BAB IV PENUTUP. kulit purwa yaitu Wisnu Ratu, Arjunasasra lahir dan Sumantri Ngenger.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB IV PENUTUP. Wayang merupakan representasi simbolik dari hasil pemikiran masyarakat Jawa

PENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO.

BAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni

BAB IV KESIMPULAN. mengakibatkan perubahan teknik tabuhan pada beberapa instrument bonang

MATA PELAJARAN : SENI PEDALANGAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

Keprakan dalam Pertunjukan Wayang Gaya Yogyakarta: Studi Kasus Pementasan Ki Hadi Sugito

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

Pagelaran Wayang Ringkas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi

SUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA

ANOMAN MUKSWA. Catur Cang Pamungkas Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

Movement art in the puppet performances is often mentioned as sabetan. Puppet movement art, that contains rules, norms, guidance (orientation) is

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

MITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan)

BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG

JURNAL BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Karya Tari Ramayana Dwi Tunggal. Kasultanan dan Puro PA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB IV KESIMPULAN. memiliki cengkok sindhenan yang unik terdapat pada cengkok sindhenan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengertian, konsepsi bahasa yang tepat (Teeuw, 1981: 1). Artinya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. jika UNESCO menjadikan wayang sebagai salah satu masterpiece 1 dunia karena

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

GARAP GENDING LONTHANG, JATIKUSUMA, RENYEP DAN LUNG GADHUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

Karya Cipta Pertunjukan Wayang Perjuangan sebagai Penguatan Pendidikan Bela Negara

BAB IV PENUTUP. dengan penyajian karawitan mandiri atau uyon-uyon. Tidak hanya penyajian

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

IDEOLOGI DAN IDENTITAS DALANG DALAM SELEKSI DALANG PROFESIONAL YOGYAKARTA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

Analisis Semiotik dalam Suluk Pakeliran Lakon Retno Sentiko Oleh Ki Seno Nugroho

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

RAMABARGAWA. Fani Rickyansyah NIM:

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

JURNAL KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA

GENDHING KARAWITAN: KAJIAN FUNGSI DAN GARAP KARAWITAN GAYA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. zaman Keraton Kartasura yang diciptakan oleh Mpu Ciwamurti. Nama Mpu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

BAB I PENGANTAR. Pertunjukan wayang atau biasa disebut pakêliran sudah. populer di kalangan masyarakat Jawa. Menurut data historis,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

Pathêt: Ruang Bunyi dalam Karawitan Gaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA WAYANG KULIT LAKON DEWA RUCI SKRIPSI

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016

BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja.

Gamelan, Orkestra a la Jawa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PAKELIRAN WAYANG KULIT PURWA LAKON RESI SUBALI

ARTIKEL ILMIAH PERANAN GAMELAN SEBAGAI PENGIRING WAYANG KULIT DI GROUP KRIDO LARAS KOTA MEDAN. Helen Kurnia Sitinjak. Abstract

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB IV PENUTUP. Adapun rangkaian struktur komposisi yang disajikan yaitu Lagon Wetah laras

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

3ESTETIKA WAYANG. Abstrak PENDAHULUAN. Kasidi Hadiprayitno

\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

3. Karakteristik tari

KEHIDUPAN KARAWITAN KELOMPOK MARGO LARAS DI DESA MARGOMULYO KECAMATANTAYU KABUPATEN PATI. Andrianus Gigih Bayuaji 1, Widodo 2,

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP Lakon Sokasrana ini pada dasarnya diadaptasi dari tiga lakon wayang kulit purwa yaitu Wisnu Ratu, Arjunasasra lahir dan Sumantri Ngenger. Pengadaptasian tiga lakon menjadi satu lakon dengan struktur yang utuh memerlukan kecermatan dan ketelitian tersendiri dalam proses penggubahannya. Hal ini dikarenakan, satu lakon wayang merupakan satu dari ratusan cerita yang saling berkaitan, dan membentuk satu alur cerita yang panjang. Sehingga dalam penggubahan tiga lakon menjadi satu lakon yang berstruktur utuh, perlu memperhatikan dan mempertimbangkan penentuan peristiwa, maupun rangkaian dan jalinan peristiwa yang dibuat, beserta penentuan tokoh dalam kapasitasnya. Jalinan antar peristiwa dan persoalan yang dibuat dalam adegan maupun antar adegan harus terjalin secara logis sesuai dengan judul lakon dengan tokoh-tokoh yang dipilih dalam lakon ini. Lakon Sokasrana ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan moral Bakti. Agar gagasan, atau pesan moral yang akan dapat disampaikan dapat terwadahi, maka pesan tersebut harus dimunculkan melalui tokoh-tokoh, peristiwa, dan permasalahan yang ada pada cerita. Sokasrana dalam penyajian ini merupakan penggambaran seorang dengan kondisi fisik yang serba terbatas, tetapi ia tetap berusaha untuk menunjukkan kewajibannya sebagai seorang adik dari kakaknya yaitu Sumantri. Sokasrana selalu membantu setiap kesulitan dan rintangan yang UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 107

