BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

Karakteristik Umum Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

Mitos dan Fakta Kolesterol

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. [8] 2. Batasan Usia Remaja Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 18 tahun. Sementara itu, menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 21 tahun. [8] B. Hipertensi 1 Definisi Hipertensi Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan hipertopi ventikel kiri (untuk otot jantung). [1] Seseorang dianggap terkena hipertensi bila angka tekanan darahnya menunjukkkan sistolik di atas 140 mmhg dan diastolik di atas 90 mmhg. [9] 2. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi menurut JNC ( The Joint National Committee On Detection Evaluation And Treatment of High Blood Pressure ) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Hipertensi [9] Klasifikasi Sistolik Diastolik Normal < 130 < 85 Ringan 140-159 90 99 Sedang 160 179 100 109 Berat? 180? 110 3. Gejala-gejala Klinis Hipertensi Gejala hipertensi antara lain sakit kepala, rasa berat di tengkuk, susah tidur, kunang-kunang, mudah marah, rasa lelah, gelisah, dan muka merah. [10] Pada hipertensi hebat, lama atau tidak diobati, gejala-gejala seperti sakit kepala disertai mual, muntah, sesak, gelisah dan pandangan kabur terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal, jantung, otak, dan hati. Pada hipertensi ensefalopati kadang-kadang timbul rasa kantuk sampai koma. [11] 4. Faktor Risiko Hipertensi Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu: afaktor risiko yang dapat dikontrol, antara lain : 1. Kebiasaan merokok Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. [8] Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk ke dalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah secepat mungkin. Nikotin menempel di pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan

memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. [8] Tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmhg, meskipun responden hanya merokok 2 batang. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin). [8] Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan perubahan perilaku. [8] 2. Konsumsi Garam Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Asupan garam yang dianjurkan adalah sampai di bawah 6 gram per hari (sekitar 1 sendok teh). Dengan membatasi asupan garam dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. [12] 3. Obesitas Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makan ke jaringan tubuh

akibatnya volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Obesitas mempunyai korelasi yang positif dengan hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relative sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah sebesar 7 mmhg. [13] 4.Kebiasaan olahraga Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. [14] 5 Stres Stres adalah kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah hal yang dirasakan saat tuntutan emosi, fisik, atau lingkungan tidak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Stres atau ketegangan jiwa (rasa

tertekan, murung, rasa marah, endam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat secara kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. [8] 6. Dislipidemia Dislipidemia merupakan kelainan kadar lemak di dalam darah. Kelainan dapat berupa kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan penurunan kolesterol HDL. Penderita hipertensi biasanya juga mengalami dislipidemia, yang biasanya ditemukan adalah familial dyslipidemic hypertension yaitu seorang dengan dua orang atau lebih keluarga dekatnya mempunyai profil lemak yang abnormal disertai gangguan hipertensi sebelum usia 60 tahun. Faktor genetik yang berperan ini, ditemukan pada sekitar 2% masyarakat umum, dan 12% penderita hipertensi umumnya. Kebanyakan orang dengan familial dyslipidemic hypertension ini memiliki profil lemak yaitu tinggi kadar kolesterol total, rendah kolesterol HDL, dan tinggi kadar trigliserida. [2] 7. Konsumsi alkohol berlebihan Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antar tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya. [15] 8. Diet yang tidak seimbang Konsumsi makanan yang tidak seimbang, banyak mengandung lemak disertai tinggi garam, meningkatkan risiko terkena hipertensi.

Konsumsi gula berlebihan berpengaruh terhadap tekanan darah, sedangkan banyak mengkonsumsi serat dapat membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal. [16] 9.Konsumsi kopi Pemberian kafein 150 mg atau 2 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5 15 mmhg dalam waktu 15 menit. Konsumsi kafein dalam jangka lama tidak terbukti menyebabkan terjadinya hipertensi, kemungkinan tubuh mengadakan adaptasi dan toleransi terhadap efek dari kafein tersebut. [17] a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol, antara lain : 1.Umur Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Sehingga, prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 %, dengan kematian sekitar 50% da atas usia 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang terutama menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik. [18] 2.Jenis kelamin Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik, dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Hal tersebut disebabkan karena pria memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah dibandingkan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. [18]

3.Riwayat hipertensi dalam keluarga Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terurama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturangaram dan renin membran sel. [19] 4.Ras Hipertensi lebih banyak terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar. [2] 5Mekanisme Terjadinya Hipertensi Melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh enzim konversi angiotensin (angiotensin I-convertying enzyme ACE). Enzim ini memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormone rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE ini, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua jalur, yaitu a. Jalur pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH ini diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur volume urine. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urine menjadi pekat. Untuk mengencerkan, volume cairan di luar sel akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian di dalam sel.

Akibatnya, volume darah meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. b.jalur kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakanhormon steroid yang berperan penting di ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi pengeluaran Nacl (garam) dengan cara menyerap kembali dari tubulus ginjal. [2] 5 Cara Pengukuran Tekanan darah Tekanan darah penderita diketahui dengan pengukuran menggunakan alt sphygmomanometer air raksa yang dikenal sebagai alat pengukur tekanan darah yang umum dipakai. Mengukur tekanan darah juga menggunakan stetoskop sebagai bantuan untuk mendengar denyut nadi. Pada orang normal, tekanan darah biasanya tidak sama sepanjang hari. Pada waktu bangun, bekerja, apalagi dalam keadaan emosi, setelah makan atau sakit, tekanan darah dapat meningkat. Sedangkan pada waktu tidur dan beristirahat, tekanan darah akan turun. Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan berulang kali, bila ada kecurigaan menderita hipertensi. Pengukuran tekanan darah dilaksanakan sebagai berikut: a. Penderita diminta untuk beristirahat dulu 5 10 menit, dan pengukuran bisa dilakukan dengan posisi terlentang di tempat tidur atau duduk dan rileks, sehingga tidak terpengaruh oleh faktor emosional. b. Manset dipasang berdasarkan ukuran lengan responden, dan balon diletakkan di sebelah dalam dan tepat di atas pembuluh darah yang besar. c. Balon diisi udara, dan perabaan nadi dilakukan untuk menentukan tekanan sistolik supaya bunyi yang hilang tidak terlewatkan. d. Kemudian balon diisikan lagi dengan udara lebih tinggi daripada hilangnya nadi pada perabaan, sambil di atas pembuluh darah dengarkan melalui alat stetoskop. e Lalu balon mulai dikempiskan, sampai bunyi keras menjadi lembut, dan hilang sama sekali dan inilah yang dicatat sebagai tekanan diastolik. [2]

Umur AKerangka Teori Faktor karakteristik : Perilaku : Ras Jenis kelamin Riwayat hipertensi dalam keluarga Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi 2, 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 AKerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Umur Jenis kelamin Riwayat hipertensi dalam keluarga Obesitas Kebiasaan merokok

Kebiasaan olahraga Kejadian hipertensi Gambar 2.2 Kerangka Konsep AHipotesis 1Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. 2Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. 3Ada hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. 4Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. 5Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. 6Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan.