BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul Redesain Masjid Darussalam Sebagai Tempat Ibadah dan Pusat Bisnis di Kampung Perhiasan Jayengan

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. PENATAAN KAWASAN JAYENGAN SEBAGAI WISATA KAMPUNG PERHIASAN (Pendekatan pada wisata kreatif)

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A)

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Masjid Dengan Konsep Eco Desain Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan,

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

Gigih Juangdita

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

BAB I PENDAHULUAN. diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan. 1. Resort : adalah sebuah tempat untuk menginap dimana

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Kawasan Wisata Batik Girli di Desa Kliwonan, Masaran, Sragen Arti Kata

BAB I PENDAHULUAN. 1 Banyu Lanang, Sepatu Cibaduyut Dilema, Antara Meningkatkan Mutu dan Image Murah, Banyu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul. : Peroses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu, benda, hasil karya, suatua kawasan. 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PARIWISATA KREATIF BERBASIS KOMUNITAS DAN BUDAYA LOKAL (STUDI KASUS KAMPOENG PERHIASAN NJAYENGAN SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB I PENDAHULUAN. Buku DP3A ini berjudul Penataan Permukiman Lingkungan Masjid Al-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

langsung dalam kontak dagang.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul Redesain Masjid Darussalam Sebagai Tempat Ibadah dan Pusat Bisnis di Kampung Perhiasan Jayengan Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan berdasarkan pengertian dari kamus besar bahasa Indonesia sebagai berikut. Redesain : Membuat ulang rancangan pola kerangka bentuk suatu bangunan. Masjid : Rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam. Darussalam : Sebuah pesantren yang terkenal di Martapura, Kalimantan Selatan. Sebagai : Kata depan untuk menyatakan hal yang serupa; sama; semacam. Tempat : Ruang (bidang atau rumah) yang tersedia untuk melakukan sesuatu. Ibadah : Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya; ibadat. Dan : Penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yang setara, yang termasuk tipe yang sama serta memiliki fungsi yang tidak berbeda. Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi pimpinan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb). Bisnis : Usaha komersial di dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang Di : Kata depan untuk menandai tempat. Kampung : Kelompok rumah yang merupakan bagian kota (biasanya dihuni orang berpenghasilan rendah). 1

. Perhiasan : Barang apa yang dipakai untuk berhias. Jayengan : Sebuah kelurahan di kecamatan Serengan, Surakarta. Berdasarkan beberapa penjabaran kata di atas pengertian dari judul tugas akhir adalah, membuat ulang rancangan pola kerangka bentuk Masjid Darussalam sebagai tempat ibadah dan pusat usaha komersial di Kampung dengan khas-nya barang untuk berhias. 1.2. Latar Belakang 1.2.1. Sejarah Suku Banjar dengan Masjid Darussalam di Jayengan Surakarta Kelurahan Jayengan merupakan tempat tinggal para abdi dalem pengurus minuman bila ada pesta di istana. Namun ada sumber lain mengatakan bahwa Jayengan adalah tempat tinggal abdi dalem prajurit istana Keraton Surakarta bernama Jayagastra, prajurit Prameswari Dalem dan abdi dalem prajurit Jayantaka, prajurit berani mati, pengawal pribadi raja. Kelurahan ini terletak jalan selatan Klenteng Secoyudan ke selatan pertigaan Notosuman, ke barat sampai perempatan jalan keraton, ke utara sampai perempatan Singosaren. Di kelurahan Jayengan terdapat kampung-kampung yaitu Jayengan, Gandekan, Keparen, Surobawon, Kartodipuran, Borotodipuaran, Nyutran, Notokusuman, Macanan, Suroloyan, Kali Larangan. Kampung Jayengan termasuk dalam kelurahan Jayengan yang sekarang dihuni oleh mayoritas suku Banjar Martapura Kalimantan Selatan. Sejak kota Solo menjadi ibukota Kerajaan Mataram (1746), maka pedagang-pedagang intan berlian dari Banjarmasin ke Surakarta (Solo) mulai ramai. Karena itu mereka banyak yang kemudian tinggal di kota Surakarta, mula-mula dengan mengontrak rumah, atau bahkan kemudian mereka membeli rumah di kota ini. Demikian proses kedatangan mereka sehingga akhirnya banyak orang Banjar yang bermukim di kota Surakarta. (Nawawi, 2007: 7) 2

