PENGARUH SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENETASAN TELUR (Hatching Rate) IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

BAB III BAHAN DAN METODE

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

II. BAHAN DAN METODE

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas


VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

3. METODE PENELITIAN

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

PERBANDINGAN INDUK JANTAN DAN BETINA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN DAN DAYA TETAS TELUR IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

III. BAHAN DAN METODE

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Perikanan & Lingkungan Vol. 5 No. 1 Februari 2016 PENGARUH SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENETASAN TELUR (Hatching Rate) IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Syaiful Ramadhan Harahap 1) dan Trisna Sanubari 2) *syaiful.r.harahap@gmail.com (Diterima 3 November 2015; Revisi Final 8 Desember 2015; Disetujui 11 Januari 2016) ABSTRACT Research on the influence of different substrates against the level of the hatching rate of catfish (Pangasius pangasius) aims to find out the influence of each substrate level difference to hatching rate that had become an important issue in the activity of cultivating catfish. This research was carried out in Unit Pelaksana Teknis Balai Air Tawar Rumbai, Pekanbaru, Provinsi Riau with three replicates using banana leaf, water hyacinth roots, and plant purun of rats substrates. The research method used complete random design (RAL) at the 95% confidence interval. The results showed that use of the substrates in the banana leaf gives the best of hatching rate i.e. of 61.09%, plant purun of rats substrate 50.11% and water hyacinth roots of 45.23%. KEYWORDS: Catfish (Pangasius pangasius), substrates, hatching rate. PENDAHULUAN Usaha budidaya perikanan saat ini semakin berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya ditemui sentra-sentra budidaya perikanan baik skala kecil, menengah maupun skala besar. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh KKP dan BPS (2011) usaha budidaya ikan telah memberikan kontribusi sebesar 64%-89% terhadap pendapatan keluarga yang diperoleh pada saat panen. Kontribusi budidaya perikanan yang cukup menjanjikan terhadap peningkatan pendapatan keluarga ditambah lagi dengan besarnya potensi lahan budidaya perikanan di Indonesia yang diperkirakan mencapai 17.744.303 Ha. Dimana dari total luas potensi ini baru 1.125.597 Ha yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan (Statistik Perikanan Budidaya, 2012). 1) Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri 2) Alumni Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri Patin merupakan jenis ikan air tawar yang sangat populer karena memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi. Hal ini terlihat dari permintaan benih serta ikan patin ukuran konsumsi di pasar yang terus mengalami peningkatan ratarata sebesar 25% (Data Statistik Perikanan Budidaya KKP, 2016). Hal ini selaras dengan Data yang dirilis oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (2013) yang menyatakan bahwa produksi budidaya ikan patin pada tahun 2012 telah mencapai 651.000 ton pertahun dan terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya konsumsi ikan masyarakat yang mencapai 33,89 kg/kap. Proses awal kegiatan budidaya Patin adalah pemijahan induk. Secara umum induk patin tidak dipijahkan secara alami melainkan melalui proses kawin suntik yang dibantu dengan proses stripping (pengurutan). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemijahan Patin dengan cara stripping adalah substrat 1

