PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Zulfikar Mahmud (1), Moh. Ikbal Bahua (2) dan Fauzan Zakaria (3) Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo zulfikar_mahmud@rocketmail.com ABSTRAK Zulfikar Mahmud. 613 411 015: Pengaruh Jumlah Bibit dan Dosis Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Dibawah bimbingan Moh. Ikbal Bahua sebagai pembimbing I dan Fauzan Zakaria sebagai pembimbing II. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan jumlah bibit, dosis pupuk NPK phonska, interaksi antara jumlah bibit dan dosis pupuk NPK phonska terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa L.). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015 di Desa Tumbihe, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam RAK dengan faktor pertama jumlah bibit terdiri atas 3 taraf yaitu jumlah bibit 3 per lubang tanam, 5 bibit per lubang tanam, 7 bibit per lubang tanam. faktor kedua pupuk NPK phonska terdiri dari 3 taraf yaitu Dosis 200 Kg/ha, Dosis 250 Kg/ha, Dosis 300 Kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan Jumlah bibit 3 perlubang tanam berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah yaitu pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. Pupuk NPK phonska dengan dosis 300 kg ha -1 berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah yaitu pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. Terdapat interaksi antara Jumlah Bibit dan Pupuk NPK phonska pada umur 8 dan 10 MST untuk tinggi tanaman dan 6 dan 8 MST pada jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. Kata Kunci : Jumlah Bibit, Pupuk NPK Phonska, dan padi sawah.
PENDAHULUAN Beras merupakan salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan beras setiap saat semakin meningkat dari data yang dilansir oleh Kementrian pertanian bahwa Indonesia masih membutuhkan surplus beras 5 juta ton setiap tahunnya. Berbagai macam upaya pemerintah banyak dilakukan untuk meningkatkan produksi beras diantaranya yaitu memperbaiki mutu benih, perbaikan sistem tanam dan pemupukan. Aspek teknik budidaya tanaman padi sawah bepengaruh terhadap hasil dan produksi beras, oleh karena itu yang perlu diperhatikan terlebih dahulu dalam pembudidayaan tanaman padi sawah yaitu bibit yang digunakan, bibit merupakan tanaman yang baru tumbuh dari proses perkecambahan biji. Para petani dalam membudidayakan tanaman padi sawah tidak terlalu memperhatikan jumlah bibit yang ditanam disetiap lubang tanamannya jumlah bibit yang ditanami setiap petani berbeda-beda dari jumlah 1 batang perlubang tanam hingga 10 batang perlubang tanam, akan tetapi masih banyak petani menggunakan jumlah bibit lebih dari 10 batang tiap lubangnnya tentu saja cara seperti ini berpengaruh pada proses pertumbuhan dimana terjadi persaingan-persaingan unsur hara, persaingan unsur hara pada tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi. Penggunaan bibit yang lebih sedikit dapat menghemat biaya produksi dan juga persaingan antar unsur hara dapat dihindari. Selain itu upaya untuk meningkatkan produksi dan hasil padi hal yang perlu dilakukan yaitu pemberian dosis pupuk. Pupuk merupakan suatu zat yang ditambahkan kedalam tanah maupun ketanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, penggunaan dosis pupuk sangat menentukan tingkat pertumbuhan maupun produksi. Efendi (2011) mengemukakan bahwa pupuk juga dapat memperkaya unsur hara dalam tanah, pupuk yang diberikan dapat berupa organik maupun anorganik. Petani masih tetap bergantung pada pupuk anorganik diantaranya NPK phonska, pupuk NPK phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari unsur nitorgen(n), phospor (P), kalium (K) dan juga sulfur (S) sehingga petani tidak lagi menggunakan pupuk tunggal yang sering di campur dengan pupuk yang lainnya yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan, selain itu juga pupuk NPK phonska dapat menghemat biaya produksi karena kandungan hara yang terdapat dipupuk ini dapat memenuhi kandungan nutrisi hara yang diperlukan tanaman sehingga petani tidak perlu menambahkan pupuk yang lain, selain itu juga pupuk NPK phonska dapat memperkuat perkuat perakaran tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh ketika malai sudah berisi sehingga da pat berakibat pada penurunan hasil ta naman padi sawah. (Hadisuwito, 2007 ) mengemukakan Fungsi unsur hara N yaitu membentuk protein dan klorofil, fungsi unsur P sebagai sumber energi yang membantu tanaman dalam perkembangan fase vegetatif, fungsi Ca untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu
akar dan menguatkan batang, unsur K berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta fungsi dari unsur S membantu dalam pembentukan asam amino, dan membantu proses pertumbuhan lainnya. Pada beberapa daerah dosis dan penggunaan pupuk NPK phonska berbeda-beda dari 250kg/ha sampai dengan 300kg/ha tergantung kondisi tanah didaerah tersebut. Oleh karena itu pengaruh jumlah bibit serta dosis pupuk NPK phonska yang berbeda akan dikaji dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015, di Desa Tumbihe, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Alat yang akan dipakai pada penelitian ini antara lain cangkul, bajak, tali plastic, meteran, timbangan analitik, alat dokumentasi berupa kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih padi varietas Mekongga, Pupuk NPK Phonska Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial.terdiri atas 2 faktor yakni Jumlah Bibit (J) Dosis Pupuk NPK Phonska (D). adapun perlakuan pada faktor-faktor tersebut antara lain : J2 = 5 per lubang tanam J3 = 7 per lubang tanam Faktorkeduadosispupuk SP-36 (P): D1 = 200 Kg/Ha D2 = 250 Kg/Ha D3 = 300 Kg/Ha Pengamatan pertumbuhan tanaman padi sawah meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat 1000 biji (g), Produksi real (Kg). Data hasil pengamatan dengan menggunakan analisis keragaman ANOVA pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata antar perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%. HASIL 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan jumlah bibit dan dosis pupuk NPK phonska (Lampiran 3). Hasil uji lanjut tinggi tanaman pada tiap-tiap perlakuan disajikan dalam tabel 1 berikut Faktor pertama Jumlah Bibit (J): J1 = 3 per lubang tanam
Tabel 1.Tinggi Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Jumlah Bibit Dan Dosis Pupuk NPK Pada Pengamatan 4 MST dan 6 MST. Perlakuan TinggiTanaman (cm) 4 MST 6 MST JumlahBibit 3 Bibit 38,98b 77,66b 5 Bibit 38,01b 74,30a 7 Bibit 34,93a 73,78a BNT 5% 1,25 3,17 Pupuk NPK 200 kg ha -1 35,35a 73,28a 250 kg ha -1 37,06b 74,40a 300 kg ha -1 39,51c 78,06b BNT 5% 1,25 3,17 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = hari setelah tanam Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pada umur 4 mst, perlakuan jumlah bibit sebanyak 3 bibit per lubang tanam memberikan hasil tinggi tanaman padi paling tinggi sebesar 38,98 cm, diikuti berturutturut oleh perlakuan jumlah bibit sebanyak 5 bibit dan 7 bibit sebesar 38,01 cm dan 34,93 cm. Hal ini berlanjut pada umur 6 mst, di mana perlakuan dengan jumlah sebanyak 3 bibit per lubang tanam tetap memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman yakni sebesar 77,66 cm, diikuti berturutturut pada perlakuan jumlah bibit sebanyak 5 bibit dan 7 bibit sebesar 74,30 cm dan 73,78 cm. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bibit yang ditanam pada setiap lubang tanam, maka semakin rendah pula tinggi tanaman yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan terjadinya kompetisi perebutan hara antara sesama tanaman yang dibudidayakan apabila jumlah bibit yang ditanam pada setiap lubang tanam terlalu banyak. Semakin banyak jumlah bibit yang ditanam maka tinggi tanaman cendrung lebih rendah. Hal ini dikarenakan jumlah bibit yang sedikit mengakibatkan tanaman lebih banyak menerima intensitas cahaya matahari sehingga aktifitas fotosintesa berlangsung lebih baik (Misran, 2014). 2. Jumlah Anakan Hasil analisis sidik ragam (Anova) jumlah anakan per tanaman menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan jumlah bibit dan dosis pupuk NPK serta interaksinya (Lampiran 4). Hasil uji lanjut jumlah anakan per tanaman pada tiap-tiap perlakuan disajikan dalam tabel 4 berikut :
Tabel 4. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Jumlah Bibit Dan Dosis Pupuk NPK Pada Pengamatan 8 MST dan 10 MST. Umur Pengataman Pupuk NPK Jumlah Bibit 3 Bibit 5 Bibit 7 Bibit 200 kg ha -1 82,92a 82,95a 82,40a 8 MST 250 kg ha -1 87,47ab 86,16a 84,39a 300 kg ha -1 96,95c 93,17bc 81,27a BNT 5 % 6,98 200 kg ha -1 98,14ab 94,03a 92,70a 10 MST 250 kg ha -1 101,15bc 96,58a 105,44bc 300 kg ha -1 113,47d 108,52dc 95,16a BNT 5 % 7,47 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = hari setelah tanam tn = tidak nyata Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dengan mengkombinasikan perlakuan jumlah bibit sebanyak 3 bibit per lubang tanam dan pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg ha -1 memberikan hasil jumlah anakan