Sejak berdirinya Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, sejak itu pula para pedagang dari Banjar mulai merantau membawa dagangan hasil alam. Intan adalah komoditas utama para pedagang dari daerah Banjar di Kota Solo. Melalui sungai Bengawan Solo yang menjadi akses menuju pelabuhan Surabaya dan langsung ke utara menuju Banjarmasin merupakan rute yang ditempuh para pedagang zaman dahulu memulai komunitas ini. Suku Banjar yang pada awalnya tinggal di daerah pinggiran aliran sungai agar mudah dalam melakukan transportasi ketika jual beli batu permata dan perhiasan emas, sedikit demi sedikit seiring pengalihan moda transportasi dari air ke darat maka suku Banjar bergeser ke pinggiran jalan, hingga sampailah ke daerah Kampung Jayengan. Sebagian dari orang-orang Banjar ditahan oleh keraton untuk membuat perhiasan bagi para keluarga keraton. Banjar merupakan salah satu komunitas yang sudah ada hampir seabad silam. Komunitas ini tersebar di berbagai kota Solo namun berpusat di Kampung Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah. Suku Banjar yang berprofesi sebagai pengrajin batu permata dan perhiasan emas juga melakukan jual beli di Kampung Jayengan dan menetap di Kampung tersebut hingga turun temurun. Sehingga selama ini Kampung Jayengan sering disebut sebagai Kampung Kemasan. Ketika suku Banjar sudah menetap di Jayengan, mula-mula tempat ibadah yang dibangun adalah Langgar Jayengan (Darussalam) adalah bapak H. M. Arsyad bin H. Abdurrohman Marlim. Tetapi sebelumnya pada tahun 1907 H mendirikan langgar tertunda. Kemudian pada tahun 1910 ide tersebut dilanjutkan oleh H.M. Thaher Datu Kayak, H. Abdullah Husaini, H. Hasan Djoto, H. Abd Rasyid bin H. Mochdar, H.M. Syaid, H. Syaifuddin bin H. Abdurrochman, dan H. Amin. Pada saat itu dana dikumpulkan dan terkumpul lebih kurang Rp5.000 (lima ribu rupiah), total nilai uang seperti itu sudah 3

lumayan banyak, kemudian dibelikan tanah seharga Rp700 dan setelah melalui beberapa proses langgar/mushalla tersebut selesai dibangun tahun 1911. Pada tahun 2011 sekarang ini sudah berusia tepat 100 tahun. Karena jumlah jamaah yang semakin banyak dan bertambah maka tanggal 9 Februari 1965 diadakan perbaikan-perbaikan dan pengembangan, sehingga akhirnya berubah fungsinya menjadi masjid dan dapat menampung lebih kuarng 500 jamaah. Selain Masjid sebagai tempat ibadah juga bisa sebagai pusat pemberdayaan umat. 1.2.2. Industri Perhiasan dari Suku Banjar Suku Banjar di Indonesia pada awalnya berpusat di Kalimantan, terkenal dengan profesinya sebagai pendagang intan berlian dan pengrajin emas perak. Sudah berabad-abad yang lalu memulai perdagangan intan permata sebagai komoditasi utama masyarakat Banjar. Dulu Industri perhiasan ini bisa ditemukan dalam skala home industri karena banyaknya bahan baku dan banyaknya tenaga kerja. Home industri tersebut bisa mengerjakan pengrajin puluhan bahkan ratusan pengrajin. 1.2.3. Potensi Industri Kreatif Suku Banjar datang ke Surakarta dengan tujuan berdagang emas intan berlian dan menetap di Jayengan Surakarta maka akan memberikan dampak untuk lokasi yang di tempatinya. Potensi yang dibawa oleh suku Banjar selain kerajinan emas, perak, intan, berlian adalah budaya, kuliner Banjar, dan kesenian, seperti hadrah, lagu daerah Banjar dan Melayu. Kampung Jayengan terkenal dengan permukiman tradisional yang khas, di sini berkembang akulturasi budaya Jawa dan Banjar yang unik dan spesifik. Bentuk rumahnya suku khas Banjar juga ikut berkembang yang aslinya rumah khas Banjar berbentuk panggung menjadi tanpa panggung dengan model atap dan ruang yang masih khas. Masjid Darussalam dan Bubur Saminnya yang melegenda pun 4

