II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di kebun Raya Bogor. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

JAP PADA TANAMAN KARET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A.Kelas Kesesuaian Lahan dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah Rigidoporus lignosus (Klotzsch)

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

PENYAKIT BIDANG SADAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda, karet telah dijadikan sebagai komoditas unggulan bersama tebu, kopi, teh,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

ABSTRAK. Bibit Tanaman Karet (Havea brasiliensis) (dibawah bimbingan Yuanita, SP). Samarinda dari tanggal 20 Desember 2007 sampai 20 Pebuari 2008.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Karet Di Indonesia, tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di kebun Raya Bogor. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Hevea : Hevea brasiliensis Muell Arg Adapun botani dan morfologi tanaman karet adalah sebagai berikut : 1. Batang dan Cabang Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah Utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. 2. Daun Daun karet berwarna hijau. Daun akan rontok jika telah berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai jadwal 4

kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Dirjen Perkebunan, 2013). 3. Bunga Bunga karet terdiri dari bunga jantan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi, dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (Sujatno, 2004). 4. Buah Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar, kadang-kadang sampai jauh akan tumbuh dalam 5

lingkungan yang mendukung (Sujatno, 2004). 5. Biji Biji karet (yang sering disebut oleh masyarakat awam dengan sebutan klatak ) terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga, kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenamya berbahaya karena mengandung racun (Sujatno, 2004). 6. Akar Akar tanaman karet mempunyai sifat dikotil dan merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Dirjen Perkebunan, 2013). B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 LS dan 15 LU. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dan 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Cahyono, 2010). Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang 6

dianjurkan untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlemah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh (Cahyono, 2010). C. Penyakit Jamur Akar Putih 1. Biologi Penyebab Penyakit Penyakit akar merupakan penyakit yang dapat langsung, meyebabkan kematian yang merupakan kematian pada tanaman karet yang terbesar, dapat menyerang tanaman dari mulai pembibitan sampai tanaman tua. Disamping kerugian langsung yang disebabkan oleh penyakit tersebut sangat besar, biaya yang dikeluarkan untuk pemberantasannya juga besar. Penyakit akar putih (JAP) mengakibatkan kematian pohon yang terserang, sehingga berpengaruh terhadap kerapatan tanaman dan pada gilirannya berpengaruh terhadap produksi (Situmorang dan Budiman, 2003). Jamur akar putih (R. lignosus) tidak dapat bertahan tanpa adanya sumber makanan, hal ini menunjukkan bahwa timbulnya jamur akar putih sangat ditentukan oleh adanya sisa-sisa tunggul akar di lapangan. Sumber penyakit lainnya yang tidak dapat dikesampingkan adalah penggunaan bibit sakit, karena seleksi bibit yang tidak ketat atau menggunakan tenaga seleksi yang tidak terlatih (Sujatno, 2004). 7

Menurut Alxopoulus Mins dalam Soepena (1993); jamur ini diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Klass Ordo Family Genus Spesies : Mycetaceae : Amestigomycota : Basidiomycetes : Polyperales : Poliperaceae : Rigidoporus : Rigidoporus lignosus (Klotszch) Imazeki Badan buah jamur ini berbentuk kipas tebal, agak berkayu mernpunyai zone-zone pertumbuhan, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan badan buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada waktu masih muda bewarna jingga jernih sampai merah kecoklatan, dengan zone berwarna gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah bewarna jingga, tepinya menggulung kebawah dan warnanya tidak kuning lagi (Basuki, 1982). 2. Gejala Penyakit Jamur Akar Putih Gejala serangan jamur akar putih pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan warna pada daun-daun muda. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal, menguning, mongering dan awal tanaman mati, adakalanya tanaman membentuk bunga buah lebih awal. Gejala tersebut hampir sama dengan gejala kerusakan akar pada umumnya (Situmorang dan Budiman, 2003). 8

