Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

(TPS) BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 TASIKMADU KARANGANYAR 2010/2011

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, , 3)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

Lihar RaudinaIzzati 1), Sutopo 2), Henny Ekana Chrisnawati 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS 2),3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Abstrak

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk dipelajari, karena

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

Penerapan Model Student Team Achievement Division dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

Ervina Yulias Veva Universitas Sebelas Maret Abstrak

Firda Nurul Aini, Suprakarti, Puspita Sari Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA UNJ. Abstrak

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. tentang kemampuan relating siswa, kemampuan experiencing siswa, kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2011), h

BAB I PENDAHULUAN. serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penting: (1) sebagai kekuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep, (2)

PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh. Putu Ayu Karunia Komala Dewi, NIM

Alamat Instansi: Gedung D lantai 1, Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jawa Tengah 57126

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika.

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

JURNAL SERAMBI ILMU VOLUME 28 NOMOR 1 MARET 2017

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIIID SMP N 2 PAKEM

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN DATAR BERORIENTASI PADA PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP

Mirza Azizah, Cholis Sa dijah, dan Abdul Qohar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KRACAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Desi Rachmawati 1), Sutopo 2), Henny Ekana Chrisnawati 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS Alamat Korespondensi: desi_rachma2210@yahoo.com henny_ekana@yahoo.co.id stptops@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015, untuk mengetahui keaktifan siswa setelah mengikuti pelajaran yang menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika setelah mengikuti pelajaran yang menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data keterlaksanaan pembelajaran, data keaktifan siswa, dan data kemampuan pemecahan masalah matematika. Data keterlaksanaan pembelajaran dan keaktifan diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran, sedangkan data kemampuan pemecahan masalah matematika diperoleh dari hasil tes akhir siklus. Hasil observasi keaktifan yang telah dilakukan berupa persentase untuk masing-masing aktivitas yang diamati adalah: 1) Aktivitas visual pada pra siklus sebesar 58,49% mengalami peningkatan 9,32% pada siklus I menjadi 67,81% kemudian meningkat 9,64% pada siklus II menjadi 77,45%. 2) Aktivitas lisan pada pra siklus sebesar 48,53% mengalami peningkatan 12,63% pada siklus I menjadi 61,16% kemudian meningkat 9,06% pada siklus II menjadi 70,22%. 3) Aktivitas menulis pada pra siklus sebesar 61,11% mengalami peningkatan 8,82% pada siklus I menjadi 69,93% kemudian meningkat 6,84% pada siklus II menjadi 76,47%. 4) Aktivitas motorik pada pra siklus sebesar 38,89% mengalami peningkatan 37,58% pada siklus I menjadi 76,47% kemudian meningkat 5,88% pada siklus II menjadi 82,85%. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan hasil tes pada pra siklus tidak ada siswa yang memperoleh skor maksimal 20 kemudian pada siklus I 6% siswa memperoleh skor maksimal 20, pada siklus II mengalami kenaikan 11,65% sehingga diperoleh 17,65% siswa mendapatkan skor maksimal 20. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa keals VIII E SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Kata kunci: REACT, TPS, keaktifan, kemampuan pemecahan masalah PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Sebagaimana tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No. 20 tahun 2003[1]. Penyelenggaraan pendidikan dibedakan atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal diselenggarakan 10 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018

