PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang Jl. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang 30129 RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian dan produksi tanaman padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang terhadap pemberian pupuk organik kotoran sapi yang telah dilaksanakan di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin pada bulan Desember 2013 sampai bulan April 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari enam (6) perlakuan yang diulang sebanyak empat (4) kali. Setiap perlakuan dalam satu ulangan (satuan percobaan) terdiri dari tiga (3) tanaman, sehingga berjumlah 72 tanaman padi dengan perlakuan sebagai berikut : P0 = 0 ton ha -1 ; P1 = 5 ton ha - 1 ; P2 = 10 ton ha -1 ; P3 = 15 ton ha -1 ; P4 = 20 ton ha -1 ; P5 = 25 ton ha -1. Peubah yang diamati yaitu: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, berat kering gabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kotoran sapi dengan berbagai takaran memberikan pengaruh tidak nyata terhadap seluruh peubah yang diamati. I. Pendahuluan A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput berumpun. Sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun Sebelum Masehi. Bukti lainnya penemuan fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hanstinapur Uttar Pradesh India sekitar 100 SM sampai dengan 800 SM (Purwono dan Purnamawati, 2007). Indonesia telah diperkenalkan metodologi budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas secara drastis. Input produksi yang kecil seperti air, irigasi, benih pupuk kimia dan biaya produksi lainnya. Metode ini dinamakan System of Rice Intensification atau yang lazim disingkat SRI. System of Rice Intensification (SRI) pertama kali dikembangkan oleh seorang pastur asal Perancis bernama Father Henri de Laulanie pada awal 1980-an di Madagaskar. Pastur menghabiskan waktu selama 34 tahun bekerja bersama petani, 1
mengamati, dan bereksperimen mengenai metode hemat air ini, hingga berhasil memperoleh kesuksesan pada tahun 1983 sampai dengan 1984 (Prabowo, 2007). Salah satu komponen dalam metode SRI adalah penambahan pupuk dengan bahan organik sesuai dengan kebutuhan tanaman. Upaya pemupukan dengan bahan organik, merupakan satu tindakan untuk mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Diperlukan jumlah pupuk kandang yang cukup besar untuk mendapatkan nilai nutrisi yang mencukupi suatu luasan lahan pertanian tertentu, yakni sekitar 10 ton ha -1 sampai 20 ton ha -1 (Basri dan Rasti, 2007). Pupuk organik merupakan hasil akhir dari peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan lain sebagainya. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, sehingga kesuburan tanah meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang dengan metode SRI (System of Rice Intensification). B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon tanaman padi varietas Ciherang terhadap pemberian pupuk organik kotoran sapi dengan budidaya metode SRI (System of Rice Intensification). Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya tanaman padi organik sehingga dapat menggugah masyarakat untuk membudidayakan padi organik. C. Hipotesis Diduga dengan pemberian pupuk organik kotoran sapi dengan dosis 15 ton ha -1 akan memberikan respon terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang. II. Pelaksanaan Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai dengan bulan April 2014. 2
B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Varietas Ciherang, pupuk organik kotoran sapi dan tanah rawa. Alat yang digunakan polybag ukuran 40 cm x 35 cm, paranet, sekop, cangkul, mistar ukur, nampan dan timbangan. C. Metode Penelitian 1. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode percobaan yang dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari enam (6) perlakuan yang diulang sebanyak empat (4) kali. Setiap perlakuan dalam satu ulangan (satuan percobaan) terdiri dari tiga (3) tanaman, sehingga berjumlah 72 tanaman padi. 2. Rancangan perlakuan Penelitian ini menggunakan pupuk organik kotoran sapi sebagai perlakuan yang terdiri dari : P0 = 0 ton ha -1 (kontrol) P1 = 5 ton ha -1 P2 = 10 ton ha -1 P3 = 15 ton ha -1 P4 = 20 ton ha -1 P5 = 25 ton ha -1 3. Rancangan Respon Respon yang diamati terdiri dari: 1. Tinggi Tanaman Padi (cm) 2. Jumlah Anakan Produktif (rumpun) 3. Umur Berbunga (hari) 4. Panjang malai (cm) 5. Jumlah Gabah per Malai (butir) 6. Bobot 1000 Butir (gram) 7. Berat Kering Gabah (rumpun) D. Cara Kerja 1. Persemaian 2. Persiapan Media Tanam di dalam Polybag 3. Penanaman 4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) 5. Pemeliharaan 6. Panen III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan hasil penelitian pengamatan rata-rata analisis keragaman yang dilakukan terhadap semua parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini : 3
Tabel 1. Hasil Analisis Keragaman Semua Parameter yang Diamati Peubah yang dianalisis Uji F KK (%) Tinggi tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Jumlah anakan Produktif (rumpun) (transformasi) Umur berbunga (hari) Panjang malai (cm) Jumlah gabah per malai (butir) (transformasi) Bobot 1000 butir (g) Berat kering gabah (rumpun) (transformasi) 1,26 ** 3,19 * 1,46 ** 1,20 ** 0,86 ** 2,52 ** 0,7 ** 1,0 ** 1,36 ** 0,9 ** 1,26 ** 21,60 13,35 10,68 11,81 11,86 15,19 10,25 4,78 17,96 2,30 16,59 Keterangan : ** = berbeda tidak nyata * = berbeda nyata MST = Minggu Setelah Tanam KK = Koefisien Keragaman 1. Tinggi Tanaman Berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada Tabel 3 tampak bahwa perlakuan P5 menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dengan perlakuan lain. Secara tabulasi, grafik pertambahan tinggi tanaman pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi tanaman pada setiap perlakuan 4