sudah hampir seabad juga di kota ini. Dikatakan terkenal karena bubur ini hanya diproduksi satu tahun sekali saat Ramadhan saja. 1.2.4. Potensi Kota Surakarta sebagai Pendukung Kegiatan Industri Kreatif Di kawasan keraton juga ada dua Kampung Batik yang sudah berbasis komunitas dan berlandaskan islam, Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Batik merupakan sandang yang membutuhkan aksesoris untuk melengkapinya, sehingga jika industri perhiasan ini berkembang dan bisa berjaya lagi akan dapat mengangkat perekonomian yang berbasis komunitas dan berlandaskan Islam yang kuat di sekitaran kawasan keraton dan tujuan akhir akan terwujud yaitu Segitiga Sentra Industri Kreatif. Potensi yang ada di kampung Jayengan yaitu masih adanya pengrajin yang masih bertahan untuk tetap berkecimpung di bidang kerajinan perhiasan. Di kampung Jayengan sudah ada masjid yang berada dipinggir masjid dengan gaya arsitektur modern, sudah ada ruang serba gunanya, dengan temnpat sholat yang dipisah laki-laki dengan wanita. Akan tetapi belum mempunyai tempat yang dapat menampung para pengrajin untuk melakukan jual beli perhiasan yang terpusat. Di sekitar kampung Jayengan juga terdapat banyak toko perhiasan yang tersebar dipinggir akses utama (coyudan), namun mayoritas dimiliki oleh orang asing yang mempunyai dana yang besar. Sehingga perlu adanya pusat untuk melakukan jual-beli yang berpihak pada pengrajin yang dulu pernah berjaya di kampung Jayengan. 1.2.5. Permasalahan Kampung Jayengan Semakin berkembangnya industri disegala bidang termasuk bidang perhiasan, seperti adanya imitasi yang berkembang dan lebih diminati karena harganya yang relatif terjangkau membuat persaingan terjadi. Jika tidak dapat mengikuti perkembangan maka produk lokal 5

akan tertinggal dengan industri lainnya, termasuk adanya perdagangan bebas. Suatu usaha akan mengalami naik turunnya suatu produktifitas, tak terkecuali dengan pengrajin emas, perak, permata, berlian di Jayengan ini. Tanpa adanya manajemen yang baik juga akan berdampak pada berkembangnya suatu perindustrian. Pengrajin di Jayengan ini tidak banyak yang mempunyai kemampuan memanajemen suatu perindustrian yang baik sehingga pengrajin yang dulu berjaya mengalami suatu kemunduran kejayaan perindustriannya. Selain karena manajemen yang kurang baik, sebab kemundurannya karena tidak adanya regenerasi untuk melanjutkan perindustrian tersebut. Orang tua dulu yang mempunyai industri perhiasan ini lebih bangga anaknya menjadi pegawai negeri daripada meneruskan usaha perindustrian dari orang tuanya, sehingga anaknya tidak diajari untuk mendalami peindustrian perhiasan ini. Kondisi ini jika dibiarkan akan menyebabkan surutnya industri yang ada di Kampung Jayengan serta akan berdampak pula hilangnya budaya dari akluturasi budaya Jawa dan Banjar yang sudah berbudaya di Jayengan tersebut. Setelah jatuhnya kejayaan di industri perhiasan banyak rumah dari pengrajin yang dijual dan mereka pindah di daerah pinggiran seperti Cemani, Ngruki, Waringinrejo, dan menyebar ke daerah pinggiran lainnya. Rumah yang sudah dijual maupun yang sudah tidak ada aktivitas pengrajinan perhiasan juga sudah berubah fungsi sebagai rumah tinggal biasa atau bangunan sewa kost. Kaum Banjar yang pernah berjaya berabad lalu memiliki potensi keterampilan yang khas yang dapat diangkat menjadi wisata kreatif. Maka diperlukan suatu wadah untuk melakukan aktivitas bisnis serta mengembangkan potensi ini agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 6