dalam bentuk jenjang pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Dalam pendidikan formal ini diberikan beberapa mata pelajaran kepada siswa, salah satunya matematika yang diajarkan dari pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Matematika diajarkan karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah. Pelajaran matematika yang harus disampaikan oleh guru bukan sekedar menghafal rumus, tetapi juga mengajarkan siswa untuk dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh pada permasalahan matematis terkait dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pembelajaran matematika menurut kurikulum KTSP yaitu (1) pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, dan (2) dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Senada dengan prinsip pembelajaran matematika menurut KTSP, National Council of Teacher Matematics mengatakan bahwa prinsip dalam pembelajaran matematika adalah (1) pemecahan masalah, (2) penalaran, (3) komunikasi, dan (4) hubungan [2]. Salah satu prinsip yang harus ada dalam pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah, sehingga dapat disimpulkan dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika terutama yang terkait dengan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki beberapa siswa dapat dikatakan masih rendah, salah satunya di SMP Negeri 14 Surakarta yaitu berdasarkan daya serap hasil ujian nasional tahun 2013/2014 menurut BSNP[3]. Hal ini didukung dari hasil diskusi bersama dengan salah satu guru matematika SMP 14 Surakarta kelas VIII, beliau mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal latihan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari padahal materi pendukung untuk menyelesaikan permasalahan tersebut telah diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan dimana siswa mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaiakan suatu permasalahan, sehingga dalam pemecahan masalah siswa dituntut memiliki pengetahuan yang mendukung untuk menyelesaikan masalah. Untuk memperoleh pengetahuan siswa harus melakukan proses belajar dan belajar artinya melakukan aktivitas[4]. Oleh karena itu dapat dikatakan keaktifan siswa mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, dan berdasarkan hasil observasi di kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta, terlihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hasil observasi yang menunjukkan keaktifan siswa rendah adalah (1) siswa masih banyak yang tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan materi. (2) Siswa masih banyak yang tidak menulis ketika diminta untuk menuliskan materi. (3) Siswa tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan bertanya tetapi ketika mereka mengalami kesulitan mereka bertanya kepada teman. (4) Ketika guru memberikan soal masih banyak siswa yang tidak mengerjakan dengan alasan tidak paham sehingga beberapa memilih untuk mencontek jawaban teman dan menunggu jawaban dari guru. (5) Hanya ada satu siswa yang bersedia maju ketika guru meminta untuk menuliskan hasil penyelesaian soal. (6) Ketika ada teman yang menuliskan jawaban banyak siswa yang berhenti mengerjakan dan suasana kelas menjadi lebih ramai. Rendahnya keaktifan siswa ini didukung data pada observasi lanjutan yaitu (1) rata-rata 59,80% siswa memperhatikan ketika guru menyampaikan materi, ketika ada teman yang mempresentasikan jawaban dan ketika ada siswa lain yang bertanya. (2) Rata-rata 48,53% siswa melakukan diskusi Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018 11

dengan teman, bertanya ataupun menanggapi dan menjawab pertanyaan dari guru. (3) Rata-rata 34,31% siswa menggunakan alat peraga sederhana untuk menemukan konsep. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru berdiskusi sehingga menduga penyebab rendahnya keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah karena dalam pembelajaran siswa tidak terlibat secara langsung pada kegiatankegiatan selama pembelajaran sehinggaa keaktifan belajar siswa rendah. Keaktifan siswa yang rendah menjadikan materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kurang optimal. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti dan guru berdisukusi harus diadakan perbaikan pada proses pembelajaran agar keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat. Perbaikan yang dapat dilakukan dengan memilih model pembelajaran yang tepat sehingga menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif yaitu dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi akan menjadikan siswa saling bekerja sama menemukan pengetahuan dan bisa saling menyampaikan ide serta berpendapat. Selain itu ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi, maka semua siswa diberikan kesempatan untuk saling menyampaikan pendapat serta bertanya jika ada yang tidak dimengerti. Dengan diskusi dan presentasi siswa akan aktif terlibat langsung selama pembelajaran, sehingga siswa mampu membangun pengetahuan dari kegiatan yang telah dilakukan. Pengetahuan yang dibangun sendiri menjadikan siswa lebih paham materi sehingga ketika dihadapakan pada persoalan mereka tidak mengalami banyak kesulitan dalam menggunakan materi untuk menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran dengan kegiatan berkelompok dan diskusi merupakan pembelajaran yang menerapkan model kooperatif. Model kooperatif merupakan model yang menekankan adanya proses pengelompokan siswa untuk saling berdiskusi. Model kooperatif untuk perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan adalah model Think Pair Share (TPS). Dalam model TPS ada tiga tahapan yaitu Think (berpikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi) [5]. Dengan model pembelajaran TPS siswa diberikan waktu berpikir secara individual kemudian dikelompokkan secara berpasangan untuk saling bekerjasama dan membangun pengetahuan, setelah itu masing-masing kelompok tersebut diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setiap tahapan TPS sepenuhnya membutuhkan keterlibatan siswa, sehingga menjadikan siswa aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri dan mampu menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan tersebut. Perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah dapat juga dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi yang dapat digunakan adalah strategi REACT (relating, experiencing, applying, cooperating, transfering). Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima strategi yaitu: (1) Relating (mengaitkan), (2) Experiencing (mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4) Cooperating (bekerjasama), (5) Transfering (mentransfer) [6]. Relating (mengaitkan) adalah belajar harus dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari atau dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa. Experiencing (mengalami) artinya bahwa siswa belajar dengan mengalaminya secara langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan dan penciptaan. Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, memberikan latihan- 12 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018

