BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

BAB II PENYEBARAN KANTOR PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT DI SURAKARTA

PENERAPAN METODE SET COVERING PROBLEM DALAM PENENTUAN LOKASI DAN ALOKASI SAMPAH DI WILAYAH KOTA SURAKARTA

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III. TINJAUAN UMUM SURAKARTA dan TINJAUAN SEKOLAH DASAR YANG DIRENCANAKAN

ANALISIS ARAHAN PERSEBARAN SUMUR RESAPAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Implementasi Model P-Center pada Jalur Rujukan Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

Layanan Persampahan di Kota Surakarta dengan Pemetaan Barbasis Sistem Informasi Geografis

Kata Pengantar. Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Drs. Suwarta, SH, MM NIP

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. berada di bawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

Analisis Spasial Ekonomi Kreatif Berorientasi Ekspor Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

BAB IV GAMBARAN UMUM. provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk jiwa (2010) dan

MAKALAH IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN Oleh : Bhian Rangga J.R K Pendidikan Geografi Jurusan P.

WALIKOTA SURAKARTA. : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 huruf h. : 1. Undang-Urldang Nomor 16 Tahun 1950 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

SURAT PERINTAH NOMOR : 180 / / 2015

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

DAFTAR PERINGKAT NILAI UJIAN NASIONAL SD/MI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

- 1 - KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM SETDA KOTA SURAKARTA SELAKU KETUA PUSAT JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

Menghitung Debit Aliran Permukaan Di Kecamatan Serengan Tahun 2008

III. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

BAB I PENDAHULUAN. Pilangsari : yaitu desa yang berada di Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.

TERMINAL BUS TIPE A KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KOTA SURAKARTA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN KOTA SURAKARTA

SIMULASI PENYEBARAN PENYAKIT ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) PADA BALITA DI KOTA SURAKARTA MENGGUNAKAN GAME OF LIFE

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB III TINJAUAN LOKASI

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

FORM VII RUMUSAN KEGIATAN PEMBANGUNAN HASIL MUSRENBANGCAM TAHUN 2015 SEBAGAI BAHAN FORUM SKPD KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan. Masyarakat Untuk Memilih Tinggal. di Kawasan Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II ASPEK DAN PROFIL KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB I PENDAHULUAN. rusaknya ekologi. Akhir Tahun 2012 hingga saat ini di Tahun 2013, hujan. sebagian kota kota di Indonesia antara lain kota solo.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB II DESKRIPSI LOKASI. sebagai jantungnya kecamatan Pasar Kliwon, daerah pemukiman Arab-Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. yang luas menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, baik dalam urusan

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA A. Deskripsi Kota Surakarta 1. Letak kota Surakarta Secara Geografis, Kota Surakarta berada diantara dataran rendah dan terletak diantara beberapa sungai kecil seperti Kalianyar, Kalipepe, kali Janes dan Bengawan Solo dengan ketinggian diantara ±92 m di atas permukaan air laut. Kota Surakarta terletak antara 110º 45' 15' sampai 110º 45' 35' BT serta antara 7º 36' dan 7º 56' LS. Surakarta merupakan kota yang strategis di Jawa Tengah yang menunjang kota kota lainnya, seperti Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Surakarta berbatasan langsung dengan daerah-daerah seperti Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali di sebelah Utara, Kab. Sukoharjo di sebelah Selatan, Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo di sebelah Barat, serta Kab. Sukoharjo dan Kab. Karanganyar di sebelah Timur. Luas wilayah Surakarta ialah ± 4,404,05 Ha yang terbagi untuk pemukiman 2674,25 m; jasa 422,60 m; perusahaan 282,12 m; industri 101,42 m; tegalan 99,98 m; sawah 190,87 m; dan sisanya untuk sarana hiburan dan lapangan olah raga. 1 Secara administratif wilayah kotamadya Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan, 51 Kelurrahan, 589 RW, dan 2616 RT pada tahun 1980. Dengan pembagian wilayah sebagai berikut: 1. Badan Pusat Statistik, Surakarta dalam Angka 2000. 16

17 1. Kecamatan Laweyan, yang terbagi atas 11 Kelurahan, yaitu Karangasem, Jajar, Kerten, Purwosari, Sondakan, Pajang, Laweyan, Bumi, Penumping, Sriwedari dan Panularan. 2. Kecamatan Serengan, yang terbagi menjadi 7 Kelurahan, yaitu Joyotakan, Danukusuman, Tipes, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, dan Serengan. 3. Kecamatan Pasar Kliwon, yang terbagi menjadi 9 Kelurahan, yaitu Kampung Baru, Kauman, Kedung lumbu, Sangkrah, Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon dan Baluwarti. 4. Kecamatan Jebres yang terbagi atas 11 Kelurahan, yaitu Mojosongo, Jebres, Jagalan, Pucang sawit, Kepatihan kulon, Kepatihan wetan, Tegalharjo, Sudiroprajan, Gandekan, Sewu dan Purwodinigratan. 5. Kecamatan Banjarsari yang terbagi atas 13 Kelurahan, yaitu Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber dan Banyuanyar. 2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa cukup tinggi, karena sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di Jawa, terutama di daerah pedesaan. Berdasarkan data penduduk tahun 2000, kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata 0,62% yang berarti kepadatan penduduk sebesar 4908 jiwa per km 2. Berikut adalah tabel jumlah