Pengaruh Substrat yang Berbeda...(Syaiful Ramadhan Harahap) atau media tempat menempelnya telur dalam wadah penetasan. Pemilihan substrat sangat penting untuk mencegah telur-telur menumpuk yang dapat menyebabkan telur membusuk dan gagal menetas. Hartami (2012) menyatakan bahwa keberhasilan proses pemijahan sangat berhubungan dengan keberadaan substrat. Substrat yang tidak sesuai akan menyebabkan proses penetasan telur mengalami kegagalan atau penundaan. Sedangkan substrat yang baik dan dilengkapi dengan aerasi serta kualitas air yang baik akan menghasilkan benih ikan yang berkualitas dalam jumlah yang banyak. Tempat pemijahan secara umum dan sering digunakan biasanya berupa cekungan, batu-batuan, vegetasi, lumpur, sarang busa, kakaban (ijuk), tanaman air, pecahan genteng, pipa paralon, hapa atau kelambu tergantung pada habitat asli dan kebiasaan reproduksi ikan yang akan dipijahkan (Hartami, 2012). Pada kegiatan budidaya intensif telur-telur Patin biasanya ditetaskan menggunakan bak inkubasi dan corongcorong penetasan yang disertai dengan alat pengatur kederasan dan putaran aliran air. Cara ini memang lebih efektif dalam menghasilkan benih Patin yang berkualitas dan dalam jumlah banyak. Hal ini selaras dengan pendapat Slembrouck, et al, (2005) yang menyatakan bahwa teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi ini memberikan keuntungan berupa resiko pertumbuhan jamur dapat dikurangi dan memudahkan larva keluar dari media penetasan telur, sementara sistem resirkulasi air memperbaiki kualitas air selama proses inkubasi telur. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat dan hasil riset Iswanto dan Tahapari (2010) yang menyatakan bahwa hasil derajat penetasan telur ikan patin dengan sistem corong resirkulasi lebih tinggi dibandingkan dengan teknik inkubasi telur dalam air menggenang. Hal ini dibuktikan oleh hasil riset nya di Lokasi 2 Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar yang menghasilkan derajat penetasan sebesar 80.67 %-81% (Iswanto dan Tahapari, 2010). Meskipun teknik inkubasi telur dengan sistem corong resirkulasi dapat memberikan derajat penetasan telur yang relatif tinggi, namun untuk memperoleh dan menggunakan sistem tersebut memerlukan modal yang relatif besar terutama terkait dengan harga alat-alat yang digunakan. Hal ini tentunya menjadi kendala bagi praktisi perikanan yang tidak memiliki modal besar dalam memulai usaha pembenihan ikan Patin. Untuk itu penulis mencoba memberikan sebuah alternatif dalam kegiatan penetasan telur ikan Patin dengan menggunakan substrat (media penempelan telur) yang mudah didapat dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan substrat berupa akar enceng gondok, daun pisang dan tumbuhan purun tikus terhadap tingkat penetasan telur (Hatching Rate) ikan Patin. Sehingga diketahui substrat terbaik yang dapat digunakan untuk menghasilkan Hatching Rate ikan Patin tertinggi sebagai salah satu alternatif penetasan telur ikan Patin yang lebih ekonomis. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2014 yang mengambil lokasi di UPT BAT Rumbai, Pekanbaru, Provinsi Riau. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas wadah plastik berbentuk bulat dengan ukuran diameter 30 cm dan tinggi 27 cm sebanyak 9 unit sebagai wadah penetasan telur, termometer (Merek ISOLAB) untuk mengukur suhu air, DO meter (Merek LUTRON Model DO-5510) untuk mengukur kandungan oksigen terlarut

Jurnal Perikanan & Lingkungan Vol. 5 No. 1 Februari 2016 dalam air, ph meter (Merek API) untuk mengukur tingkat keasaman air, mangkuk plastik sebagai tempat telur Patin yang telah dibuahi secara eksternal, bulu ayam untuk pengaduk telur agar tercampur dan terbuahi sempurna dengan sperma sehingga telur tidak mudah pecah, aerator untuk sirkulasi oksigen terlarut dalam air, bak pemberokan untuk tempat induk ikan yang dipuasakan setelah disuntik dan sebelum di stripping, jarum suntik yang digunakan untuk penyuntikan dengan ukuran 0,12 mm, kateter untuk pengecekan kematangan telur, timbangan untuk menimbang berat tubuh induk ikan dan menimbang telur yang dihasilkan. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri atas telur Patin yang telah dibuahi secara eksternal, enceng gondok, daun pisang dan tumbuhan purun tikus sebagai bahan penyusun substrat tempat menempelnya telur. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah A (Daun Pisang), B (Akar Enceng Gondok) dan C (Purun Tikus). Persiapan Media Pemeliharaan Wadah penelitian berupa akuarium dengan ketinggian air 18 cm yang telah dicuci bersih untuk membersihkan kotoran dan menghindari infeksi bakteri. Air yang digunakan adalah air hasil infiltrasi yang dimasukkan kedalam wadah satu jam sebelum melakukan stripping guna efesiensi waktu penelitian. Selanjutnya dilakukan pengecekan awal pada parameter kualitas air yaitu meliputi suhu, ph dan DO (oksigen terlarut). Selanjutnya substrat yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan cairan Permanganat Kalium. Substrat yang telah dicuci kemudian diletakkan pada wadah 20 menit sebelum penebaran telur guna menghindari terlalu lamanya perendaman yang dapat mempercepat proses pembusukannya sebelum telur ditebarkan. Substrat berupa daun pisang terdiri atas satu helai daun pisang yang masih muda yang dipotong menjadi tiga bagian dan disesuaikan dengan bukaan wadah penelitian. Substrat akar eceng gondok diperoleh dengan cara memisahkan bagian akar dari batangnya dan dicuci hingga bersih. Sedangkan substrat tumbuhan purun tikus yang digunakan hanya pada bagian batang yang dipotong sesuai dengan bukaan wadah penelitian. Penebaran Telur Penebaran telur-telur yang telah terbuahi ditebarkan secara merata pada masing-masing wadah perlakuan dengan menggunakan bulu ayam. Telur-telur yang ditebar diupayakan tidak bertumpuk karena dapat berdampak pada tingkat Hatching Rate. Telur yang ditebar sebanyak 1 gr pada masingmasing wadah. Guna mengetahui jumlah butiran telur pada 1 gr tersebut, dilakukan sensus dengan tiga kali sampling. Dari hasil sampling diperoleh jumlah telur rata-rata yang ditebar pada masing-masing wadah sebanyak 622 butir/1gr telur. Perhitungan Hatching Rate Perhitungan Hatching Rate dilakukan dengan menggunakan persamaan Effendie (2004) yaitu : Derajat penetasan adalah jumlah telur yang menetas dalam persen. Perhitungan dilakukan dua hari setelah penetasan. Hal ini dilakukan kerena pada hari kedua larva sudah lepas dari substrat (Tommy, 2014). Analisa Data Hasil perhitungan tingkat penetasan telur selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dilakukan Analysis of Varian (ANOVA) dengan 3

