1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bergulirnya era reformasi yang dipicu peristiwa Mei 1998 diantaranya telah mendorong perubahan sistem politik nasional secara signifikan. Penyeleggaraan Pilpres tahun 2009 yang dianggap lebih demokratis berhasil dilaksanakan secara sukses. Pemilu ini memungkinkan rakyat secara langsung menyalurkan aspirasinya. Pada periode sebelumnya, mekanisme ini mustahil dilakukan mengingat sistem yang dianut adalah rezim Pemilu secara perwakilan, dimana pasangan Presiden dan Wakil Presiden dipilih rakyat melalui wakilnya yang duduk di kursi MPR. Keberhasilan penyelenggaraan 2 periode Pilpres secara langsung tersebut disamping telah menghantarkan pasangan terpilih duduk sebagai Presiden dan Wakil Presiden, sekaligus berimplikasi membangun harapan rakyat (khususnya masyarakat pemilihnya) akan lahirnya pemimpin nasional pemerintahan yang mampu membawa kehidupan nasional ke arah yang lebih baik, melalui pemenuhan berbagai janji politiknya di masa kampanye. Dinamika kesadaran masyarakat akan kewajiban pimpinan nasional terpilih memenuhi hak-hak kehidupan rakyat, menyelesaikan permasalahan nasional, serta memenuhi janji politik di masa kampanye telah mendorong keinginan Pemerintah Presiden SBY untuk merealisasikannya. Upaya tampak nyata dengan dikembangkannya lembaga/jabatan Staf Khusus Presiden yang diatur berdasarkan Peraturan Presiden No. 40 Th. 2005 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 17 Th. 2012 tentang Utusan Khusus
2 Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden (lebih lanjut disebut Peraturan Presiden No. 17 Th. 2012). Dalam konsideran pertimbangan dijelaskan bahwa. harapan rakyat lndonesia terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih secara langsung untuk dapat segera menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa lndonesia sangat tinggi dan besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas presiden dan wakil presiden, dipandang perlu membentuk Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden". Pasal 4 UUD 1945 tegas mengamanatkan Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan Presiden dibantu menteri negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Lebih lanjut UU No. 39 Th. 2008 tentang Kementerian Negara mengatur bahwa kementerian bertugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden menyelenggarakan pemerintahan negara yang mencakup (1) urusan yang nomenklaturnya tegas disebut dalam UUD 1945, (2) urusan yang ruang lingkupnya diseut dalam UUD 1945, serta (3) urusan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. Ditinjau dari prinsip hukum ketatanegaraan freis ermesen (pejabat publik berwenang menetapkan kebijjakan jika belum ada peraturan yang mengatur tentang permasalahan publik tersebut sebelumnya). Oleh karena itu, untuk mendukung sukses mewujudkan visi, melaksanakan misi, serta mencapai target program/kegiatan atau kebijakan politiknya Presiden selaku kepala pemerintahan/kepala negara secara hukum memiliki legitimasi wewenang untuk menetapkan kelembagaan ataupun jabatan di lingkungan lembaga eksekutif sesuai dinamika kebutuhan pemerintahannya
3 sepanjang tidak bertentangan dengan hukum positif, seperti pengembangan Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden melalui penetapan Peraturan Presiden. Fenomena pengembangan kelembagaan atau jabatan dengan nomenklatur Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presien, dan Staf Khusus Wakil Presiden di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan guna membangun atmosfir peningkatan kualitas dukungan pelaksanaan tugas Presiden dan Wakil Presiden merupakan fenomena baru yang belum pernah ada pada era pemerintahan sebelumnya. Sementara, belum banyak referensi yang menjelaskan tentang kelembagaan tersebut, khususnya yang ditulis oleh pelaku atau pejabat pengemban tugas Staf Khusus Presiden itu sendiri agar publik dapat memahami latar belakang dan tujuan pengembangannya berikut atmosfir dinamika yang dihadapi baik secara politis maupun birokratis selama menduduki jabatn tersebut. Berdasarkan pemahamn latar belakang masalah tersebut, maka penulis berpandangan fenomena pengembangan jabatan Staf Khusus Presiden ini menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui penelitian dengan judul "Studi Pengembangan Jabatan Staf Khusus Presiden Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Tugas-Tugas Presiden Sesuai Amanat Perpres No. 40 Th. 2005 Sebagaimana Terakhir Diubah Dengan Perpres No. 17 Th. 2012 Di Tengah Dinamika Birokrasi Kantor Kepresidenan". B. Batasan Penelitian Perpres No. 17 Th. 2012 yang menjadi landasan hukum penelitian ini memliki lingkup pengaturan yang luas, mencakup wilayah Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden. Mengingat
4 adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dan dukungan sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dilakukan pembatasan wilayah penelitian sehingga rung lingkupnya hanya mencakup wilayah jabatan/kelembagaan Staf Khusus Presiden dengan pertimbangan: 1. Untuk membangun kerangka pemikiran penelitian yang lebih kokoh fokus pada isu eksistensi SKP dalam meningkatkan pelaksaaan tugas Presiden. 2. Proses penelitian dapat difokuskan untuk menjawab tujuan penelitian. 3. Peneliti memiliki keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan pemikiran dalam mencapai tujuan penelitian. 4. Sasaran yang menjadi wilayah generalisasi penelitian yaitu Staf Khusus Presiden juga memiliki kesibukan tinggi, sehingga akan sulit mengalokasikan waktunya untuk memenuhi permohonan peneliti untuk melakukan wawancara dalam rangka pengumpulan data primer. 5. Seluruh proses penyelenggaraan pelayanan teknis dan administrasi baik secara birokratis maupun politis di lingkungan kantor kepresidenan pada akhirnya juga akan bermuara pada tujuan utama, yaitu mendukung kelancaran pelaksanaan tugas presiden. Untuk memudahkan dan menyederhanakan teknik penulisan kata, untuk selanjutnya kata Staf Khusus Presiden disingkat SKP. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan judul penelitian, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengapa dikembangkan jabatan SKP.
5 2. Apakah pengembangan jabatan SKP mampu mendukung peningkatan pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 17 Th. 2012, di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan? D. Tujuan Penelitian Berlandaskan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1 Untuk mengetahui pertimbangan atau latar belakang penetapan kebijakan pengembangan jabatan SKP. 2 Untuk mengetahui apakah kebijakan pengembangan jabatan SKP dapat mendukung peningkatan kinerja pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 17 Th. 2012 di tengah dinamika birokrasi di lingkungan kantor kepresidenan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan kemanfaatan untuk pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Peneliti diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang fenomena pengembangan jabatan SKP dalam mendukung kinerja pelaksanaan tugas presiden di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan. 2. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu menyajikan potret nyata tentang praktek penerapan teori pengembangan kelembagaan jabatan politis di tengah
6 birokrasi kantor kepresidenan, pola hubungan kerja antara jabatan SKP dengan birokrasi di lingkungan kantor kepresidenan, berikut berbagai dinamika yang berkembang di dalamnya. 3. Bagi kantor kepresidenan (Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet) Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran dalam penataan kelembagaan, serta mekanisme tata kerja kantor kepresidenan secara tepat di masa mendatang, sehingga mampu secara maksimal mendukung kela~icaran kinerja Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. 4. Bagi publik Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran bagi publik agar mendapat informasi jujur tentang fenomena pengembangan SKP di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan, karena dijelaskan secara akademis berdasarkan teori dan data/informasi dari pejabat pelaku jabatan SKP itu sendiri. F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini lebih lanjut akan penulis sajikan melalui sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
7 BAB II : TINJAUAN TEORlTlS Bab ini memberikan penjelasan tentang teori-teori yang memiliki relevasi dengan permasalahan penelitian, untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam proses analisa data primer dan sekunder. BAB III : GAMBARAN UMUM STAF KHUSUS PRESIDEN DI TENGAH BIROKRASI KANTOR KEPRESIDENAN Bab ini menjelaskan tentang penggambaran eksistensi jabatan Staf Khusus Presiden di dalam kelembagaan/birokrasi kantor kepresidenan yang meliputi uraian tentang selayang pandang kantor kepresidenan di era Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, serta uraian selayang pandang tentang Staf khusus Presiden. BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, metode pengumpulan data, lingkup pertanyaan dalam wawancara dan kuesioner, teknik analisa data, dan jadual penelitian. BAB V : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini difokuskan untuk mendiskripsikan analisis atas data hasil penelitian guna menghasilkan jawaban atas masalah penelitian, yaitu mengapa dikembangkan jabatan SKP, dan apakah pengembangan jabatan SKP mampu mendukung peningkatan pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 40 Th. 2005 sebagaimana terakhir diubah dengan Perpres No. 17 Th. 2012 di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan.
8 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian penutup atau bagian akhir dari penulisan tesis. Dalam bab ini, akan disajikan kesimpulan hasil analisis penelitian, serta saran terkait hasil penelitian dalam mendukung pengembangan dunia pendidikan tinggi maupun bagi sektor kelembagaan pemerintah, khususnya dalam pengembangan model kantor kepresidenan di masa mendatang agar mampu mendukung kinerja Presiden secara maksimal.