Untuk memastikan gejala tersebut penyebabnya adalah jamur akar putih maka beberapa tanaman pohon karet yang dicurigai sebaiknya diperiksa dengan membuka leher akar. Apabila tanaman tersebut sakit akibat jamur akar putih maka akan terlihat adanya rhizomorf jamur berwarna putih menyelimuti permukaan akar. Terkadang akar tanaman sudah berwarna coklat dan membusuk, sehingga mudah tumbang (Situmorang dan Budiman, 2003). Serangan lebih lanjut jamur akar putih akan membentuk badan buah berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi berwarna kuning muda atau keputihan. 3. Penularan dan Perkembangan Jamur Akar Putih (R. lignosus) termasuk kategori jamur yang bersifat parasit fakultalif artinya patogen dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Dilain pihak (R. lignosus) tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya sumber makanan. Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya jamur akar putih sangat ditentukan oleh adanya sisa-sisa tunggul dan akar di lapangan. Sumber penyebaran penyakit lainnya yang tidak dapat di kesampingkan adalah penggunaan bibit sakit akibat proses seleksi bibit yang tidak ketat atau menggunakan tenaga kerja seleksi yang tidak terlatih. Disamping itu, adanya spora-spora yang dihasilkan oleh tubuh buah jamur dapat menjadi sumber infeksi melalui media perantara berupa sisa-sisa tunggul/akar di dalam kebun. Penyebaran penyakit dengan spora ini sangat terbatas. Spora jamur baru dapat menjadi sumber infeksi apabila spora tersebut jatuh pada permukaan tunggul yang segar, di ikuti dengan kondisi iklim yang sesuai (Situmorang dan Budiman, 2003). 9

Penyebaran penyakit jamur akar putih yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila akar-akar tanaman saling bersinggungan dengan akar sakit, maka rhizomorf jamur akar putih akan menjalar pada akar tanaman yang sehat kemudian menuju pada leher akar dan menginfeksi akar lateral lainnya yang selanjutnya menjadi sumber infeksi bagi tanaman lainnnya, sehingga perkembangan penyakit makin lama makin meluas (Situmorang dan Budiman, 2003). Berbagai kasus jamur akar putih dilapangan menunjukkan bahwa penyakit jamur akar putih tetap berkembang dilapangan walaupun pada masa awal sebelum penanaman telah dilakukan usaha pencegahan dengan rnembersihkan sisa- sisa akar atau tunggul dari dalam tanah secara mekanis (Situmorang dan Budiman, 2003). Hal ini terbukti bahwa pada areal tanaman karet pada awalnya dilakukan pengolahan tanah secara mekanis, masih ditemukan adanya tanaman sakit setelah berumur tiga atau empat tahun dilapangan. Dengan kata lain pengolahan tanah secara mekanis belum menjamin bahwa areal telah terbebas dari serangan jamur akar putih. Oleh sebab itu pengolahan tanah harus diikuti dengan teknik pengendalian yang lain secara terintegrasi. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Jamur Akar Putih Perkembangan penyakit jamur akar putih terutama dipengaruhi oleh banyaknya sumber infeksi didalam kebun. Kebun karet yang dibangun pada bekas lahan hutan atau kebun karet tua dimana pengolahan tanahnya tidak dapat dilakukan dengan baik atau teliti, tanaman akan banyak menderita serangan 10

jamur akar putih. Pada kebun bertunggul yang berasal dari kebun karet tua atau hutan primer menunjukkan bahwa laju perkembangan kematian tanaman sangat cepat. Disamping itu struktur tanah juga bisa berpengaruh. Biasanya kondisi tanah yang berongga (poros) depan kandungan pasir tinggi merupakan kondusi tanah yang kondusif bagi perkembangan jamur akar putih. (Situmorang dan Budiman, 2003). D. Pengendalian Jamur Akar Putih Pengendalian penyakit jamur akar putih dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu pencegahan dan pengobatan. Sejalan dengan peraturan pemerintah pengendalian penyakit diarahkan pada pengendalian secara terpadu (PHT) atau secara terintegrasi yakni dengan menggabungkan beberapa komponen pengendalian, yaitu kultur teksis, biologis, monitoring, dan kimiawi. (Situmorang dan Budiman, 2003). 1. Kultur Teknis Tindakan pencegahan penyakit jamur akar putih secara kultur teknis meliputi beberapa tahapan yaitu : a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah yang dilakukan pada saat akan melakukan peremajaan tanaman karet rnenggunakan alat mekanis bertujuan untuk menyingkirkan sumber infeksi berupa sisa-sisa akar dan tunggul tanaman lama dari dalam tanah. Cara tersebut dapat menekan inokulan JAP sehingga pada awalnya, serangan JAP mendekati nol, tetapi bukan berarti bahwa pengolahan tanah secara full mekanis tersebut areal telah terbebas dari serangna JAP. Cara 11