Pengaruh Substrat yang Berbeda...(Syaiful Ramadhan Harahap) menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95 %. Apabila analisis sidik ragam pada F hitung > F tabel maka dilakukan uji lanjut, yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Sudjana (1991) yaitu : Yij = μ + σi + Σij Keterangan : Yij = Variabel yang dianalisis μ = Efek rata-rata sebenarnya σi = Efek dari perlakuan ke-i yang sebenarnya Σij = Efek kesalahan dari perlakuan ke-i dari ulangan ke-j i = A,B,C,D (perlakuan) j = 1,2,3 (ulangan) 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Kualitas Air Faktor yang mempunyai peranan penting dalam proses penetasan telur ikan adalah kualitas air. Menurut Boyd (1990), kualitas air adalah kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya dinyatakan dalam kisaran nilai tertentu. Selama Penelitian pengukuran kualitas air dilakukan terhadap parameter suhu, derajat keasaman (ph) dan oksigen terlarut (DO). Kondisi kualitas air pada saat penelitian secara rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi Kualitas Air Perlakuan Kualitas Air Suhu ( 0 C) ph DO (ppm) A 28 7,1 4,0 B 28 7,1 4,0 C 28 7,1 4,0 Rata-rata 28 7,1 4,0 Keterangan : A = Daun Pisang; B = Akar Enceng Gondok; C = Purun Tikus. Hatching Rate Hatching Rate adalah perbandingan jumlah telur yang menetas pada akhir penelitian dengan jumlah telur yang ditebar pada awal penelitian yang dinyatakan dalam persen (Effendi, 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya derajat penetasan adalah jenis substrat yang digunakan untuk tempat telur menempel pada saat proses penetasan. Data hasil pengamatan tingkat penetasan telur ikan Patin selama penelitian secara rinci disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Hatching Rate Perlakuan Tingkat Hatching Rate (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata A 64,15 63,18 55,95 61,09 B 40,99 48,39 46,30 45,23 C 50,96 53,05 46,30 50,11 Keterangan : A = Daun Pisang; B = Akar Enceng Gondok; C = Purun Tikus. Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis substrat yang berbeda dapat mempengaruhi derajat penetasan. Perlakuan penelitian dengan menggunakan substrat berupa daun pisang merupakan perlakuan dengan tingkat penetasan terbaik yaitu 61,09 %, dilanjutkan perlakuan dengan menggunakan substrat berupa tumbuhan purun tikus dengan tingkat penetasan 50,11%, dan perlakuan dengan menggunakan substrat berupa akar eceng gondok dengan tingkat penetasan 45,23%. Hal ini selaras dengan pendapat

