BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, oleh karena itu seperti negara-negara berkembang lainya Indonesia gencar melakukan pembangunan. Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera, merata baik material maupun spiritual. Untuk mewujudkan suatu pembangunan nasional seperti yang dicita-citakan, diperlukan sarana dan prasarana yang berupa sumber daya manusia, pengetahuan atau teknologi, situasi politik dan dana yang memadai. Dalam hal memenuhi kebutuhan dana yang memadai untuk pembiayaan pembangunan, pemerintah yang memiliki fungsi bugetair dan mengatur dalam hal ini pemerintah berfungsi sebagai penerima dana dan mengelola dana tersebut sebagai pembangunan nasional. Pemerintah memiliki sumber-sumber penerimaan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sumber-sumber penerimaan negara pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam 8 sektor yaitu Pajak, Kekayaan Alam, Bea dan Cukai, Retribusi, Iuran, Sumbangan, Laba dari Badan Usaha Milik Negara, dan Sumber-sumber lain (Suandy, 2008:2). Penerimaan dalam negeri yang sangat potensial dan merupakan porsi terbesar dari seluruh penerimaan negara adalah dari sektor pajak. Pada tahun 1
2 2014 diperkirakan pendapatan dari sektor pajak mencapai 75% dari total pendapatan yang diterima oleh negara, dalam hal ini untuk pembuatan APBN dan APBD Diperkirakan peran besar sektor pajak dalam penerimaan negara akan terus ada sampai waktu yang tidak ditentukan (Suandy, 2008:2). Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2002:1). Menyadari pentingnya sektor pajak, pemerintah berusaha mengoptimalkan sektor pajak ini dengan sebaik-baiknya. Membayar pajak merupakan kewajiban bagi setiap warga negara yang telah ditetapkan atau telah diwajibkan membayar pajak terhadap negara, namun dalam prakteknya hal tersebut belum terjadi atau enggan untuk membayar pajak. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikit sekali Wajib Pajak (WP) yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dari puluhan juta orang Indonesia yang berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), tidak semuanya mengajukan diri untuk menjadi Wajib Pajak (WP). Di bidang perpajakan khususnya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak diimplementasikan arsip elektronik. Arsip elektronik dimanfaatkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mendokumentasikan semua arip arsipnya. Ini merupakan suatu pembaharuan dalam sistem perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, pembaharuan dalam sistem perpajakan yang
3 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perpajakan tersebut tidak lain adalah sebagai bagian dari reformasi perpajakan ( tax reform ), khususnya administrasi perpajakan. Berbagai terobosan yang terkait dengan aplikasi Teknologi Informatika serta mengoptimalisasikan pelayanan kepada Wajib Pajak. Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, disebutkan bahwa Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa pelaporan SPT, secara umum yang selama ini dilakukan adalah dengan menyampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, atau dikirim melalui pos secara tercatat. Dengan sistem ini, Wajib Pajak harus datang dan bertemu langsung dengan petugas pajak. Sistem ini juga membutuhkan sumber daya manusia yang banyak, memerlukan ruang yang luas, memperlambat pelayanan karena proses pengirimannya secara manual. Lebih lanjut kesalahan dalam perekaman lebih mudah terjadi. Sehingga dibutuhkan sistem administrasi dan pelayanan yang lebih cepat dan akurat diseluruh Kantor Pelayanan Pajak. Menjawab dan menyikapi meningkatnya kebutuhan komunitas Wajib Pajak yang tersebar diseluruh Indonesia akan tingkat pelayanan yang harus semakin baik, membengkaknya biaya pemrosesan Laporan pajak, dan keinginan untuk mengurangi beban proses administrasi laporan pajak
4 menggunakan kertas, maka Derektur Jenderal Pajak mengeluarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-88/PJ./2004 tanggal 14 Mei 2004 (BN No. 7069 hal 4b) tentang penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik. Pada tanggal 24 Januari 2005 bertempat di Kantor Kepresidenan, Presiden Republik Indonesia bersama sama dengan Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan produk e-filling atau electronic filling System yaitu sistem pelaporan atau penyampaian pajak dengan Surat Pemberitahuan (SPT) secara electronik (e-filling) yang dilakukan melalui sistem online yang real time. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut dinyatakan bahwa penyampaian Surat Pemberitahuan secara electronik (e-spt) dilakukan melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (Aplication Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. Perubahan yang meliputi pelayanan kepada Wajib Pajak dari yang semula Wajib Pajak harus menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara langsung, sekarang ini penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan secara online dimana saja dan kapan saja. E-filling ini dilakukan bertujuan agar Wajib Pajak memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga pemenuhan kewajiban perpajakan dapat lebih mudah dilaksanakan dan tujuan untuk menciptakan administrasi perpajakan yang lebih tertib dan transparan dapat dicapai. E-filling adalah sebuah layanan pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara electronic untuk Orang Pribadi ke Direktur
5 Jenderal Pajak melalui sebuah ASP (Aplication Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi) dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet secara online atau real time, sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual. Layanan e-filling bertujuan untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara electronik (via internet) kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak Orang Pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja. Hal ini dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu (Novarina,2005). Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu penggunaan e-filling ini bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Hal- hal tersebut dikarenakan sistem ini masih baru sehingga masih terdapat kekurangan kekurangan dan masih banyak hal hal yang harus dipahami yang terkait dengan kesiapan sumber daya manusia, sarana serta perangkatnya sehingga butuh proses dan waktu panjang. Disamping harus mengikuti perkembangan Teknologi Informatika serta membutuhkan proses sosialisasi kepada seluruh Wajib Pajak untuk memperkenalkan lebih dalam produk terbaru dalam penyampaian SPT yaitu secara electronic filling (e-filling).
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efektivitas electronic filling (e-filling) dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Batu? C. Tujuan Penulisan Tugas Akhir Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat keefektivan electronic filling (e-filling) dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu. D. Kegunaan Tugas Akhir Adapun manfaat yang di ambil dari penelitian Tugas Akhir ini adalah : a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Sebagai bahan masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang dalam hal penentuan kebijakan untuk mengoptimalkan penyampaian SPT secara online di Kantor Pelayanan Pajak Batu dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melakukan pelayanan publik, sekaligus untuk meningkatakan kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak dan mematuhi peraturan pajak yang berlaku.
7 b. Bagi Perguruan Tinggi : 1) Sebagai tambahan literatur mengenai praktek perpajakan khususnya mengenai efektivitas e-filling dalam penyampaian SPT Tahunan Pada KPP Pratama Batu. 2) Sebagai bahan untuk mengevaluasi dan membandingkan antara kurikulum yang ada dengan yang praktek yang terjadi dilapangan.