BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi kian maju dewasa ini, khususnya pada perkembangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. yang praktis dan berguna bagi setiap lapisan masyarakat. Melalui internet

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tugas utama seorang siswa. Seorang siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, 2008). Melalui internet, orang-orang dapat mengakses informasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. mahasiswa. Jenjang pendidikan yang lazim disebut kuliah ini cukup banyak diminati karena

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang sehingga mendorong diperolehnya temuan-temuan baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia 18-25 tahun, 33,8% berusia 26-35 tahun, 14,6% berusia 36-45 tahun, 2,4% berusia 46-55 tahun, dan 0,2% berusia 56-65 tahun. Sebanyak 84% pengguna internet di Indonesia mengakses internet setidaknya sekali sehari, 13% mengakses sekali seminggu, dan 3% mengakses kurang dari dari sekali seminggu. Sebanyak 35,3% dari total pengguna internet di Indonesia menggunakan 1 jam per hari untuk mengakses internet. Pengguna internet di Indonesia mayoritas mengenal internet pertama kali pada rentang tahun 2006 sampai 2010 yaitu sebesar 59,3% (Indonesia, 2015). Berdasarkan temuan tersebut dapat diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar berusia antara 18 sampai 25 tahun. Rentang usia ini merupakan masa dewasa awal di mana individu mengalami transisi dari tahap remaja menuju tahap dewasa. Individu berfokus pada diri sendiri dan mulai memiliki kewajiban sosial, mulai memiliki komitmen dengan orang lain sehingga mendorong individu untuk menjalani hidup sesuai keinginannya (Arnett, 2006 dalam Santrock, 2010). Masa dewasa awal juga merupakan transisi dari status siswa menjadi mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa saat ini mengikuti kegiatan perkuliahan sebanyak kurang lebih 28 sampai 32 jam per minggu. Di luar waktu itu, mahasiswa melakukan hobi, berolahraga, belajar, mengikuti kegiatan mahasiswa (pecinta alam, 1

2 kerohanian, kesenian, dan lain-lain) dan atau menjalin pertemanan di dunia nyata. Akan tetapi, ada sebagian mahasiswa yang tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan hanya menggunakan waktunya untuk berselancar di dunia maya (Sipal & Bayhan, 2010). Jarak hubungan antara orang tua dan anak yang semakin merenggang, tidak adanya batas usia minimal dalam mengakses internet, dan waktu luang yang banyak, menjadi faktor pendorong bagi mahasiswa untuk menggunakan internet secara berlebihan. Mahasiswa juga terdorong untuk menggunakan internet karena adanya dukungan dari universitas berupa adanya layanan Wi-Fi gratis. Faktor pendorong lain juga dapat berasal dari lingkungan kampus yang berbeda dari lingkungan sekolah. Penggunaan internet secara berlebihan atau problematic internet use tidak secara langsung menyebabkan seseorang mengalami gangguan psikologis. Akan tetapi, kegiatan ini mendorong seseorang untuk menunda pekerjaan dan terdistraksi oleh internet yang kemudian menyebabkan masalah personal, sosial, atau profesional serta dapat menyebabkan prestasi akademik menurun (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016). Problematic internet use juga menyebabkan berkurangnya waktu olahraga, kecenderungan mengalami depresi dan stres pada dewasa muda (Derbyshire, et al., 2013). Rae (2016) menyebutkan bahwa problematic internet use dapat menyebabkan masalah dalam pertemanan di dunia nyata, kesulitan tidur dan kelelahan, menurunnya kondisi fisik (kelebihan atau kekurangan berat badan), berkurangnya keterlibatan sosial, dan interaksi tatap muka yang terbatas. Problematic internet use atau penggunaan internet bermasalah dapat diartikan sebagai penggunaan internet secara berlebihan yang dapat memberikan manfaat

3 bagi seseorang (menghindari masalah atau meregulasi mood) dan dapat menyebabkan konsekuensi negatif dalam kehidupan seseorang (menarik diri dari interaksi sosial atau prestasi akademik yang menurun) (Akin, 2014). Caplan (dalam Young & de Abreu, 2011) menyebutkan bahwa problematic internet use adalah ketertarikan individu terhadap internet, sering merasa mendambakan penggunaan internet, dan ketika individu sedang offline, ia merasa bahwa internet adalah hal yang mengasyikkan. Problematic internet use juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk melakukan regulasi diri yang kemudian menghasilkan dampak negatif terhadap kehidupan individu tersebut (Young & de Abreu, 2011). Problematic internet use juga merupakan penggunaan internet yang tidak semestinya dapat terjadi ketika individu menggunakan internet untuk mengelola perasaan negatif yang sedang dialami. Penggunaan internet yang tidak semestinya ini juga menjadikan individu merasa penggunaan internet lebih menguntungkan daripada komunikasi tatap muka. Individu yang mengalami problematic internet use merasa mengalami peningkatan kontrol sosial ketika menggunakan internet, misalnya ia menjadi lebih mudah mengekspresikan ketidaksukaannya kepada orang tertentu yang tidak dapat ia benci secara langsung di dunia maya (orang tua, dosen, rekan kerja, atasan). Individu mengalami problematic internet use kesulitan untuk tidak menggunakan internet atau menghentikan perilaku online yang diikuti dengan rasa bersalah tentang waktu yang dihabiskan ketika online. Pada titik tertentu, individu yang mengalami problematic internet use bahkan menjadi lupa waktu ketika online. Problematic internet use juga dapat terjadi ketika individu mengalami masalah dalam kehidupannya yang disebabkan oleh penggunaan internet (Caplan, 2003).