terbanyak dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya pada parameter jumlah anakan per tanaman yakni sebanyak 46 anakan pada pengamatan 8 mst dan 55 anakan pada pengamatan 10 mst. Jumlah anakan produktif yang banyak yang berasal dari tersedianya ruang untuk tanaman dalam membentuk anakan yang baru dan harus ditunjang dengan tercukupinya nutrisi hara yang dimiliki oleh setiap anakan agar dapat 3. Jumlah Anakan produktif Hasil analisis sidik ragam (Anova) jumlah anakan produktif menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan jumlah bibit dan tumbuh dan berkembang. Untuk itu, penggunaan bibit dengan jumlah yang sedikit akan mempengaruhi tanaman tersebut dalam menyerap unsur hara yang tersedia maupun yang diberikan melalui proses pemupukan. Seperti halnya penelitian yang dikemukakan oleh Abdullah et al., (2000) bahwa penggunaan bibit padi yang berumur lebih dari 30 HSS dan dengan jumlah bibit yang lebih banyak akan memberikan hasil yang kurang baik, karena bibit yang digunakan lambat dalam beradaptasi, memiliki perakaran yang dangkal sehingga sulit memanfaatkan unsur hara yang lebih dalam. dosis pupuk NPK serta interaksinya (Lampiran 5). Hasil uji lanjut jumlah anakan per tanaman pada tiap-tiap perlakuan disajikan dalam tabel 5 berikut :
Tabel 5. Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Jumlah Bibit Dan Dosis Pupuk NPK Pada Pengamatan 10 MST dan 12 MST. Umur Pengataman Pupuk NPK Jumlah Bibit 3 Bibit 5 Bibit 7 Bibit 200 kg ha -1 38,38d 32,71ab 30,10a 6 MST 250 kg ha -1 40,81d 35,76cd 33,38bc 300 kg ha -1 45,86e 34,33bc 31,95ab BNT 5 % 3,04 200 kg ha -1 47,00d 39,74bc 34,57a 8 MST 250 kg ha -1 48,43d 41,00c 36,62ab 300 kg ha -1 55,14e 42,39c 36,29a BNT 5 % 3,31 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Data pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa perlakuan dengan jumlah bibit sebanyak 3 bibit per lubang tanam dan penggunaan dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg ha -1 memberikan hasil tertinggi pada parameter jumlah anakan produktif yakni 12 anakan produktif pada pengamatan 10 mst dan 42 anakan 4. Berat 1000 butir (gr) Hasil analisis sidik ragam (Anova) bobot 1000 butir gabah kering menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan jumlah bibit dan dosis pupuk NPK serta interaksinya (Lampiran 6). produktif pada pengamatan 12 mst. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan jumlah bibit yang sedikit pada setiap lubang tanam akan memberikan ruang gerak yang luas bagi tanaman untuk dapat berkembang dan membentuk anakan baru Hasil uji lanjut bobot 1000 butir gabah kering pada tiap-tiap perlakuan disajikan dalam tabel 5 berikut : Tabel 5. Bobot 1000 Butir Gabah Kering Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Jumlah Bibit Dan Dosis Pupuk NPK. Pupuk NPK Jumlah Bibit 3 Bibit 5 Bibit 7 Bibit 200 kg ha -1 24,43bc 23,93ab 23,10a 250 kg ha -1 25,03c 25,17b 23,10a 300 kg ha -1 27,50d 25,30b 23,20a BNT 5 % 1,04 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa perlakuan dengan jumlah 3 bibit per lubang tanam yang dipadukan dengan pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg ha -1 memberikan hasil yang terbaik
dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi perlakuan 3 bibit per lubang tanam dengan dosis pemberian pupuk sebanyak 300 kg ha -1 mampu menghasilkan bobot 1000 butir gabah kering seberat 27,5 g. Dari keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa kombinasi perlakuan dengan memadukan antara jumlah bibit yang ditanam pada setiap lubang tanam dengan pemberian dosis pupuk NPK memiliki peranan dalam meningkatkan bobot gabah kering tanaman padi. Penggunaan jumlah bibit yang sedikit akan memberikan kesempatan bagi tanaman untuk hidup dengan 5. Bobot real (Kg) Hasil analisis sidik ragam (Anova) bobot real per petak menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan jumlah bibit dan tenang tanpa takut adanya persaingan antara sesama tanaman sehingga dapat menyerap unsur hara baik yang tersedia di dalam tanah maupun melalui pemberian pupuk NPK yang diberikan secara optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Misran (2014) pada penggunaan jumlah bibit tunggal (3 batang per rumpun) cendrung memberikan hasil gabah tertinggi (6,88 t/ha) dan perlakuan jumlah bibit 9 batang per rumpun cendrung memberikan hasil gabah terendah (4,64 t/ha). dosis pupuk NPK serta interaksinya (Lampiran 7). Hasil uji lanjut bobot real per petak pada tiap-tiap perlakuan disajikan dalam tabel 6 