BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada perusahaaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan maupun manufaktur yang selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan harta bendanya. Agar perusahaan dapat berkembang dengan baik diperlukan upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi serta efektifitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya perusahaan, maka kegiatan dan masalah yang akan dihadapi perusahaan semakin kompleks sehingga semakin sulit untuk mengawasi seluruh kegiatan dan operasi perusahaan, yang dimana semakin besar kemungkinan untuk terjadinya penyimpangan-penyimpangan, pemborosan, serta kecurigaan. Masalah-masalah internal yang muncul dalam organisasi sebagian merupakan tanda bahwa fungsi di dalam lembaga tidak dilaksanakan secara taat dan konsisten, dampaknya tata kelola perusahaan tidak dilaksanakan secara baik. (Hermawan,2010:9) Audit internal merupakan suatu alat yang dominan bagi pimpinan perusahaan untuk memantau dan mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan. Apalagi para pemeriksa (pengawas) internal ini tentu saja lebih mengetahui mengenai segala kebijakan, prosedur, dan berbagai permasalahan perusahaan secara rinci. Audit internal terhadap kegiatan operasional perusahaan perlu dilakukan secara teratur, baik sebelum dirasakan adanya suatu masalah 1
2 maupun sudah terlanjur terjadi masalah. Audit internal yang dilakukan secara teratur dapat mencegah terjadinya suatu masalah; manajemen akan dapat dengan segera mengetahui dan mengatasi masalah serta sebab-sebabnya sebelum masalah tersebut menjadi berkelanjutan, atau secara tepat mengidentifikasi masalah yang sebenarnya, sumber-sumber penyebabnya dan mengambil langkah-langkah yang efektif untuk mengatasinya. Efektifnya peran audit internal di dalam suatu organisasi diharapkan akan meningkatkan kinerja organisasi yang bersangkutan ( Hery, 2013: 27). Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di masa yang akan datang (Herwidayatmo, 2011:25). Sejak krisis ekonomi tahun 1997 pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, atau lebih dikenal dengan Corporate Good Governance (GCG) menjadi isu yang mengemuka di Indonesia. Akibat buruknya tata kelola pemerintahan dan perusahaan di Indonesia pada masa itu, menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi terpuruk. Semenjak itulah, semua pihak sepakat untuk dapat bangkit dari keterpurukan, Indonesia harus memulai dengan tata kelola yang baik dari pemerintah, perusahaan pemerintah dan swasta. Berbagai upaya memperbaiki tata kelola dilakukan dengan menerapkan prinsip GCG di semua lini masyarakat (Zarkasyi, 2008; 1)
3 Akmad Syahroza dalam Sumadyo (2013) menyatakan bahwa, semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar tercipta adanya transparansi dan akuntabilitas, agar kepercayaan tetap solid maka perlu diciptakan suatu kondisi yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good Corporate Governance. GCG tidak hanya diterapkan pada sektor pemerintah saja tetapi juga pada sektor swasta, yang jelas tuntutan untuk transparan dan akuntabel diperlukan dalam konsep ini. Penerapan GCG tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi organisasinya, yang ditunjukkan dari adanya peningkatan kinerja, berhasil ditekannya konflik kepentingan dan harmonisasi pengambil keputusan berjalan dengan baik. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 pasal 2 yang telah diperbaharui menjadi PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada BUMN, dinyatakan bahwa BUMN diwajibkan untuk menerapkan GCG secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya. Sehingga perusahaan perusahaan dituntut mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk pemasukan kas sehingga memiliki nilai tambah (Value Added). Bank, BUMN dan perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, sebagai tulang punggung perekonomian nasional diharapkan mampu menerapkan GCG dengan baik. Diperlukannya Good Corporate Governance dilandasi oleh banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam perusahaan-perusahaan BUMN,
4 swasta, dan instansi pemerintah. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme, adalah hal yang sering terjadi dalam pengelolaan BUMN, swasta, dan isntansi pemerintah, hal tersebut terjadi karena tidak dihormatinya prinsip-prinsip GCG. Tidak dihormatinya prinsip-prinsip GCG timbul akibat adanya praktik yang tidak terpuji yang dilakukan pribadi maupun bersama-sama pihak lain di dalam perusahaan. BANDUNG, KOMPAS.com - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat menahan tiga tersangka kasus dugaan penyelewengan dana atau kredit fiktif tanpa agunan Bank Jabar Banten (BJB) Kantor Cabang Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, senilai Rp 17 miliar, Jumat (27/03/2015) Ketiganya adalah orang internal BJB, di antaranya, R Arwin Aldriyant (pimpinan cabang Bank BJB) Rahma Ariani Roshadi (mantan Analis Komersial) dan Egi Mukti (mantan Staf Divisi Mikro di PT BJB Kantor Pusat Bandung). Dengan fenomena yang timbul maka penulis ingin mengetahui seberapa besar tingkat penyimpangan yang mungkin terjadi pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. dan seberapa besar proses penerapan GCG pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 mengenai pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip GCG.
5 Pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian, dan kewajaran. Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan GCG, bank diwajibkan secara berkala melakukan self assessment terhadap pelaksanaan GCG. PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk.merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak dibidang perbankan wilayah kerjanya menyebar di seluruh Indonesia dan memiliki banyak kepentingan terhadap perusahaan yang dikenal sebagai stakeholders perusahaan. Hal ini membuat manajemen PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. menyadari pentingnya pengendalian intern (internal control) yang efektif guna membantu perusahaan dalam peningkatan kinerja, mencegah kecurangan dan penyajian laporan keuangan yang dapat diandalkan, serta mendorong keberhasilan penerapan GCG. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang diduga audit internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul: Pengaruh Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
6 1.2 Identifikasi Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan, maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan/ pelaksanaan audit internal di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. 2. Bagaimana penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. 3. Bagaimana pengaruh audit internal terhadap penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi sebagai bahan untuk menyusun skripsi, di mana skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Adapun tujuan dilaksanakan peneitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan/ pelaksanaan audit internal di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. 2. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh audit internal terhadap penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.
7 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak sebagai berikut: 1. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk.khususnya satuan kerja Audit Internal 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama, sehingga dapat memberikan informasi untuk memberikan kemudahan bagi peneliti lain dalam membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. 3. Bagi Penulis Diajukan untuk memenuhi syarat dalam mengajukan skripsi program studi akuntansi pada fakultas ekonomi Universitas Widyatama. Peneliti juga mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan serta wawasan berfikir penulis mengenai bidang perbankan khususnya yang berhubungan dengan peranan audit internal. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada Kantor PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. Jalan Naripan No 12-14 Bandung 40111. Waktu penelitian Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016.