latihan yang realistik dan relevan. Cooperating (bekerjasama) adalah belajar dalam konteks sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para siswa lainnya. Transfering (mentransfer) adalah belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru. Kelima strategi dalam strategi REACT jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan menuntut siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan dituntut untuk berpikir serta memaksimalkan kemampuannya sehingga siswa mampu membangun pengetahuan, tidak hanya menghafalkan rumus dan mendengarkan guru menyampaikan materi. Berdasarkan hal tersebut penerapan strategi REACT menjadikan siswa aktif selain itu kemampuan mereka untuk memecahkan masalah juga dapat meningkat dengan adanya kegiatan yang menuntut mereka untuk berpikir dan memaksimalkan kemampuan. Berdasarkan uraian di atas, dengan menerapkan strategi REACT dalam pembelajaran yang menggunakan model TPS saling mendukung untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan adanya strategi yang diterapkan maka kegiatan siswa terlihat lebih jelas ketika tahapan-tahapan model pembelajaran dilaksanakan. Strategi Relating diterapkan pada pembelajaran dengan TPS tahapan Think yaitu siswa diberikan waktu berpikir mandiri dalam menyelesaikan soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan meminta siswa menggunakan pengetahuan yang lalu dalam menyelesaikannya. Strategi Cooperating, Experiencing, Applying dan Transfering diterapkan ketika tahap Pair, siswa berkelompok dan berdiskusi membangun pengetahuan kemudian bekerjasama menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dibangun tersebut. Pada tahapan Share setiap kelompok diberikan waktu mempresentasikan hasil diskusi dan siswa dituntut memperhatikan serta bertanya dan menyampaikan pendapat terhadap hasil diskusi yang dipresentasikan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan strategi REACT (relating, experiencing, applying, cooperating, transfering) dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas mengenai upaya meningkat keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 34 siswa. Penelitian dimulai sbulan Feruari hingga Mei 2015. Pelaksanaan penelitian ini terbagi ke dalam 3 tahapan. Tahap pertama persiapan penelitian terdiri dari observasi awal, penyusunan laporan, dan observasi lanjutan berlangsung selama bulan Februari hingga April 2015. Tahap kedua pelaksanaan tindakan berlangsung selama bulan April hingga Mei 2015. Tahap ketiga pengolahan data dan penyusunan laporan berlangsung selama bulan Juni sampai Agustus 2015. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data keterlaksanaan pembelajaran, data keaktifan siswa, dan data kemampuan pemecahan matematika siswa. Data keterlaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran, sedangkan data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus. Berdasarkan sumber data yang digunakan, ada tiga metode pengumpulan data. Pertama metode observasi, yaitu cara pengumpulan data dimana peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian hingga Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018 13