18 penduduk, luas wilayah, dan tingkat kepadatan penduduk di Surakarta pada tahun 2000. Tabel 1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Surakarta Tahun 1980 Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah Penduduk 88.436 43.786 66.202 117.064 143.769 Luas Wilayah (Km 2 ) 8,638 3,194 4,815 12,582 14,811 Tingkat Kepadatan 10,201 17,344 15,470 8,667 8,867 Jumlah 459.257 44,040 10,327 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000. Tabel 2 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Surakarta Tahun 2000 Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah Penduduk 106.436 61.786 84.536 135.764 161.769 Luas Wilayah (Km 2 ) 8,638 3,194 4,815 12,582 14,811 Tingkat Kepadatan 12,201 19,344 17,470 10,667 10,867 Jumlah 550.251 44,040 12,408 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000. Kepadatan Penduduk yang paling tinggi ada di Kecamatan Serengan dengan luas wilayah yang paling kecil, apabila dibandingkan dengan Kecamatan Kecamatan

19 lainnya di Surakarta. Banjarsari merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas di Surakarta, tingkat kepadatannya relatif lebih rendah walaupun jumlah penduduknya paling banyak. Tabel 3 Jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 1980-2000 Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 Jumlah Penduduk 459.257 502.156 516.967 533.628 550.251 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000. Kenaikan jumlah penduduk di Surakarta dari Tahun 1980 sampai tahun 2000 sebesar 19.82%. Selain karena faktor alami yaitu perbandingan antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian, faktor urbanisasi telah mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk di Surakarta. Fenomena ini sering dijumpai di kota-kota yang menjadi pusat perekonomian masyarakat, baik yang ada di dalam kota maupun dari wilayah sekitarnya. Masyarakat pendatang di kota Surakarta sebagian besar berasal dari wilayah-wilayah pendukungnya, seperti Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Sragen, maupun Karanganyar. Masyarakat saling berinteraksi karena kepentingankepentingan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Mata pencaharian penduduk Surakarta bervariasi jenisnya. Sebagian besar bekerja sebagai buruh industri maupun buruh bangunan, sedangkan pekerjaan sebagai petani dan buruh tani hanya sebagian kecil saja karena wilayah Surakarta bukanlah

20 daerah agraris melainkan daerah industri. Berikut ini adalah tabel mengenai mata pencaharian penduduk kota Surakarta tahun 2000. Tabel 4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Surakarta Tahun 2000 Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Petani 350 Buruh tani 394 Nelayan - Pengusaha 6.679 Buruh industri 64.571 Buruh bangunan 60.764 Pedagang 22.079 Pengangkutan 15.858 PNS/ABRI 24.654 Pensiunan 16.235 Dll 164.548 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000. 1. Sarana Transportasi B. Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana Transportasi memiliki fungsi untuk mempercepat laju perkembangan ekonomi dan menambah dinamika masyarakat, masyarakat kota tentu sangat membutuhkan dalam berinteraksi. 2 Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai cara yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan, perjalanan, frekuensi, jenis kargo (muatan) yang diangkut, dan lain-lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri 2. Sarana Transportasi: alat pengangkutan yang merupakan hasil produksi dalam bentuk jasa yang merupakan kegiatan untuk memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat asal ke tempat tujuan. Lihat M.D. Sutrisno.1985. Manajemen Pengangkutan. Bandung: Alumni, hlm 5.

21 mengingat kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup dan tempat berekreasi. 3 Jangkauan pelayanan di bidang transportasi diperluas merupakan realisasi dari pemerintah di bidang perhubungan karena tidak hanya mempermudah interaksi masyarakat dalam kota, sarana trasnportasi akan mempermudah mobilitas penduduk dari daerah pinggiran dengan kota induk. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau dengan mobil penumpang. Adapun pelayanan dengan kendaraan umum di kota Surakarta adalah sebagai berikut: a. Kendaraan umum dalam trayek teratur Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan trayek. Berikut adalah trayek yang berlaku di wilayah kota Surakarta: 1) Angkutan kota. Berkembangnya pemukiman di wilayah pinggiran kota Surakarta lengkap dengan jalan-jalan baru telah meningkatkan kebutuhan angkutan umum khususnya angkuta yang melayani jalur-jalur samping kota. 4 2) Bus kota. 3. N. Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa, (Bandung:Alumni, 1998), hlm 42. 4. Angkutan umum, setiap kendaraan yang biasanya disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan pembayaran sebagai imbalannya. Lihat Undang- Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya No.3 tahun 1965, pasal 1.