tersebut sangat efektif untuk menekan JAP pada awalnya menjadi nol, akan tetapi biayanya sangat mahal sehingga hanya dapat dilakukan oleh perkebunan yang memiliki modal besar. Cara lain dalam hal pencegahan penyakit JAP juga telah dilakukan dengan cara peracunan pohon sebelum ditumbang dan atau melakukan peracunan tunggul pada saat pohon baru ditumbang, namun karena pelaksanaan pekerjaan tersebut dilapangan tidak dapat dilakukan dengan baik. b. Penanaman Penutup Tanah Kacangan Penanaman penutup tanah kacangan yang dilakukan sebelum menanam tanaman karet sangat dianjurkan, penanaman penutup tanah kacangan disamping bertujuan mencegah penguapan, menekan pertumbuhan gulma, penutupan tanah kacangan akan menciptakan kelembaban tanah yang dapat mempercepat pembusukan sisa-sisa akar, dan tunggul di dalam tanah serta rnendorong pertumbuhan mikroorganisme tanah yang bersifat antagonis terhadap jamur akar putih (R. lignosus), salah satunya adalah jamur Trichoderma sp. c. Menggunakan Bibit Karet Sehat Salah satu sumber infeksi JAP tidak kalah pentingnya adalah dari bibit yang sakit tertanam dilapangan. Bibit yang sudah terinfeksi JAP jika ditanam kelapangan akan mati dan dapat menjadi sumber infeksi bagi tanaman disebelahnya. d. Penaburan Serbuk Belerang Penaburan serbuk belerang cirrus di sekeliling pohon dengan radius 50-75 cm dari pangkal batang setiap 6 bulan sekali. Penaburan belerang 12

bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan dengan menurunkan kemasaman tanah sehingga kurang sesuai untuk perkembangan JAP. 2. Biologis Pengendalian jamur akar putih bukan saja berpegang pada penekanan populasi awal, dengan pengolahan tanah secara mekanis akan tetapi harus diikuti dengan pengendalian preventif untuk menekan laju serangan penyakit jamur akar putih. Pengendalian penyakit secara biologi dilakukan dengan memanfaatkan agensi hayati/musuh alarni Trichoderma merupakan jamur antagonis yang sudah dikenal luas mampu menekan (R.lignosus), Trichoderma merupakan jamur yang hidup pada lapisan tanah yang sama dengan jamur akar putih. Perkembangan jamur akar putih dan Trichoderma didalam tanah hanya dibedakan oleh kesamaan tanah. Jamur akar putih lebih menyukai pada kondisi tanah antara ph 5,0-7,5 tetapi pertumbuhan yang terbaik pada ph 5,0-6,5 (Basuki, 1985) sedangkan Trichoderma didalam tanah lebih, menyukai kondisi tanah masam yakni ph 4-5,5. a. Penggunaan biofungisda Aplikasi biofungisida dengan dengan bahan aktif Trichoderma sp merupakan salah satu pengendalian jamur akar putih secara preventif. Salah satu biofungisida yang berbahan aktif Trichoderma adalah Triko SP plus yang mengandung dua jenis Trichoderma yaitu T. Koningii dan T. viridae. 3. Monitoring Monitoring, pemantauan, dan pengamatan perkembangan penyakit 13

