HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diastoliknya lebih dari 90 mmhg. ( Smeltzer, Suzzane, 2002 )

IKRIMA RAHMASARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 3 METODE PENELITIAN

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh : MURNI SULIS TIANINGSIH J 210 060 084 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Mukti (2005), salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi indikator pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus. Frekuensi ulkus dekubitus di berbagai negara masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa 3-10% pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus dan 2,7% peluang terbentuk dekubitus baru, namun angka tersebut terus meningkat hingga 7,7 26,9%. Penelitian lain memperlihatkan bahwa sekitar 28% pasien di rumah sakit berpeluang untuk menderita dekubitus, dan 2/3 penderita dekubitus tersebut terjadi pada pasien berusia lanjut. Dekubitus juga terjadi dengan frekuensi yang cukup tinggi pada pasien-pasien neurologis oleh karena imobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik. Insiden dekubitus pada penderita dengan trauma medulla spinalis mencapai 25-85% dengan angka kematian antara 7-8% (Alfons, 2008). Menurut Barbenel (1990) dalam Marison (2004), hampir semua dekubitus terutama disebabkan oleh tekanan yang terus-menerus, biasanya 1

2 terjadi pada pasien yang mengalami imobilisasi baik relatif maupun total (Barbenel, 1990), dimana kulit dan jaringan dibawahnya secara langsung tertekan diantara tulang dan permukaan keras lainnya seperti tempat tidur, kursi, meja operasi, atau brankat. Malnutrisi adalah masalah umum yang sering dijumpai pada kebanyakan pasien yang masuk rumah sakit. Malnutrisi menyangkup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrisi, gangguan metabolisme nutrisi, atau kelebihan nutrisi. Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan 2/3 dari semua pasien mengalami perburukan status nutrisi selama mereka dirawat dirumah sakit. Untuk pasien kritis yang dirawat di ICU sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi (Made Wiryana, 2007). Dari hasil penelusuran, didapatkan 12 artikel penelitian yang berkaitan dengan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, yang terdiri dari 8 penelitian tentang penggunaan berbagai matras, 2 penelitian tentang posisi baring, dan 2 penelitian tentang edukasi pasien. Penelitian dalam kurun lima tahun terakhir berfokus pada efek dari berbagai matras untuk mengurangi penekanan jaringan dan perkembangan luka dekubitus. Sedangkan penelitian tentang perawatan kulit dan posisi tubuh, dan edukasi pasien sangat terbatas. Dari ke 12 penelitian tersebut tidak ada satupun yang membahas tentang faktor status nutrisi dalam kejadian dekubitus (riskon, 2010).

3 Melihat dari fenomena diatas maka peneliti melakukan survey kepada pasien Yayasan Stroke Sarno Klaten. Dalam satu tahun terakhir Yayasan Stroke Sarno telah menerima 179 pasien rawat inap dan keseluruhan pasien adalah lansia dimana 70 pasien diantaranya melakukan aktifitas di tempat tidur. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat yang bertugas dalam satu tahun terakhir terdapat 30 pasien yang mengalami luka dekubitus stadium dua ke atas dan 20 pasien mengalami luka dekubitus pada stadium satu. Perawat juga menuturkan bahwa luka tidak semua didapat saat dirawat di yayasan namun 50% dari pasien saat datang sudah terdapat luka, kadang ada yang sudah mencapai stadium tiga. Sedangkan pasien yang rawat jalan 4 bulan terakhir terdapat 300 penderita dengan beragam umur. Diantara 300 penderita ini ada sekitar 25% yang mengalami dekubitus pada stadium 1. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap lima pasien yang dirawat, hampir keseluruhan pasien sebelum mengalami stroke mempunyai riwayat tekanan darah tinggi. Banyak diantara mereka mengaku bahwa selera makan berkurang, hal ini terjadi karena mereka merasa kurang suka dengan lauk yang disediakan walaupun pada dasarnya mereka tahu bahwa diet yang mereka terima sesuai dengan diet yang harus dilakukan oleh orang yang menderita darah tinggi. Walau demikian keluarga juga sering menyediakan makanan makanan kesukaan pasien yang tidak dilarang yayasan untuk menjaga nafsu makan pasien, misalnya buah atau biskuit. Dari kelima pasien yang ditemui mereka memiliki status nutrisi yang berbeda, tiga

4 diantaranya memiliki status nutrisi malnutrisi dan dua dintaranya memiliki status nutrisi normal. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan antara Status Nutrisi dengan Kejadian Dekubitus pada Penderita Stroke di Yayasan Stroke Sarno Klaten. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara status nutrisi dengan kejadian dekubitus pada penderita stroke di Yayasan Stroke Sarno Klaten?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengetahui hubungan antara status nutrisi dengan kejadian dekubitus pada penderita stroke di Yayasan Stroke Sarno Klaten. 2. Tujuan khusus: a Mengetahui tingkat status nutrisi pada penderita stroke b. Mengetahui kejadian dekubitus pada penderita stroke D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teori sebagai berikut :

5 1. Manfaat bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang hubungan faktor nutrisi mempengaruhi kejadian dekubitus pada penderita stroke di Yayasan Stroke Sarno Klaten. 2. Manfaat bagi instansi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. 3. Manfaat bagi yayasan Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan meminimalisir resiko dekubitus. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan Fahmi Indrarti (2007) yang berjudul Korelasi Antara Status Nutrisi Dengan Fungsi Fagositosis Netrofil Pada Penderita Sirosis Hati menemukan bahwa tidak ada hubungan antara status nutrisi dengan fungsi fagositosisnetrofil pada penderita sirosis hati. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi potong lintang. Subyek penelitianya adalah penderita sirosis hati yang datang di poliklinik gastrohepatologi dan yang menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam di RSUP Dr.Sardjito. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel terikat, subyeknya. Dalam penelitian yang akan dilakukan variabel terdiri dari status nutrisi sebagai variabel bebas dan resiko dekubitus sebagai variabel terikatnya. Subyek dalam penelitian yang akan dilakukan adalah penderita stroke.

6 2. Penelitian yang dilakukan oleh Inayah Mirzawati (2009) meneliti tentang Hubungan Pola Makan Dan Status Gizi Anak Balita di Desa Bulaksari Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi balita, hal ini terjadi karena selain dipengaruhi faktor pola makan, status gizi juga dipengaruhi faktor pola pangan, pendapatan, pendidikan dan sosial budaya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, sedangkan metode penelitian dengan cara survey dengan cara pengambilan data purposif sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabelnya, subyek, jenis dan cara pengambilan sampelnya, dimana penelitian yang akan dilakukan menggunakan status gizi atau status nutrisi sebagai variabel bebas dan penderita stroke sebagai subyeknya,sedangkan jenis penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan cara pengambilan data quota sampling. Sedangkan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama sama menggunakan status gizi atau status nutrisi sebagai salah satu variabel, selain itu penelitian yang akan dilakukan juga menggunakan cross sectional sebagai rancangan dan metode survey sebagai metode penelitian.