4 Faktor yang menyebabkan problematic internet use antara lain kesepian (loneliness) (Caplan, 2003), peningkatan kebutuhan akan interaksi sosial (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016), dan self-esteem yang rendah (Heron & Saphira, 2003). McKenna, Green, dan Gleason (2002) dalam Caplan (2003) berpendapat bahwa individu kesepian cenderung merasa bahwa mereka dapat lebih baik mengekspresikan jati diri mereka kepada orang lain di internet daripada ketika mereka berada di dunia nyata. Individu yang ingin mendapatkan teman baru tetapi memiliki kepribadian yang tertutup cenderung menggunakan internet untuk menghindari perasaan negatif yang muncul karena tidak adanya figur teman (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016). Individu yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung menggunakan internet untuk memperoleh kesenangan dan mencoba hal baru yang tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata. Hal ini kemudian menyebabkan individu lebih rentan untuk mengalami problematic internet use (Aydin & Sari, 2011). Kesepian dapat didefinisikan sebagai pengalaman negatif yang muncul sebagai hasil dari evaluasi kognitif terhadap ketidaksesuaian antara hubungan yang sudah ada dengan standar hubungan yang telah ditetapkan oleh individu, baik secara kualitas maupun kuantitas (de Jong Gierveld, van Tilburg, & Dykstra, 2006). Standar hubungan yang ditetapkan individu dapat berupa tujuan seseorang dalam menjalin sebuah hubungan, misalnya tingkat keintiman (kualitas) atau frekuensi pertemuan (kuantitas). Selain itu, standar hubungan seseorang dapat berupa keinginan individu untuk menjalin sebuah hubungan yang spesifik, misalnya pasangan intim (suami, istri, pacar), sahabat, atau kolega yang suportif (de Jong Gierveld, et al., 2006). Kesepian meliputi keadaan di mana kualitas hubungan yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan, kesepian juga dapat berupa keadaaan di

5 mana tidak adanya keintiman sebagaimana yang diharapkan (de Jong Gierveld & van Tilburg, 1999). Individu menggunakan internet antara lain untuk meredakan masalah psikososial yang dialami, seperti kesepian atau depresi. Akan tetapi, alih-alih dapat mengobati kesepian yang dirasakan, penggunaan internet secara berlebihan cenderung menyebabkan masalah lain. Individu yang kesepian tidak hanya mengalami kesulitan untuk mengelola hubungan sosial yang sehat di dunia nyata tetapi juga mengalami kesulitan untuk mengatur penggunaan internet mereka. Individu yang kesepian atau tidak memiliki kemampuan sosial yang memadai dapat terjerumus ke dalam penggunaan internet berlebihan yang dapat menyebabkan dampak negatif dalam kehidupan. Dampak negatif yang terjadi dapat berupa terganggunya aktivitas penting seperti kegiatan akademik atau pekerjaan dan berkurangnya kualitas dan kuantitas hubungan sosial dengan orang terdekat. Hal ini dapat menyebabkan individu semakin terisolasi dari aktivitas sosial yang sehat dan menjadikan individu semakin kesepian (Kim, LaRose, & Peng, 2009). Individu yang mengalami kesepian cenderung menggunakan internet secara berlebihan yang kemudian mendorong individu tersebut mengalami problematic internet use (Odac & Kalkan, 2010). Sebuah penelitian menyebutkan, semakin tinggi kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa, semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa tersebut untuk menggunakan internet secara berlebihan, yang kemudian hal ini mengakibatkan mahasiswa tersebut mengalami problematic internet use (Eroglu, Pamuk, & Pamuk, 2013). Mahasiswa yang merasa kesepian cenderung menggunakan lebih banyak waktu di internet untuk membangun pertemanan baru dan menghindar dari perasaan negatif yang diasosiasikan dengan kesepian (Skues, Williams, Oldmeadow, & Wise, 2016).

6 Berdasarkan temuan yang ada, penulis kemudian tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kesepian dengan problematic internet use pada dewasa awal, terutama mahasiswa. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kesepian dan problematic internet use pada dewasa awal? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan problematic internet use pada dewasa awal. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia psikologi terutama pada psikologi perkembangan dan psikologi sosial terkait kesepian dan penggunaan internet pada dewasa awal. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai pertimbangan dalam menangani persoalan-persoalan yang terjadi pada dewasa awal. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran mengenai kehidupan dewasa awal saat ini terkait dengan penggunaan internet.