si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati [7]. Pada penelitian ini kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) serta mengamati keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran. Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh tiga observer. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua metode tes, yaitu cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian [7]. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir tindakan setiap siklus untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika. Ketiga metode dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada [7]. Dalam penelitian ini diamati keaktifan siswa yang terdiri dari beberapa macam aktivitas meliputi visual activities, oral activities, listening activites, writing activities, dan motor activities [7]. Untuk menguji validitas data aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi dilakukan triangulasi penyidik, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya [8]. Data hasil observasi keaktifan siswa dikatakan valid apabila hasil pengamatan dua observer menunjukkan hasil yang sama. Begitu pula untuk menguji keabsahan data keterlaksanaan pembelajaran digunakan triangulasi penyidik, namun untuk keterlaksanaan pembelajaran membandingkan hasil observasi dari tiga observer yang berbeda. Analisis hasil observasi keaktifan siswa dimulai dengan menelaah lembar observasi kemudian memberikan skor 1 jika siswa melakukan kegiatan dan skor 0 apabila siswa tidak melakukan kegiatan pada setiap aspek keaktifan siswa yang diamati. Selanjutnya dianalisis dengan menghitung persentase hasil observasi keaktifan siswa dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: = persentase siswa yang melakukan setiap indikator keaktifan siswa Selanjutnya dihitung persentase ratarata dari semua indikator keaktifan siswa. Keterangan: = persentase rata-rata keaktifan siswa Setelah itu persentase keaktifan siswa pada satu siklus dibandingkan dengan persentase keaktifan siswa pada siklus selanjutnya dan juga dengan persentase keaktifan siswa pada pra siklus yaitu sebelum dilakukan tindakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada tahapan pra siklus dilakukan observasi keaktifan dan tes untuk mengetahui keadaan awal yaitu persentase rata-rata keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII E SMP N 14 Surakarta. Persentase rata-rata keaktifan siswa tahapan pra siklus sebesar 53,8% dengan perolehan persentase rata-rata untuk masing-masing kegiatan yang diamati yaitu kegiatan visual persentasenya 58,49%, kegiatan lisan persentasenya 48,53%, kegiatan menulis persentasenya 61,11% dan kegiatan motorik persentasenya 38,89%. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematika tahapan pra siklus diperoleh 14 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018

tidak ada siswa yang memperoleh skor tes kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan ketentuan dari peneliti. Berdasarkan hasil tahapan pra siklus tersebut peneliti melakukan tindakan perbaikan yaitu pada pembelajaran matematika diterapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share dengan tujuan mampu meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Tindakan perbaikan dilakukan pada tahapan siklus I dan diperoleh bahwa adanya peningkatan persentase rata-rata keaktifan siswa serta kenaikan persentase siswa yang memperoleh skor kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan ketentuan peneliti. Persentase rata-rata keaktifan siswa pada tahapan siklus I sebesar 66,75% ini artinya rata-rata keaktifan siswa naik sebesar 12,83% dibandingkan persentase rata-rata keaktifan siswa pada tahapan pra siklus. Kenaikan persentase rata-rata keaktifan siswa diperoleh dari adanya kenaikan persentase rata-rata ketercapian kegiatan yang diamati. Pada kegiatan visual diperoleh kenaikan sebesar 8,01% dibandingkan pada pra siklus, kegiatan lisan mengalami kenaikan sebesar 12,63% dibandingkan tahapan pra siklus, kegiatan menulis kenaikan dari tahapan pra siklus ke tahapan siklus I sebesar 8,82%, dan kegiatan motorik kenaikannya dari pra siklus ke siklus I sebesar 37,58%. Sehingga hasil yang diperoleh pada siklus I untuk persentase ratarata kegiatan yang diamati adalah kegiatan visual persentasenya 67,81%, kegiatan lisan persentasenya 61,16%, kegiatan menulis persentasenya 69,93% dan kegiatan motorik persentasenya 76,47%. Peningkatan keaktifan di siklus I ini diperoleh setelah proses pembelajaran menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share yang menjadikan siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga untuk aktivitas-aktivitas yang diamati diperoleh peningkatan ketercapaian dibandingkan pada pra siklus. Hasil kemampuan pemecahan masalah untuk siklus I diperoleh kenaikan siswa yang mendapat skor kemampuan pemecahan masalah matematika sesuai dengan ketentuan peneliti yaitu kenaikannya sebesar 6%, kenaikan ini diperoleh setelah peneliti mengajarkan siswa dan menuntut siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga pada proses pengerjakaan tes siklus I siswa sudah cukup paham langkah-langkah penyelesaiakan masalahan walaupun masih banyak siswa mengalami kesulitan pada langkah strategi penyelesaian dan pemeriksaan kembali hasil penyelesaian. Hasil persentase rata-rata keaktifan siswa dan persentase ketercapaian kemampuan pemecahan masalah pada siklus I belum sesuai dengan indikator ketercapaian yang ditentukan oleh peneliti, sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan pada pembelajaran matematika yang menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share. Perbaikan tindakan yang menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share dilakukan pada tahapan siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II diperoleh persentase rata-rata keaktifan siswa sebesar 74,99% ini artinya ada kenaikan dari tahapan siklus I ke siklus II sebesar 8,24%. Kenaikan persentase rata-rata keaktifan siswa diperoleh dari adanya kenaikan persentase rata-rata ketercapaian kegiatan yang diamati. Pada kegiatan visual diperoleh persentase 77,45% ini artinya adanya kenaikan sebesar 9,64% dari siklus I. Kegiatan lisan persentase ketercapaian siklus II sebesar 70,22% artinya ada kenaikan sebesar 9,06% dibandingkan siklus I. Kegiatan menulis pada siklus II persentase ketercapaiannya sebesar 76,47%, artinya adanya kenaikan sebesar 6,84% dari siklus I. Sedangkan kegiatan motorik hasilnya diperoleh persentase ketercapaian sebesar 82,85%, ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 5,88% dari siklus I. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus II diperoleh kenaikan persentase ketercapaian siswa yang mendapatkan skor kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan ketentuan peneliti. Kenaikan persentase kemampuan pemecahan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018 15