2. Jumlah Anakan Produktif (Per rumpun) bahwa perlakuan P5 (25 ton ha -1 ) memberikan jumlah anakan produktif per rumpun yang lebih banyak yaitu 3,16 anakan produktif per rumpun. Grafik ratarata pertambahan anakan produktif pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini : Gambar 2. Grafik pertambahan jumlah anakan produktif pada setiap perlakuan 3. Umur Berbunga (hari) bahwa perlakuan P3 (15 ton ha -1 ) memberikan jumlah umur berbunga yang lebih banyak yaitu 57,33 buah. Grafik rata-rata pertambahan anak pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini : Gambar 3. Grafik pertambahan umur berbunga pada setiap perlakuan 4. Panjang Malai (cm) bahwa perlakuan P5 (25 ton ha -1 ) 5
memberikan jumlah malai yang lebih panjang yaitu 31,28 cm. Grafik rata-rata pertambahan panjang malai pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini : Gambar 4. Grafik pertambahan panjang malai pada setiap perlakuan 5. Jumlah Gabah per Malai (butir) lebih banyak yaitu 85,92 butir. Grafik bahwa perlakuan P3 (15 ton ha -1 ) memberikan jumlah gabah per malai yang rata-rata jumlah gabah per malai pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini : Gambar 5. Grafik pertambahan jumlah gabah per malai pada setiap perlakuan 6. Bobot 1000 Butir (g) bahwa perlakuan P5 (25 ton ha -1 ) memberikan jumlah bobot 1000 butir yang lebih banyak yaitu 26,18 g. Grafik ratarata jumlah bobot 1000 butir pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini : 6
Gambar 6. Grafik pertambahan bobot 1000 butir pada setiap perlakuan 7. Berat Kering Gabah perrumpun (g) bahwa perlakuan P5 (25 ton ha -1 ) memberikan jumlah berat kering gabah per rumpun yaitu 26,03 g. Grafik rata-rata jumlah berat kering gabah per rumpun pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini : Gambar 7. Grafik pertambahan berat kering gabah per rumpun pada setiap perlakuan B. Pembahasan Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kotoran sapi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali pada umur 4 minggu setelah tanam. Tanaman padi membutuhkan nutrisi untuk mendukung seluruh pertumbuhannya seperti tinggi tanaman. Pada masa vegetatif tanaman padi membutuhkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro untuk mendukung berlangsungnya proses fotosintesis. Hasil fotosintesa tersebut setelah melalui proses metabolisme digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, salah satunya dicirikan dengan bertambahnya tinggi tanaman. 7
Hasil analisis tanah dan pupuk organik kotoran sapi menunjukkan bahwa kebutuhan unsur hara pada masing-masing perlakuan berpotensi untuk mencukupi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah yang digunakan menunjukkan bahwa ph tanah masam yaitu 4,17. Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik kotoran sapi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua peubah tinggi tanaman. Menurut Manurung dan Ismunadji (1988), stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang bawah yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Stadia ini biasanya dimulai 30 hari sebelum pembungaan yang ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik kotoran sapi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap peubah jumlah anakan produktif. Tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup dalam proses pertumbuhannya. Menurut Wijaya (2008), tanaman yang defisiensi unsur phospor mengakibatkan tanaman tumbuh terhambat dan memiliki sedikit anakan. Ketersediaan unsur phospor di dalam tanah salah satunya ditentukan oleh ph tanah. Pada ph tanah rendah (masam), phospor akan bereaksi dengan ion besi dan alumunium membentuk besi fosfat atau alumunium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh akar. Berdasarkan hasil grafik pertambahan jumlah anakan produktif, perlakuan P5 menunjukkan perkembangan yang lebih tinggi walaupun secara statistik perlakuan tersebut berbeda tidak nyata dibanding perlakuan lain. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kompos memberikan pengaruh tidaak nyata pada fase generatif yaitu pada peubah umur berbunga, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir dan berat kering gabah per rumpun. Tersedianya unsur hara sangat erat hubungannya dengan ph. Menurut Agustina (1990), pada ph yang rendah ketersediaan unsur hara makro sangat rendah. Pada ph netral, mikroorganisme paling aktif menguraikan bahan organik dan membantu cepatnya ketersediaan unsur hara pada tanaman. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian takaran pupuk kotoran sapi pada 8
tanaman padi varietas Ciherang belum menunjukkan respon yang positif. Pertumbuhan tanaman padi varietas Ciherang yang diamati dalam penelitian ini secara umum diperoleh tinggi tanaman rata-rata 90,83 cm, jumlah anakan produktif rata-rata 10,38 per rumpun dan pada hasil diperoleh bobot 1000 butir rata-rata seberat 26,18g per rumpun. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan sebaiknya tanah yang digunakan dalam penelitian ini ditambahkan kapur terlebih dahulu, agar ph tanah netral yang dapat memungkinkan tersedianya hara dari pupuk kotoran sapi bagi tanaman padi. Novizan. 2002. Petunjuk yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Purwono, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Soenandar M, Aeni MN, Raharjo A. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal DAFTAR PUSTAKA Basri E, Akhmad P, dan Rasti S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang terhadap Produksi Biomassa pada Pertanian Tumpangsari Jagung dan Rumput Gajah. Dalam Prosiding Seminar Nasional (Buku 2). Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional dan Pengembangan Bioenergi untuk Kesejahteraan Petani. Palembang 9-10 Juli 2007. 9