Hartami (2012) yang menyatakan bahwa keberhasilan proses pemijahan sangat berhubungan dengan keberadaan substrat. Substrat yang tidak sesuai akan menyebabkan proses penetasan telur mengalami kegagalan atau penundaan. Sedangkan substrat yang baik dan dilengkapi dengan aerasi serta kualitas air yang baik akan menghasilkan benih Jurnal Perikanan & Lingkungan Vol. 5 No. 1 Februari 2016 ikan yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan adanya pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap tingkat penetasan telur ikan Patin (P<0,05). Hasil analisis sidik ragam ANOVA disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Analisis Sidik Ragam ANOVA Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Hatching Rate Patin SK Db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan 2 396,31 198,15 12,77 5,14 Galat 6 93,13 15,52 Total 8 Hasil analisis sidik ragam ANOVA pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dalam taraf uji 0,05. Hal ini berarti bahwa perbedaan jenis substrat dalam penelitian ini berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat penetasan telur patin. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap tingkat penetasan telur ikan Patin, dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil analisis BNT secara rinci disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis BNT (Beda Nyata Terkecil) Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Tingkat Penetasan Telur Ikan Patin Perlakuan Nilai Rata-rata Notasi atas BNT0,05 B 45,23 a C 50,10 b A 61,09 c Keterangan : A = Daun Pisang; B = Akar Enceng Gondok; C = Purun Tikus. Hasil uji BNT pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan substrat berupa daun pisang berbeda sangat nyata terhadap substrat berupa akar eceng gondok dan berbeda nyata terhadap substrat berupa tumbuhan purun tikus. Selanjutnya perlakuan substrat berupa akar eceng gondok berbeda nyata terhadap substrat berupa tumbuhan purun tikus. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan jenis substrat memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat penetasan telur ikan Patin. Jenis substrat dengan tingkat penetasan terbaik adalah perlakuan menggunakan substrat berupa daun pisang dengan nilai rata-rata tingkat penetasan 61,09 %. KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan jenis substrat yang berbeda pada penetasan ikan Patin (Pangasius pangasius) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah Hatching Rate. Jenis substrat yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas air sebagai media telur-telur berkembang dan menetas. Tingkat Hatching Rate yang terbaik terdapat pada perlakuan substrat berupa daun pisang dengan jumlah yang menetas sebesar 61,09 %, urutan kedua terdapat pada perlakuan substrat berupa tumbuhan purun tikus dengan jumlah yang menetas sebesar 50,11%, dan urutan terakhir pada perlakuan substrat berupa akar eceng gondok dengan jumlah yang menetas sebesar 45,23 %. 5

Pengaruh Substrat yang Berbeda...(Syaiful Ramadhan Harahap) Disarankan untuk menerapkan perlakuan menggunakan substrat berupa daun pisang sebagai alternatif pengganti bak inkubasi dan corong penetasan bagi praktisi perikanan yang tidak memiliki modal besar dalam memulai usahanya. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis substrat lainnya yang banyak terdapat dialam agar dapat dipergunakan pada penetasan telur ikan Patin (Pangasius pangasius), dan diharapkan peneliti lain agar melakukan penghitungan terhadap jumlah telur yang terbuahi (Fertilize Rate) pada sekali pemijahan. DAFTAR PUSTAKA Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Pondfor Aquaculture. Department of Fisheries and Allied Aquacultures. Auburn University, Albama, USA. Effendie, M.I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Hartami, P. 2012. Materi Praktik Pembenihan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Iswanto, B dan Tahapari, E. 2010. Derajat fertilisasi, penetasan dan deformitas larva patin hasil hibridisasi antara betina patin siam dengan jantan patin nasutus. Jurusan Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogjakarta. Hlm 15. Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Badan Pusat Statistik. 2011. Kinerja Sektor Perikanan. (http://www.bappenas.go.id/). [Akses : Selasa, 17/05/2016]. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Target Produksi Patin. (http://www. antaranews.com). [Akses : Selasa, 17/05/2016]. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Geliat Bisnis Ikan Patin. (http:// info akuakultur.com). [Akses: Selasa, 17/05/16]. Slembruock, et al. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius Djambal. Karya Pratama. Jakarta (ID). Statistik Perikanan Budidaya. 2012. Kinerja Sektor Perikanan. (http://www.bappenas.go.id/). [Akses: Selasa, 17/05/2016]. Sudjana. 1991. Disain dan Analisis Eksperimen. Tarsito. Bandung. Tommy, P. 2014. Pemijahan Ikan Secara Semi Alami (Http://patriatommy.blogspot.com). [Akses : 03/08/2015]. 6