BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 PADANG TP 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa banyaknya siswa di beberapa instansi yang berupa sekolah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG. Kata Pengantar

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA

Perancangan Teknik Industri 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat. mengembangkan potensi pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

Oleh : Dwi Wahyuni K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

Perancangan Teknik Industri 3

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 06 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 08 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian berita yang diketahui di media cetak atau media

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

b. Bertingkah laku yang baik kepada siapapun berlandaskan UUD 1945 dan falsafah Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG.

TATA TERTIB PESERTA PRAKTIKUM PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

BAB I HAK HAK PESERTA DIDIK BAB II KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

Tugas 2 Etika Profesi: di Kampus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

BUKU PENGHUBUNG SDN GIRIWINAYA

JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 21/TAP/DPM UI/IV/2015

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

HUBUNGAN KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH. Monawati, Rosma Elly, Desi Wahyuni.

LAMPIRAN ANGKET TENTANG RELIGIUSITAS

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Hal ini tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945), salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional (Soedijarto, 2008). Adapun fungsi dan tujuan dari sistem pendidikan nasional dapat dilihat pada Undang - Undang No.20 tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003) Sekolah merupakan organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan dari sistem pendidikan nasional. Djahiri (dalam Purnamasari, 2012) mengatakan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan tempat belajar dimana anak akan berusaha membina, mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan masa depannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak didiknya. Keberhasilan belajar bukan hanya ditandai dengan penguasaan materi belaka, melainkan lebih dari itu diharapkan terwujudnya manusia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan 1 dan sikap, untuk mewujudkan hal ini tentunya diperlukan suatu peraturan atau tata tertib (Departemen Pendidikan Nasional, 2001)

Tata tertib sekolah merupakan hukum atau aturan yang diterapkan di sekolah. Tata tertib menurut Arikunto (dalam Puspita, 2013) merupakan hal yang penting bagi kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan. Arikunto menambahkan bahwa di dalam kehidupan sekolah, peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar mengajar siswa, dan untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan disiplin dari semua personel sekolah, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan juga siswa. Pelaksanaan disiplin senantiasa merujuk kepada peraturan, atau patokan-patokan yang menjadi unsur penentu perilaku seseorang. Prijodarminto (1994) mengartikan disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Tujuan disiplin di sekolah menurut Tu u (2004) adalah memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya, menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, agar siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan siswa dapat mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan, dan dengan ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa maka terciptalah siswa yang tidak hanya berprestasi akademik namun juga berakhlak (Yahya, dalam Rambe, 2011). Disiplin sangat penting untuk dimiliki oleh siswa di sekolah, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang melanggar disiplin terhadap tata tertib. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Smith (2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Smith pada salah satu SMU di Gorontalo menyebutkan bahwa hampir 50% siswa tidak menghiraukan disiplin yang diberlakukan sekolah. Fenomena yang ditemukan oleh Smith berupa terlambat datang ke sekolah, terlambat masuk kelas, bolos, gaduh dalam kelas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anjaryati (2009) di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, menyebutkan bahwa bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa berupa terlambat datang ke sekolah, meninggalkan kelas dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan, seperti makan / minum pada saat pergantian jam pelajaran, dan tidak disiplin dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR), pelanggaran lainnya yang dilakukan oleh siswa yakni cabut pada saat jam pelajaran sedang berlangsung. Fenomena pelanggaran terhadap tata tertib sekolah juga peneliti temukan di SMAN A. Pernyataan ini dibuktikan dengan informasi yang didapat peneliti melalui surat perjanjian yang dibuat oleh siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kesiswaan pada tanggal 11 Mei 2015 mengatakan bahwa surat perjanjian merupakan salah satu sanksi yang diberikan kepada siswa ketika siswa telah melakukan pelanggaran sebanyak 3 kali dengan jenis pelanggaran yang sama, setelah sebelumnya siswa mendapatkan sanksi pertama berupa teguraan, dan sanksi kedua berupa peringatan secara lisan atas pelanggaran yang dilakukan. Pada umumnya, dalam satu surat perjanjian berisi beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Terdapat 53 buah surat perjanjian yang dibuat oleh siswa, dijelaskan pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1. Daftar Pelanggaran Siswa Berdasarkan Surat Perjanjian Tahun 2015 No Aktivitas Jumlah pelanggaran yang dilakukan Total Jan Feb Mart Aprl Jun Jul Agt 1 Terlambat 1 4 1 5 5 9 4 29 2 Tidak tertib dalam belajar 1 4 2 6 5 3 2 23 3 Membolos / cabut - 4-7 4 4 19 4 Membawa HP kamera/ 1 3 3 3 1 2 1 14 sejenisnya 5 Berpakaian tidak sesuai aturan 1-2 - 5 2 2 12