22 Lalu lintas dan angkutan kota merupakan suatu unsur yang sangat penting dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan lingkungan kota yang produktif sekaligus merupakan suatu aspek dari suatu kehidupan kota. 5 Selain angkuta, bus kota merupakan salah satu angkutan umum yang biasa dan sering digunakan oleh warga kota Surakarta untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari. Bagaimanapun, kapan pun, dan dimana pun juga, pengangkutan memberi kegunaan dalam bentuk dan waktu. Dimana barang yang dibutuhkan konsumen senantiasa harus tersedia pada waktu dan tempat yang dimaksud oleh konsumen tersebut. b. Kendaraan umum tidak dalam trayek Pengangkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek di kota Surakarta, meliputi sebagai berikut: 1) Taksi. Sarana transportasi alternatif lain adalah taksi. Taksi merupakan sarana transportasi mewah yang mengutamakan kenyamanan dan ketepatan waktu bagi penggunanya, dan apabila diperlukan calon penumpang dapat menghubungi dengan menggunakan sarana telepon untuk memanggil melalui operator taksi. 5. Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No. 006/LLAJR/152/1982/tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kota.

23 2) Becak. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki ciri transportasi yang bersifat dualistik, selain alat transportasi modern beroperasi pula alat transportasi tradisional baik di kota maupun pedesaan. Becak adalah alat transportasi tradisional yang masih digemari dan popular di seluruh kota di Indonesia termasuk kota Surakarta, menurut Sartono Kartodirdjo, ada 3 hal yang menjadikan becak sangat popular di kalangan masyarakat, yaitu: 6 a) Becak melayani penumpang atau pengguna dari pintu ke pintu, dapat memuat 2 atau 3 orang atau jenis muatan lainnya. b) Bentuknya sederhana dan menggunakannya mudah. c) Untuk mengemudi becak tidak perlu mempunyai ketrampilan khusus. 3) Ojek. Sarana transportasi jarak dekat selain becak adalah ojek. Salah satu jenis angkutan informal, yang melayani rute menurut kesepakatan penumpang pada kawasan strategis baik di dalam maupun di pinggiran kota. 7 Ojek banyak ditemui di daerah-daerah menuju perkampungan ataupun perumahan-perumahan tempat 6. Sartono Kartodirdjo, The Pedicab in Yogyakarta: A Study of Low Cost Transportation and Poverty Problem, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1978), hlm 1-2. 7. Yulia Listyaningsih, Transpotasi Bus Kota di Surakarta Tahun 1980-2000, (Surakarta: FSSR UNS, 2003), hlm 27.

24 mangkal para tukang ojek biasanya di tempat penurunan penumpang dari angkutan formal, yang mengambil tempat di trotoar atau pun di lahan kosong yang dipangkal untuk berteduh. 8 2. Prasarana Transportasi Selain mengembangkan sarana transportasi, pemerintah kota juga membangun berbagai prasarana transportasi sebagai penunjang transportasi angkutan kota untuk kelancaran di berbagai bidang dan keperluan lain, yang membutuhkan waktu yang lebih cepat. a. Jalan Jalan adalah suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi. Jalan disediakan sebagai basis alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat tujuannya sehingga jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi dan tanpa adanya jalan tidak akan mungkin disediakan jasa transpor. 9 Jaringan jalan raya pertama dibangun pada jaman kerajaan Mataram oleh Sultan Agung, kemudian pada tahun 1811, Daendles membuka jalan raya dari Banten sampai Banyuwangi (Anyer-Panarukan). 10 Secara umum, jalan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan penting menurut fungsinya, yaitu 8. Jefta Leibo, Pelayanan Angkutan Ojek Bagi Masyarakat Pinggiran Kota Yogyakarta, (Surakarta: FISIP UNS, 2000), hlm 13. 9. Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm 19. 10. Kristiani, Manajemen Transportasi. (Surakarta: UNS Press, 2005), hlm 34.

25 1) Jalan utama, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota yang penting dan melayani lalu lintas yang cepat dan berat. 2) Jalan Sekunder, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota yang lebih kecil di sekitarnya. 3) Jalan Penghubung, yaitu jalan-jalan untuk keperluan aktifitas daerah dan jalan yang menghubungkan antara jalan dari golongan yang sama dan golongan berlainan. Jenis-jenis jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Jalan Negara, yaitu jalan yang merupakan jalan umum yang dibina dan dibiayai pemeliharaannya oleh pemerintah pusat. 2) Jalan Propinsi, adalah jalan umum yang dibina dan dibiayai pemeliharaannya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I (Propinsi). 3) Jalan Kabupaten/Kotamadya, merupakan jalan umum yang dibina dan dibiayai pemeliharaannya oleh Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya). 4) Jalan Desa, adalah jalan umum yang dibina dan dibiayai pemeliharaannnya oleh pemerintah desa. 11 Di samping berbagai jenis jalan tersebut juga terdapat jalan khusus, yaitu jalan yang dibina atau dibiayai pemeliharaannya oleh organisasi/badan hukum tertentu karena berhubungan dengan kegiatannya memerlukan jalan 11. Ibid, hlm 36.

