BAB l PENDAHULUAN. Bergulirnya era reformasi yang dipicu peristiwa Mei 1998 diantaranya telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat desa. Undang-Undang Desa disambut sebagai payung hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DINAMIKA PERKEMBANGAN SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA DAN PEMERINTAH

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

IMPLEMENTASI KEMAUAN POLITIK PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG DEMOKRATIS BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN SEMARANG

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L A P O R A N K I N E R J A

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

CARA PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentang Otonomi Daerah, yang dimulai dilaksanakan secara efektif

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

I. PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perubahan yang cukup besar sejalan runtuhnya rezim Orde

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota 4.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

kinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,

PELAPORAN KINERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

2015, No Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pe

KATA PENGANTAR. Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

Transkripsi:

1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bergulirnya era reformasi yang dipicu peristiwa Mei 1998 diantaranya telah mendorong perubahan sistem politik nasional secara signifikan. Penyeleggaraan Pilpres tahun 2009 yang dianggap lebih demokratis berhasil dilaksanakan secara sukses. Pemilu ini memungkinkan rakyat secara langsung menyalurkan aspirasinya. Pada periode sebelumnya, mekanisme ini mustahil dilakukan mengingat sistem yang dianut adalah rezim Pemilu secara perwakilan, dimana pasangan Presiden dan Wakil Presiden dipilih rakyat melalui wakilnya yang duduk di kursi MPR. Keberhasilan penyelenggaraan 2 periode Pilpres secara langsung tersebut disamping telah menghantarkan pasangan terpilih duduk sebagai Presiden dan Wakil Presiden, sekaligus berimplikasi membangun harapan rakyat (khususnya masyarakat pemilihnya) akan lahirnya pemimpin nasional pemerintahan yang mampu membawa kehidupan nasional ke arah yang lebih baik, melalui pemenuhan berbagai janji politiknya di masa kampanye. Dinamika kesadaran masyarakat akan kewajiban pimpinan nasional terpilih memenuhi hak-hak kehidupan rakyat, menyelesaikan permasalahan nasional, serta memenuhi janji politik di masa kampanye telah mendorong keinginan Pemerintah Presiden SBY untuk merealisasikannya. Upaya tampak nyata dengan dikembangkannya lembaga/jabatan Staf Khusus Presiden yang diatur berdasarkan Peraturan Presiden No. 40 Th. 2005 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 17 Th. 2012 tentang Utusan Khusus

2 Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden (lebih lanjut disebut Peraturan Presiden No. 17 Th. 2012). Dalam konsideran pertimbangan dijelaskan bahwa. harapan rakyat lndonesia terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih secara langsung untuk dapat segera menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa lndonesia sangat tinggi dan besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas presiden dan wakil presiden, dipandang perlu membentuk Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden". Pasal 4 UUD 1945 tegas mengamanatkan Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan Presiden dibantu menteri negara yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Lebih lanjut UU No. 39 Th. 2008 tentang Kementerian Negara mengatur bahwa kementerian bertugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden menyelenggarakan pemerintahan negara yang mencakup (1) urusan yang nomenklaturnya tegas disebut dalam UUD 1945, (2) urusan yang ruang lingkupnya diseut dalam UUD 1945, serta (3) urusan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. Ditinjau dari prinsip hukum ketatanegaraan freis ermesen (pejabat publik berwenang menetapkan kebijjakan jika belum ada peraturan yang mengatur tentang permasalahan publik tersebut sebelumnya). Oleh karena itu, untuk mendukung sukses mewujudkan visi, melaksanakan misi, serta mencapai target program/kegiatan atau kebijakan politiknya Presiden selaku kepala pemerintahan/kepala negara secara hukum memiliki legitimasi wewenang untuk menetapkan kelembagaan ataupun jabatan di lingkungan lembaga eksekutif sesuai dinamika kebutuhan pemerintahannya

3 sepanjang tidak bertentangan dengan hukum positif, seperti pengembangan Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden melalui penetapan Peraturan Presiden. Fenomena pengembangan kelembagaan atau jabatan dengan nomenklatur Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presien, dan Staf Khusus Wakil Presiden di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan guna membangun atmosfir peningkatan kualitas dukungan pelaksanaan tugas Presiden dan Wakil Presiden merupakan fenomena baru yang belum pernah ada pada era pemerintahan sebelumnya. Sementara, belum banyak referensi yang menjelaskan tentang kelembagaan tersebut, khususnya yang ditulis oleh pelaku atau pejabat pengemban tugas Staf Khusus Presiden itu sendiri agar publik dapat memahami latar belakang dan tujuan pengembangannya berikut atmosfir dinamika yang dihadapi baik secara politis maupun birokratis selama menduduki jabatn tersebut. Berdasarkan pemahamn latar belakang masalah tersebut, maka penulis berpandangan fenomena pengembangan jabatan Staf Khusus Presiden ini menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui penelitian dengan judul "Studi Pengembangan Jabatan Staf Khusus Presiden Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Tugas-Tugas Presiden Sesuai Amanat Perpres No. 40 Th. 2005 Sebagaimana Terakhir Diubah Dengan Perpres No. 17 Th. 2012 Di Tengah Dinamika Birokrasi Kantor Kepresidenan". B. Batasan Penelitian Perpres No. 17 Th. 2012 yang menjadi landasan hukum penelitian ini memliki lingkup pengaturan yang luas, mencakup wilayah Utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden. Mengingat

4 adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dan dukungan sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dilakukan pembatasan wilayah penelitian sehingga rung lingkupnya hanya mencakup wilayah jabatan/kelembagaan Staf Khusus Presiden dengan pertimbangan: 1. Untuk membangun kerangka pemikiran penelitian yang lebih kokoh fokus pada isu eksistensi SKP dalam meningkatkan pelaksaaan tugas Presiden. 2. Proses penelitian dapat difokuskan untuk menjawab tujuan penelitian. 3. Peneliti memiliki keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan pemikiran dalam mencapai tujuan penelitian. 4. Sasaran yang menjadi wilayah generalisasi penelitian yaitu Staf Khusus Presiden juga memiliki kesibukan tinggi, sehingga akan sulit mengalokasikan waktunya untuk memenuhi permohonan peneliti untuk melakukan wawancara dalam rangka pengumpulan data primer. 5. Seluruh proses penyelenggaraan pelayanan teknis dan administrasi baik secara birokratis maupun politis di lingkungan kantor kepresidenan pada akhirnya juga akan bermuara pada tujuan utama, yaitu mendukung kelancaran pelaksanaan tugas presiden. Untuk memudahkan dan menyederhanakan teknik penulisan kata, untuk selanjutnya kata Staf Khusus Presiden disingkat SKP. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan judul penelitian, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengapa dikembangkan jabatan SKP.

5 2. Apakah pengembangan jabatan SKP mampu mendukung peningkatan pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 17 Th. 2012, di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan? D. Tujuan Penelitian Berlandaskan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1 Untuk mengetahui pertimbangan atau latar belakang penetapan kebijakan pengembangan jabatan SKP. 2 Untuk mengetahui apakah kebijakan pengembangan jabatan SKP dapat mendukung peningkatan kinerja pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 17 Th. 2012 di tengah dinamika birokrasi di lingkungan kantor kepresidenan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan kemanfaatan untuk pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Peneliti diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang fenomena pengembangan jabatan SKP dalam mendukung kinerja pelaksanaan tugas presiden di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan. 2. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu menyajikan potret nyata tentang praktek penerapan teori pengembangan kelembagaan jabatan politis di tengah

6 birokrasi kantor kepresidenan, pola hubungan kerja antara jabatan SKP dengan birokrasi di lingkungan kantor kepresidenan, berikut berbagai dinamika yang berkembang di dalamnya. 3. Bagi kantor kepresidenan (Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet) Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran dalam penataan kelembagaan, serta mekanisme tata kerja kantor kepresidenan secara tepat di masa mendatang, sehingga mampu secara maksimal mendukung kela~icaran kinerja Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. 4. Bagi publik Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran bagi publik agar mendapat informasi jujur tentang fenomena pengembangan SKP di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan, karena dijelaskan secara akademis berdasarkan teori dan data/informasi dari pejabat pelaku jabatan SKP itu sendiri. F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini lebih lanjut akan penulis sajikan melalui sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

7 BAB II : TINJAUAN TEORlTlS Bab ini memberikan penjelasan tentang teori-teori yang memiliki relevasi dengan permasalahan penelitian, untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam proses analisa data primer dan sekunder. BAB III : GAMBARAN UMUM STAF KHUSUS PRESIDEN DI TENGAH BIROKRASI KANTOR KEPRESIDENAN Bab ini menjelaskan tentang penggambaran eksistensi jabatan Staf Khusus Presiden di dalam kelembagaan/birokrasi kantor kepresidenan yang meliputi uraian tentang selayang pandang kantor kepresidenan di era Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, serta uraian selayang pandang tentang Staf khusus Presiden. BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, metode pengumpulan data, lingkup pertanyaan dalam wawancara dan kuesioner, teknik analisa data, dan jadual penelitian. BAB V : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini difokuskan untuk mendiskripsikan analisis atas data hasil penelitian guna menghasilkan jawaban atas masalah penelitian, yaitu mengapa dikembangkan jabatan SKP, dan apakah pengembangan jabatan SKP mampu mendukung peningkatan pelaksanaan tugas-tugas presiden sesuai amanat Perpres No. 40 Th. 2005 sebagaimana terakhir diubah dengan Perpres No. 17 Th. 2012 di tengah dinamika birokrasi kantor kepresidenan.

8 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian penutup atau bagian akhir dari penulisan tesis. Dalam bab ini, akan disajikan kesimpulan hasil analisis penelitian, serta saran terkait hasil penelitian dalam mendukung pengembangan dunia pendidikan tinggi maupun bagi sektor kelembagaan pemerintah, khususnya dalam pengembangan model kantor kepresidenan di masa mendatang agar mampu mendukung kinerja Presiden secara maksimal.