6 Merokok 1-2 - 6 2-11 7 Menggunakan HP saat - 4 1 2 2 1 10 ujian/ ulangan harian 8 Memanjat pagar - 3 - - - 2 5 9 Bermain domino masih - 4 - - - 1-5 dengan menggunakan seragam 10 Merayakan ulang tahun dilingkungan sekolah 1-1 - - - - 2 Jumlah 130 Pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa dalam waktu 7 bulan, terdapat 130 pelanggaran yang dilakukan siswa dalam 53 surat perjanjian. Satu pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dalam surat perjanjian, menunjukkan bahwa siswa telah melakukan setidaknya 3 kali pelanggaran, jadi total pelanggaran yang telah dilakukan siswa berdasarkan surat perjanjian tersebut adalah sebanyak 390 kali pelanggaran. Berdasarkan informasi dari surat perjanjian, terdapat beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan siswa. Jenis pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah terlambat datang ke sekolah, yaitu dengan jumlah sebanyak 29 kali. Tidak tertib dalam belajar, yaitu dengan jumlah sebanyak 23 kali dan beberapa jenis pelanggaran lainnya. Jumlah pelanggaran yang tergambar di dalam surat perjanjian belum termasuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa lain yang mendapatkan sanksi pertama dan sanksi kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pada SMAN A masih terdapat beberapa pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswanya. Selanjutnya, penulis juga membagikan kuesioner yang berisi 23 poin tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kuesioner dibagikan kepada 30 orang siswa yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015, didapatkan hasil seperti tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2. Pelanggaran yang Dilakukan Siswa No Jenis Pelanggaran Persentase 1 Mengaktifkan HP, laptop, tablet, notebook selama 87% Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung 2 Tidak menjaga ketenangan dalam proses belajar 80% mengajar berlangsung (meribut / bercerita dengan teman) 3 Membawa HP kamera dan sejenisnya 80% 4 Memakan makanan kecil sewaktu mengikuti pelajaran 73% 5 Datang ke sekolah setelah pukul 07.00 atau terlambat 67% 6 Membuang sampah sembarangan 63% 7 Mencoret-coret bangku, meja, dan tembok sekolah 53% 8 Tidak menggunakan kaus kaki berwarna putih 46% 9 Keluar kelas pada saat jam pelajaran berlangsung tanpa 40% izin guru 10 Keluar kelas pada saat jam pelajran berlangsung untuk 33% hal yang kurang penting 11 Menggunakan jaket didalam kelas 27% 12 Tidak menggunakan sepatu hitam 27% 13 Berambut panjang (lk) 23% 14 Menggunakan pakaian ketat (lk&pr) / celana pensil (lk) 23% / baju pendek (pr) 15 Berada diluar pekarangan sekolah saat jam pelajaran 17% berlangsung 16 Pada jam istirahat, meninggalkan pekarangan sekolah 10% Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa 16 dari 23 jenis pelanggaran yang ada dalam tata tertib sekolah telah dilanggar oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh poin tata tertib sekolah telah dilanggar siswa. Dari kuesioner juga didapatkan bahwa tidak ada satu orangpun yang tidak melakukan pelanggaran. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran, setidaknya untuk satu jenis pelanggaran yakni mengaktifkan HP, laptop, tablet, notebook selama Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung, siswa yang melakukan pelanggaran ini yakni dengan persentase sebesar 87%. Tidak menjaga ketenangan dalam proses belajar mengajar