merupakan monitoring penyakit adalah menemukan tanaman yang terserang dini untuk segera dilakukan tindakan pengobatan dan untuk mendapatkan jumlah tanaman yang terserang dan tingkat serangannya. Oleh sebab itu pekerjaan monitoring ini sebaiknya dilakukan tiga bulan sekali. Tanaman yang terserang dini lebih mudah dan cepat disembuhkan dengan resiko kematian yang kecil. Penyembuhan yang lebih cepat dari tanaman sakit akan memperkecil kemungkinan penularan penyakit tanaman lain. Serangan dini jamur akar putih ditunjukkan dengan adanya mesilia atau rhizomorf pada perakaran tanaman tetapi gejala pada tajuk tanaman belum tampak. Dalam stadia ini jamur akar putih hanya menempel dipermukaan akar tetapi belum mengakibatkan kerusakan atau pembusukan pada bagian kulit kayu. Jika pembusukan atau kerusakan telah terjadi ada kulit atau kayu, daun tajuk dan atau menguning, dan tingkat serangan telah berlanjut. Dalam kondisi serangan lanjut seperti ini tindakan pengobatan telah terlambat, dan resiko kematian tanaman lebih besar. Oleh karena itu pada areal bertunggul pengamatan serangan dini dengan pemeriksaan perakaran terutama pada tanaman muda sangat dianjurkan. Tetapi pada areal yang bersih tunggul, dan sisa akar, pengamatan serangan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan gejala secara menyeluruh pada tanaman untuk menentukan titik awal infeksi. Pengamatan serangan secara intensif juga dilakukan pada tanaman tetangga yang telah ataupun diobati, dan pada seluruh tanaman disekitarnya. Pada tanaman muda pengamatan intensif dilakukan pada tanaman pertama dekat tanaman terinfeksi sedangkan pada tanaman dewasa dilakukan sampai 14

tanaman kedua dari tanaman yang telah menujukan gejala pada tajuk atau terserang lanjut. Monitoring merupakan langkah awal untuk mangetahui perkembangan penyakit dengan tujuan untuk menetapkan tanaman yang terserang serta tingkat serangannya untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Stadia Dan Gejala Serangan Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet Stadia Gejala 0 Tanaman sehat, tidak ada miselium jamur akar putih 1 Miselium jamur akar putih menempel pada permukaan kulit akar 3 Miselium jamur akar putih masuk ke jaringan kayu, kulit mulai berwarna coklat dan kayu mulai membusuk 4 Perakaran sudah membusuk atau tanaman mati (Sumber : Sujatno, 2004) 4. Pengendalian Secara Kimiawi Pengendalian JAP secara kimiawi merupakan tindakan pengobatan (kuratif ). Cara yang paling efektif adalah dilakukan dengan cara pelumasan fungisida langsung kebagian perakaran yang tekah terinfeksi. Cara tersebut sangat efektif, namun biayanya mahal karena harus membuka perakaran terlebih dahulu. Beberapa fungisida yang efektif dalam pengendalian cara pelumasan adalah fungisida berbahan aktif PCNB (Pentha Cloro Netro Bezene) seperti Ingropasta, Fomac 2, Collar Protietant, Tridemorf (Calixin CP), (Triodimefon dan heksakonazol). Aplikasi fungisida yang diaplikasikan secara penyiraman (dranching) lebih mudah dilaksanakan namun cara tersebut hasilnya kurang efektif dan banyak kelemahan (Situmorang dan Budiman, 2003). 15

E. Lateks Lateks adalah getah kental seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floern) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental (Zuhra, 2006). Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalarn air lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.5% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, CU, Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Zuhra, 2006). 16

a. Komponen Lateks Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pari, gula (poli) terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwama putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata yang disebut serum (Zuhra, 2006). Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein, garamgaram mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil teryata mempunyai peran penting dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Lateks merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalarn air. Partikel karet di dalam lateks terletak tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak rnuatan listrik ini menimbulkan gerak brown. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik (Cahyono, 2010). 17

F. Fungisida Berbahan Aktif Heksakonazol Heksakonazol ditemukan pada tahun 1986. Fungisida protektan dan eradikan ini efektif terutama untuk mengendalikan jarnur dari kelas Ascomycetes dan Basidiomycetes. Heksaconazol bersifat non-mutagenik (Djojosumarto, 2008). Heksakonazol merupakan fungisida golongan triazol, yang berspektrum mas, bersifat kuratif dan protektan mengendalikan jamur patogen. Bekerja secara sistemik ke seluruh bagian tanaman melalui pembuluh kayu ( Djojosumarto, 2008). Heksakonazol yang terdapa pada produk yang digunakan bertuliskan SOEC, yang artinya dalam 1 liter produk terdapat 500 ml bahan aktif heksaconazole. EC merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan konsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi. Konsentrat cair ini akan membentuk emulsi (butiran benda cair melayang dalam media cair lain) (Djojosumarto, 2008). Tabel 2. Formulasi dan Sifat Heksakonazol Bahan Aktif Formulasi Sifat Heksakonazol Cairan Sistemik Protektif Kuratif (Sumber : Djojosumarto, 2008) 18