26 khusus, di luar jalan umum seperti jalan perkebunan, jalan kehutanan, jalan kompleks, dan sebagainya. Di Indonesia terdapat pengklasifikasian jalan yang didasarkan pada kriteria tekanan gandar atau sumbu kendaraan, yaitu jalan kelas I dapat menahan tekanan sumbu 7 ton, kelas II yaitu 5 ton, kelas III yaitu 3,5 ton. Apabila didasarkan pada daerah lokasinya, jalan dapat diklasifikasikan atas jalan desa dan jalan kota. Sedangkan di Indonesia diklasifikasikan atas jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa. Biasanya pengklasifikasian jalan ini didasarkan atas tanggung jawab dalam pembuatan, pemeliharaan, dan pengelolaanya. 12 Jalan Kabupaten/Kotamadya Jalan Propinsi Jalan Negara Tabel 5 Kelas Jalan di Surakarta Status Jalan Kelas Jalan Panjang Jalan (Km 2 ) I 14,000 II 50,750 III 86,980 IIIA - IV 40,570 V 384,310 Tidak terperinci 411,370 I 3,140 I 13,250 Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000. 12. Ibid, hlm 53.

27 b. Terminal Prasarana transportasi yang salah satunya menjadi unsur terpenting dalam hal pengadaan transportasi adalah terminal. Muchtaruddin Siregar menjelaskan bahwa terminal adalah sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasinya. Terminal dibangun di tempat asal, di tempat tujuan dan diantara tempat asal dan tujuan. 13 Terdapat dua jenis terminal angkutan umum di Surakarta, yaitu terminal induk dan sub terminal. 14 1) Terminal Induk Terminal induk yang ada di Surakarta adalah Terminal Tirtonadi. Tirtonadi mulai digunakan sejak tahun 1975. Saat itu di Timur taman Tirtonadi merupakan pemukiman penduduk dan sebuah lapangan. Lokasi tersebut dijadikan terminal bus menggantikan terminal bus Harjodaksino yang kondisinya sudah tidak memungkinkan dikembangkan lagi. Pemilihan lahan di tempat itu dikarenakan dekat dengan jalan antar provinsi Solo bagian Utara. Terminal ini tidak mempunyai pangkalan khusus untuk angkutan perkotaan dan hanya berfungsi sebagai pangkalan bus-bus antar kota baik dengan tujuan 13. Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UI, 1990), hlm 6. 14. DLLAJ Kota Surakarta.

28 akhir Solo maupun yang hanya transit saja. Angkutan perkotaan seperti angkuta, bus kota, dan taksi mempunyai pangkalan di luar terminal tepatnya di sekililing terminal. Rencananya lokasi terminal akan dipindahkan ke daerah utara kota Surakarta mengingat telah dibukanya jalur ring road utara yang menghubungkan kota Surakarta dengan jalan propinsi di Kabupaten Karanganyar. 2) Sub Terminal Sub terminal berfungsi untuk melengkapi keberadaan terminal induk. Sub terminal merupakan aset yang mampu menarik Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena digunakan untuk tempat pemberhentian angkuta dan bus kota. Di kota Surakarta terdapat lima sub terminal yaitu di Jongke, Gading, Kerten, Kadipiro, dan Jurug. 15 Kondisi kelima sub terminal tersebut kini sangat memprihatinkan. Sub terminal Jongke dan Gading sekarang berubah menjadi pasar, sub terminal Jurug sudah tidak berfungsi, sub terminal Kadipiro sudah rusak dan sub terminal Kerten sekarang beralih fungsi menjadi Tempat Penarikan Retribusi (TPR) Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Disfungsi dari sub terminal tersebut tentunya juga mempengaruhi Pendapatan Asli 15. Suara Merdeka. Sub Terminal Jadi Pasar. Tanggal 13 Oktober 2001.

29 Daerah (PAD) dari retribusi yang masuk serta dalam hal pemenuhan sarana dan prasarana transportasi kota Surakarta. 16 16. Terminal dan sub terminal termasuk dalam empat unsur penting transportasi selain kendaraan/alat angkutan, tenaga penggerak dan jalan. Lihat: Kristiani. 2005. Manajemen Transportasi. Surakarta: UNS Press, hlm 1.