dihadapi oleh Sumantri untuk mewujudkan cita-citanya. Di akhir kisah ini Sokasrana rela mengorbankan nyawanya agar Sumantri tetap menjadi patih di Negara Maespati. Harapan pengkarya melalui penyajian lakon Sokasrana ini dapat dipetik pesan moral dan nilai-nilai positifnya. Pengkarya menyadari masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk menjadikan tulisan ini lebih baik. 108

KEPUSTAKAAN D.M, Sunardi. 1982. Arjuna Sasrabahu. Jakarta: Balai Pustaka. Hadiprayitna, Kasidi. 1990. Ragam Lakon Dalam Sastra Pewayangan Laporan Penilitian. Yogyakarta: Balai Penelitian ISI Yogyakarta. Mangkunegara VII. 1965. Serat Pedhalangan Ringgit Purwa Jilid III. Yogyakarta: U.P Indonesia Yogya. Mudjanattistomo. R.M. 1979. Pedhalangan Ngayogyakarta Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Habirandha. Prasetya, Hanggar Budi. 2004. Muter Taman Sri Wedari: Tafsir Sri Mangkunegara IV dan Ki Manteb Sudarsono. Ekspresi Jurnal Penelitian dan Penciptaan Seni. Volume 11. Tahun 4: 169-190. Yogyakarta: ISI Yogyakarta. Sagio dan Sunarto. 2004. Wayang Kulit Gaya Yogyakarta Bentuk dan Ceritanya. Yogyakarta. Satoto, Sudiro. 1985. Wayang Kulit Purwa Makna dan Struktur Dramatiknya. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Sindusastra. 1932. Serat Harjuna Sasrabahu Jilid IV. Batawisentrem: Balai Pustaka.. 1932. Serat Harjuna Sasrabahu Jilid V. Batawisentrem: Balai Pustaka. Teddy Rusdy, Sri. 2012. Ruwatan Sukerta dan Ki Timbul Hadiprayitno. Jakarta: Yayasan Kertagama. Tjiptawardaja, A. Sangkana. 1978. Kandha Janturan Wayang Kulit Purwa. Yogyakarta: SMKI. Wahyudi, Aris. 2011. Bima dan Drona Dalam Lakon Dewa Ruci, Ditinjau dari Analisis Strukturalisme Levi-Strauss.(Desertasi). Wiana, Ketut. 1995. Yajna dan Bhakti : Dari Sudut Pandang Hindu. Denpasar: Pustaka Manikgeni. Wicaksana, Andi. 2012. Lakon Dhanaraja. (Tugas Akhir Program S-1 Seni Pedalangan) Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 109

Sumber Audio dan Audio Visual Sudarsono, Manteb Ki. 2016. Banjaran Sumantri. https://www.youtube.com/watch?v=3e8q9wvuz3u&t=5s Asmoro, Purbo Ki. 2014. Sumantri https://www.youtube.com/watch?v=phgk70kbmss Ngenger. Sri Mulyono, Sri Ki. 2013. Pagelaran Wayang Kulit Purwa Sukra Kasih. Wisnu Ratu. Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Hadiprayitno, Timbul Ki. 2010. Wisnu Ratu mp3: 06-07. Narasumber Ki Margiyono. Seniman dalang senior Yogyakarta beralamat di Kowen, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta Ki Sutejo. Seniman dalang senior Yogyakarta beralamat di Gedhong Kuning, Bantul, Yogyakarta. Ki Giyatno. Seniman dalang senior Yogyakarta beralamat di Wiyoro Lor, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Ki Radyo Harsono. Seniman dalang senior Magelang beralamat di Magelang, Jawa Tengah. Ki Sri Mulyono. Seniman dalang muda Yogyakarta beralamat di Kasihan, Bantul, Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 110