berikut : Pupuk NPK Jumlah Bibit 3 Bibit 5 Bibit 7 Bibit 200 kg ha -1 4,03ab 3,93b 3,20a 250 kg ha -1 4,43bc 3,67a 3,30a 300 kg ha -1 5,13d 4,20c 3,33a BNT 5 % 0,48 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Parameter bobot real per petak menunjukkan kemampuan tanaman dalam berproduksi melalui perlakuan yang diberikan. Parameter tersebut dikombinasikan dengan pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg ha -1. Bobot real per petak yang dihasilkan dari perlakuan tersebut menjadi pembuktian apakah mencapai 5,13 kg atau sebesar 12,3 perlakuan yang diberikan mampu ton/ha pada petak dengan ukuran 2 x meningkatkan produktifitas dari 2 m. Bobot real yang dihasilkan pada tanaman yang dibudidayakan. perlakuan tersebut merupakan hasil Berdasarkan data yang disajikan pada tertinggi yang di dapatkan jika tabel 6 menunjukkan bahwa produksi dibandingkan dengan perlakuan tertinggi tanaman padi dicapai pada perlakuan jumlah bibit sebanyak 3 lainnya. Ketersediaan ruang gerak yang cukup bagi tanaman dalam bibit per lubang tanaman yang tumbuh dan berkembang menjadi
salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam kegiatan budidaya. Gani, (2002) dan Balitpa Sukamandi (2003) melaporkan bahwa banyaknya jumlah malai dan jumlah gabah per malai serta tingginya persentase gabah bernas dengan jumlah bibit < 3 batang per rumpun disebabkan kurangnya kompetisi antar tanaman padi dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik dan memberikan keragaan komponen hasil yang baik (Balitpa Sukamandi 2000., dan Gani, 2003) Kesimpulan 1. Jumlah bibit 3 perlubang tanam berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah yaitu pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. 2. Pupuk NPK phonska dengan dosis 300 kg ha -1 berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah yaitu pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. 3. Terdapat interaksi antara Jumlah Bibit dan Pupuk NPK phonskapada umur 8 dan 10 MST untuk tinggi tanaman dan 6 dan 8 MST pada jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir dan produksi. Saran Perlu dilakukan pengkajian dalam pembudidayaan tanaman padi sawah agar petani dapat menggunakan jumlah bibit tidak lebih dari 3 per lubang tanam serta pemupukan yang berimbang untuk dapat meningkatkan produksi tanaman padi sawah. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. R. Munir, Z. Hamzah, S. Zen, dan A. Kanufi. 2000. Laporan tahunan hasil pengkajian intesifikasi padi
sawah dalam pola labor lapang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami. Hal 116 Arafah, 2005. Pengaruh Pemberian PupukOrganik dan An-organik terhadappertumbuhan dan Hasil Padi Sawah.Jurnal Agrivigor. Fakultas Pertanian dankehutanan Unhas. Makasar. Volume 4No. 2 April 2005. p.148-155. Anggraini., F., Suryanto.,A 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal produksi tanaman. 1(2) Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) Sukamandi. 2000. Kinerja Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Padi. Bahan Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian, 22-24 Mei 2000 di Cisarua, Bogor. BPTP Bengkulu. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi, Bengkulu. Efendi S. 2011. Pengaruh Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan metode SRI ( the system of rice intensification). Skripsi.Fakultaspertanianuni versitasandalas Padang. Gani, A. 2003. Sistem intensifikasi padi (System of Rice Intensification). Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sawah dengan Sistem SRI; 6 hlm Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta. Http://www. warintek.ristek.go.id., 2008. Padi (Oryza sativa). Diakses tanggal 20 Desember 2014 Kosniari, D. N. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P, K) danjenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol Selemadeg, Tabanan. Jurnal Agritop. JurusanTanah. Fakultas Pertan ian. Universitas Udayana. http ://download.portalgaruda.org/ article.php?article=13400&val =930. Diakses 2 Desember 2014. Mengenal Pupuk Phonska [online] http://www.anneahira.com/pu puk-phonska.htm. Diaksespadatanggal 2 November 2014 pukul 19:32 Misran. 2014. EfisiensiPenggunaanJumlahBibi tterhadappertumbuhan dan ProduksiPadiSawah. JurnalPenelitianPertanianTerapa n Vol. 14 (1): 39-43 Petrokimia Gresik. 2014. Budidaya Tanaman Menggunakan PHONSKA DAN PETROGANIK. PT Petrokimia Gresik. Gresik.
Suharno, 2005. Dinas Pertanian Provinsi DIY. http://www. distanpemda-diy.go.id. Diakses tanggal 27 Desember 2014