1.3. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas rumusan permasalahan dalam perencanaan redesain Masjid Darussalam di kampung perhiasan Jayengan tersebut adalah: Belum adanya tempat yang dapat dijadikan pusat bisnis, informasi dan promosi. 1.4. Tujuan Meredesain Masjid Darussalam di Kampung Jayengan sebagai pusat ibadah dan pusat bisnis, informasi, dan promosi, sehingga dapat mengangkat kembali potensi pengrajin yang ada di Kampung Jayengan dengan keunggulan yang kompetitif untuk budaya, kuliner, kesenian, dan industri kreatifnya karena sejak lama Masjid Darussalam sebagai pusat ibadah suku Banjar yang ada di Jayengan, adapun konsep yang direncanakan adalah: a. Menyediakan tempat yang bisa dipakai untuk tempat pusat bisnis, informasi, dan promosi industri perhiasan. b. Menyediakan tempat berkumpul yang bisa buka 24 jam. c. Menyediakan tempat untuk pertemuan besar yang dapat dijadikan balai pelatihan dan bisa juga disewakan. d. Menyediakan tempat parkir yang cukup untuk pengunjung. 1.5. Sasaran Sasaran pokok laporan ini meliputi upaya perencanaan dan perancangan redesain Masjid Darussalam di Kampung Jayengan sebagai pusat ibadah dan pusat bisnis, informasi, dan promosi yang dapat mengangkat kembali kejayaan industri perhiasan sebagai kawasan wisata kreatif, Adapun sasaran yang akan dicapai: Bagaimana pola penataan ruang pusat bisnis dengan pusat ibadah tidak saling mengganggu dan mempunyai keselarasan fungsi masing-masing kegunaannya. 7

1.6. Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan laporan ini adalah: a. Hasil perencanaan dan perancangan dapat digunakan sebagai acuan bagi konsep yang di terapkan pada pengembangan Kampung Jayengan sebagai Kampung Perhiasan. b. Pengembangan potensi fisik yang dimiliki Kampung Jayengan sebagai Kampung Perhiasan. c. Hasil Perencanaan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan oleh pengambil kebijakan pengelolaan wisata kreatif kampung perhiasan. 1.7. Keluaran/Output Adapun keluaran atau output dari laporan ini adalah: a. Bentuk ruang dan pemilihan tempat yang tidak saling mengganggu dan memiliki keselarasan fungsi. b. Pemanfaatan potensi site yang ditempati oleh Masjid Darussalam di Kampung Jayengan Surakarta, sehingga pemanfaatannya akan menguntungkan masyarakat, daerah, dan akan menambah daya tarik wisatawan. c. Pengaturan zona zona pemanfaatan ruang yang dapat berfungsi ganda. 1.8. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan deduktif yaitu suatu metode yang menerangkan data-data yang ada dengan landasan teori terkait melalui proses pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada perolehan data yang sistematis, faktual dan akurat sebagai landasan penyusunan konsep perencanaan dan perancangan. A. Metode Pengumpulan Data Studi literatur yaitu menguji dan menelaah berbagai literatur yang terkait dengan pembahasan yang akan dilaksanakan. 8

Observasi yaitu mengadakan studi lapangan melalui pengamatan langsung kelapangan untuk mengetahui kondisi fisik lokasi dan tata lingkungannya serta beberapa lusa tanah yang ada serta faktor penunjangnya. Interview yaitu wawancara langsung dengan pihak terkait dengan pembahasan mengenai obyek wisata tersebut. B. Metode Analisis Data Merupakan penguraian data penjelasan terhadap permasalahan berdasarkan data- data yang diperoleh, diolah dan dianalisa berdasarkan landasan teori yang terkait dengan permasalahan, kemudian ditarik kesimpulan. C. Metode Sintesis Merupakan tahap penyusunan hasil analisa dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu yang berupa deskripsi konsep perancangan sebagai pemecahan masalah. 1.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahaan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penyusunan DP3A untuk mendasari penganalisaan masalah. BAB III DISKRIPSI OBJEK Bab ini berisi tentang data lokasi. BAB IV ANALISA DAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab ini berisi tentang hasil analisis konsep yang mendasari perancangan bangunan. 9