masalah dari siklus I ke siklus II sebesar 11,65%, ini artinya pada siklus II diperoleh persentase kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 17,65%. Persentase ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan persentase ketercapian keaktifan yang diamati pada siklus II telah sesuai dengan indikator ketercapaian yang ditentukan peneliti, sehingga tindakan berhenti pada siklus II. Peningkatan keaktifan siswa dan kemampuan pemecahan masalah dari siklus I dan siklus II diperoleh karena adanya perbaikan kegiatan dari pelaksanaan tahapan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Hasil dari kegiatan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah setelah dilakukan perbaikan dari hasil refleksi pada siklus I. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat bahwa keaktifan siswa mengalami kenaikan yang signifikan namun untuk kemampuan pemecahan masalah peningkatan dan indikator ketercapaian tidak naik secara siginifikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masih sedikit siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan harapan dari peneliti, hal ini karena pada langkah pemecahan masalah yang digunakan peneliti yaitu pemecahan masalah menurut polya langkah terakhir pengecekan kembali hasil pekerjaan jarang dilakukan siswa. Langkah pengecekan kembali jarang diajarkan oleh guru sehingga siswa dalam menyelesaikan masalah matematika tidak dituntut menuliskan pengecekan kembali hal ini menjadikan siswa belum terbiasa dan kesulitan dalam melakukan langkah pengecekan kembali. Namun hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II jika disesuaikan dengan KKM untuk pelajaran matematika yaitu 72, maka diperoleh persentase siswa yang lulus sebesar 11,76% pada pra siklus, 32,35% siswa lulus pada tes siklus I dan siswa yang lulus pada tes siklus II sebesar 44,12%. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. (2) penerapan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta terbukti berdasarkan hasil observasi siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dan mencapai target yaitu untuk visual activities sebesar 77,45%, oral activities sebesar 70,22%, writing activities sebesar 76,47% dan motor activites sebesar 82,35%. (3) Penerapan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di kelas VIII E SMP Negeri 14 Surakarta terbukti berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dan mencapai target yaitu setidaknya 12% dari total siswa mendapat skor maksimal 20. Pada pra siklus diperoleh persentase siswa yang memperoleh skor 20 adalah 0%, pada siklus I sebesar 6% dan siklus II sebesar 17,65%. Saran berdasakan penelitian ini adalah: (1) Guru hendaknya menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan penerapkan tahapantahapan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dilaksanakan dalam pembelajaran dirasa relevan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika. (2) Siswa hendaknya tertib dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung. (3) Kepala sekolah hendaknya memberikan sosialisasi kepada guru tentang model pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang kiranya dapat digunakan mengatasi permasalahan proses pembelajaran di kelas dan pembelajaran 16 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018

dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memungkinkan untuk dapat digunakan sebagai salah satu alternatif meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah matematika. (4) Kepada peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian terkait dengan strategi dan model pembelajaran yang mampu mendukung keterlaksanaan pembelajaran dapat menggunakan strategi REACT dan model pembelajaran Think Pair Share dengan materi, tingkatan maupun sudut pandang peninjauan yang sama atau sudut pandang peninjauan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA [1] Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. [2] NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston: Virginia. [3] BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. [4] Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. [5] Trianto, M. Pd. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Media Group. [6] Crawford, M. L. 2001. Teaching and Contextually, Research, Rationale and Technique for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science Waco. Texas : CCI Publishing, Inc. [7] Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. [8] Moelong, L. J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.1 Januari 2018 17