di peroleh dari proses membakar bio masa kering dengan sedikit udara (Karbonisasi). Biomasa adalah bahan organik yang berasal dari jasad tumbuh-tumbuhan hidup yang sudah mati seperti dedaunan, ranting, rumput, gulma dan limbah pertanian lainya (Johanes, 1991). Karbonisasi yang di lakukan bertujuan untuk meningkatkan nilai kalor dan density briket, karena arang yang di hasilkan dari proses karbonisasi mudah di haluskan dan di bentuk. Perpaduan TKKS dan solid ex-decanter dalam briket dinilai baik, karena solid ex-decanter mempunyai kandungan minyak CPO 1,5% sehingga kualitas kalor briket di harapkan lebih besar. Untuk itu dilakukan penelitian bertujuan untuk menguji secara fisik perbandingan komposisi terbaik dari TKKS dan solid ex-decanter di dalam briket. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kadar abu 3
dan karbon, nilai kalor, kerapatan (density). Perlakuan briket disusun berdasarkan perbandingan antara TKKS dan solid ex-decanter, yaitu R1 (70% : 30%), R2 (80% : 20%) dan R3 (90% : 10%). Briket yang dikategorikan paling baik secara fisik adalah yang mempunyai nilai stabilitas air dan densitas yang tinggi serta tahan terhadap benturan, namun mempunyai nilai kalor yang tinggi. Dengan adanya kesempatan dan peluang yang di lihat di pabrik kelapa sawit, produk samping seperti TKKS dan Solid yang terkadang juga di sebut limbah, sudah semestinya di manfaatkan dan di kelola menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai tambah bahkan menjadi sumber energi alternatif terbarukan yang dapat di kembangkan di dunia pengolahan hasil perkebunan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana membuat briket TKKS dengan campuran solid, untuk mengetahui perbandingan komposisi TKKS dan solid yang tepat dan menghasilkan kualitas terbaik dari tiga perlakuan yang berbeda. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menghasilkan briket arang TKKS dengan campuran Solid. 2. Memperoleh hasil briket terbaik dari tiga komposisi yang berbeda dari produk briket yang di hasilkan berdasarkan parameter kadar air, kadar abu, kadar karbon, nilai kalor, kerapatan briket, kuat tekan briket dan laju pembakaran. 4
3. Mendapatkan hasil yang sesuai dengan kualitas standar umum seperti kadar air, kadar abu, kadar karbon, nilai kalor, kerapatan briket, kuat tekan briket dan laju pembakaran. D. Manfaat Penelitian Manfaat pembuatan briket dari produk samping pabrik kelapa sawit antara lain. 1. Menambah pengetahuan dan menjadikan produk samping PKS seperti TKKS dan solid sebagai produk yang memiliki manfaat agar dapat di kembangkan di bidang pengolahan hasil perkebunan. 2. Mengetahui kualitas briket yang di hasilkan berdasarkan kadar air, kadar abu, kadar karbon, nilai kalor,density, kuat tekan dan laju pembakaran. E. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yaitu bagaimana melakukan pembuatan briket tandan kosong kelapa sawit yang sudah diarangkan dengan campuran solid dengan perbandingan antara arang tandan kosong kelapa sawit : solid = (70:30), (80:20), (90:10). Kemudian dari hasil briket arang yang di buat akan di lakukan pengukuran karakteristik briket antara lain yaitu kadar air, kadar abu, kadar karbon, nilai kalor, density (kerapatan), kuat tekan dan laju pembakaran briket. 5