berlangsung, dan membawa HP kamera dan sejenisnya dengan persentase sebesar 80%, dan beberapa jenis pelanggaran lainnya dengan persantase dibawah 80%. Data yang didapatkan mengenai disiplin terhadap tata tertib pada siswa SMAN A, menunjukkan masih terdapat pelanggaran terhadap tata tertib yang dilakukan oleh siswa SMAN A. Hal ini tidak sesuai dengan dipilihnya SMAN A sebagai sekolah Permodelan atau Sekolah Standar Nasional (SSN) yang diharapkan sudah memiliki disiplin yang baik. Karena sekolah yang dijadikan permodelan sudah melalui penilaian dari berbagai pihak. Seperti yang disebutkan kementrian pendidikan dan kebudayaan (2014) bahwa terdapat kriteria atau spesifikasi sebagai persyaratan awal untuk memilih dan menentukan layak atau tidak layaknya suatu sekolah disebut sebagai calon SSN. Salah satu kriteria atau spesifikasi yang menjadi penilaian SSN adalah berdasarkan standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penetuan kelulusan peserta didik oleh satuan pendidikan, yang menjadi penilaian dalam penetuan kelulusan adalah berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kurikulum SMAN A, yang menjadi penilaian dari sikap yakni berasal dari perilaku siswa saat berada di sekolah, termasuk bentuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa (Murnita, wawancara personal, 19 Desember 2015) Selain dipilihnya SMAN A sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), SMAN A juga melakukan usaha-usaha untuk menerapkan disiplin di sekolah, seperti semua personil sekolah seperti kepala sekolah, staf, guru, dan satpam sekolah berhak menegur semua siswa yang melakukan pelanggaran. Sekolah juga menerapkan sanksi bagi siswa-siswa yang melanggar. Sanksi yang diberikan sekolah diberikan berdasarkan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, mulai dari sanksi pertama siswa diberikan teguran, sanksi kedua diberikan peringatan, selanjutnya siswa membuat surat perjanjian, diserahkan

sementara kepada orang tua, sampai siswa dikeluarkan dari sekolah. Selanjutnya, sekolah juga melakukan usaha seperti memajang tata tertib di depan sekolah dan juga mengingatkan siswa untuk selalu menjaga disiplin setiap upacara bendera maupun setiap kuliah tujuh menit (kultum) setiap hari Jumat (Rozi, H.N, wawancara personal, 11 Desember 2015) SMAN A telah melakukan usaha-usaha untuk dapat mendisiplinkan siswanya, namun masih saja terdapat pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa, untuk itu peneliti melakukan wawancara kepada 20 orang siswa untuk mengetahui alasan siswa melakukan pelanggaran. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengetahui fungsi dan manfaat disiplin, akan tetapi terdapat beberapa hal yang menyebabkan mereka melakukan pelanggaran, seperti mereka mengaku bahwa lebih percaya diri dengan pakaian yang mereka gunakan, melakukan pelanggaran karena siswa lain juga melakukan pelanggaran, tidak dapat mengatur waktu dengan baik, merasa bosan ketika belajar, dan merasa berat untuk menjalankan tata tertib sekolah dan juga merasa bahwa tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah berlebihan, sehingga dengan alasan demikian mereka tetap saja melakukan pelanggaran disiplin terhadap tata tertib sekolah. Penjabaran hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa siswa SMAN A merasa bahwa tata tertib yang ditetapkan oleh sekolah berlebihan, sehingga siswa merasa berat untuk menjalankan tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dreikurs dan Cassel (dalam Muniroh, 2013) menyebutkan bahwa disiplin dalam tata tertib di lembaga pendidikan hanya dirasakan sebagai paksaan. Kohlberg, Durkheim dan Harris (dalam Widodo, 2013) juga menambahkan bahwa pada hakikatnya kedisiplinan bukan hanya merupakan kepatuhan pada norma yang dipaksakan dari luar, melainkan kemampuan mengendalikan diri (self-control) yang didasarkan pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban didalam kehidupan.