GLOSARIUM Ada-ada : Sulukan yang diiringi dengan dhodhogan geteran, biasa digunakan untuk gregetsahut Andhegan : Berhenti sesaat pada permainan gamelan Antal : Tempo lambat dalam permainan gamelan Banjaran : Istilah lakon wayang yang menceritakan tokoh utamanya dari lahir hingga mati Buka : introduksi dalam sebuah gendhing Catur : Dialog antar tokoh wayang Dhodhogan : Salah satu iringan yang dimainkan oleh dalang menggunakan cempala tangan yang dipukulkan pada bagian dalam kotak wayang Gabahan : Salah satu jenis bentuk mata dalam ikonografi wayang Gara-gara : Kegaduhan, sendau gurau Gendhing Gesang : Hidup, istilah dalam permainan gamelan, UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta dimana digunakan setelah rep. 111

Gladhagan : Suatu adegan/jejer dalam pakeliran wayang kulit yang hanya diiringi dengan playon Irama Janturan : Tempo dalam karawitan : Narasi dalang yang diiringi dengan gendhing Jejer : Subyek, pembabakan dalam satu lakon wayang, biasanya terdiri dari beberapa adegan yang masih berada dalam satu lingkup permasalahan Jineman Jugag : Istilah pembawaan yang tidak utuh dalam sulukan maupun karawitan Kancing gelung garudha mungkur Karawitan Kedhelèn : Sejenis penjepit sanggul : Seni musik gamelan : Salah satu jenis bentuk mata dalam ikonografi wayang Keprakan : Salah satu iringan yang dimainkan oleh dalang dengan menggunakan cempala kaki dan dipukulkan pada media keprak yang dipasang pada bagian luar kotak wayang Ladrang 112

Lagon : Salah satu jenis sulukan yang tidak disertai iringan dhodhogan maupun keprakan (bernuansa hening, tenang, agung dan sedih) Lancaran Luruh : Salah satu jenis raut muka dan arah pandang wayang Luwes Luwesan : Fleksibel : Meskipun tokoh baku namun meminjam tokoh lain sebagai pengganti karena tidak ada bentuk baku wayangnya Manyura : Nama salah satu pathet dalam permainan gamelan yang menggunakan laras sléndro Mlatuk : Salah satu istilah dalam memainkan dhodhogan Nem : Nama salah satu pathet dalam permainan gamelan yang menggunakan laras sléndro Neteg : Salah satu istilah dalam memainkan dhodhogan Olah-sabet Pacrabakan : Cara dalang menggerakkan wayang : Tempat bersembahyang 113

Pakeliran Pathet : Pementasan wayang kulit : Pembagian wilayah nada dalam permaian gamelan Pawakan lencir kuning Playon Pocapan Punakawan Putrèn Rep : Salah satu warna tubuh dalam wayang : Dialog antar tokoh wayang : Abdi : Wayang perempuan : Istilah dalam permainan gamelan, dimana dalang membawakan pocapan namun diiringi dengan beberapa ricikan gamelan Rimong Sabet Sanga : Sejenis kain batik : Gerak-gerik wayang : Nama salah satu pathet dalam permainan gamelan yang menggunakan laras sléndro Salitan Sampak Sampir : Salah satu bentuk mulut dalam wayang : Sejenis busana wayang yang dikenakan di pundak Sampur : Sejenis busana wayang yang dikenakan di pinggang 114

Sanggit : Gagasan pokok yang diimplementasikan dalam bangunan lakon wayang Sewu negara Seseg Sléndro Srambahan : seribu Negara : Tempo cepat dalam permainan gamelan : Nama salah satu laras di dalam karawitan : Istilah dari tokoh wayang yang tidak baku Sulukan Sumping mangkara Sumping surèngpati Sunggingan Suwuk Tancep : Nyanyian dalang : Aksesoris yang dikenakan di telinga : Aksesoris yang dikenakan di telinga : Warna pada wayang : Selesai (dalam permainan gamelan) : Penancapan wayang pada batang pohon pisang Tembang : Secara harafiah menunjukan vokal lagu Jawa Thelengan Tlutur : Salah satu bentuk mata dalam wayang : Salah satu nama gendhing dalam karawitan yang bernuansa sedih Wetah : Istilah pembawaan yang utuh dan lengkap dalam sulukan maupun karawitan 115