Golfried dan Merbaum (Putranty, 2011) mendefenisikan self-control sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing dan mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif, self-control juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Berk (2003) mengartikan self-control sebagai kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyatakan bahwa self-control memberikan kapasitas besar dalam memberikan perubahan positif pada kehidupan seseorang. Berdasarkan fenomena di atas, dapat diketahui bahwa siswa SMAN A cenderung berperilaku tidak disiplin terhadap tata tertib, hal ini juga disertai dengan kecenderungan self-control yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Berk (2003) mengatakan bahwa individu yang lemah dalam pengendalian dirinya (self-control), cenderung untuk bertingkah laku negatif atau cenderung menunjukkan gejala perilaku yang tidak disiplin yang melanggar atau menyimpang, yang disebut sebagai bentuk masalah atau pelanggaran disiplin. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Moffitt (dalam Duckwort, 2011) bahwa individu yang memiliki self-control yang rendah akan cenderung memperlihatkan perilaku seperti merokok, putus sekolah, atau menjadi orang tua selama masa remaja, dan melakukan tindak kriminal. Asumsi peneliti juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Muniroh (2013) mengenai hubungan antara kontrol diri dan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren. Pada penelitian Muniroh didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren dengan koefisien korelasi sebesar 0,789 pada p= 0,000 (p <0,01). Selanjutnya penelitian berkaitan

dengan disiplin juga dilakukan oleh Widodo (2013), Widodo meneliti mengenai perilaku disiplin siswa ditinjau dari aspek pengendalian diri (self-control) dan keterbukaan diri (self disclosure) pada siswa SMK Wono Asri Kabupaten Madiun. Pada penelitian Widodo didapatkan hasil bahwa faktor self control dan self-disclosure memberikan pengaruh signifikan bagi terbentuknya perilaku disiplin siswa. Berdasarkan penelitian Muniroh (2013) dan penelitian Widodo (2013), dan fenomena yang terjadi di SMAN A, diketahui bahwa self-control mempunyai kaitan dengan perilaku disiplin. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh self-control terhadap disiplin tata tertib pada siswa SMAN A. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah pengaruh self-control terhadap disiplin tata tertib pada siswa SMAN A? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara self-control terhadap disiplin tata tertib pada siswa SMAN A. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Menambah referensi dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang Psikologi, serta dapat digunakan sebagai pedoman penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pengaruh self-control terhadap disiplin tata tertib 1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti dan pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh self-control terhadap disiplin tata tertib pada siswa b. Penelitian ini dapat dijadikan infomasi bagi siswa untuk dapat mengontrol diri terhadap berbagai aturan dan tata tertib untuk meningkatkan prestasi dan mengoptimalkan perilaku dalam belajar dengan sebaik-baiknya. c. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi sekolah agar pihak sekolah dapat mengetahui alasan mengapa siswa melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah salah satunya adalah pada aspek self-control. d. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi orang tua untuk dapat mengajarkan dan menanamkan kedisiplinan agar anak dapat berperilaku positif, baik di rumah maupun di sekolah. 1.5. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Pendahuluan berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. BAB II : Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berisikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu disiplin dan self-control, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian. Metode Penelitian berisikan identifikasi variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, populasi, sampel, teknik

pengambilan sampel, metode pangambilan data, analisa item dan metode analisis data. BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan Analisis data dan pembahasan berisikan tentang gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, gambaran variabel penelitian, dan pembahasan BAB V : Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, dan juga saran terkait dengan hasil penelitian ataupun untuk peneliti berikutnya.